Mengatasi Keputihan dengan Tanaman Obat dan Pijat Refleksi (2)
Bila penyakit keputihan ini tidak diobati secara tuntas, maka infeksi dapat merembet ke rongga rahim kemudian ke saluran telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya ke dalam rongga panggul.
Komplikasi
Tidak jarang wanita yang menderita keputihan yang kronik (bertahun-tahun) sehingga menjadi mandul. Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya pengobatan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain, seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa lendir encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Pengobatan
Pengobatan keputihan tergantung dari penyebab infeksi, seperti: jamur, bakteri, atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi jamur candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan, dan ovula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.
Pencegahan
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah kelamin sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan, yaitu dengan:
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol, serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari perilaku seks bebas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah kelamin dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, atau menghindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut atau panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya Anda membawa cadangan celana dalam tas kecil untuk berjaga-jaga mana kala perlu menggantinya.Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut. Gunakan panty liner pada saat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya Anda di rumah.
4. Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan, karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ kelamin bergerak leluasa.
5. Membiasakan membasuh (cebok) dengan cara yang benar tiap kali buang air kecil, yaitu dari arah depan (daerah kelamin) ke belakang (daerah anus).
6. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan, karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis terlebih dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. Bersihkan vagina dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH (derajat keasaman) di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH (derajat keasaman) sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan dapat membunuh flora normal di vagina. Hal ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka panjang.
7. Menghindari penggunaan bedak talkum, tissue, atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina, karena dapat menyebabkan iritasi. Bedak memiliki partikel halus yang mudah terselip di sana-sini, dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.
2. Setia kepada pasangan. Hindari perilaku seks bebas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah kelamin dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, atau menghindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut atau panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya Anda membawa cadangan celana dalam tas kecil untuk berjaga-jaga mana kala perlu menggantinya.Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut. Gunakan panty liner pada saat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya Anda di rumah.
4. Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan, karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ kelamin bergerak leluasa.
5. Membiasakan membasuh (cebok) dengan cara yang benar tiap kali buang air kecil, yaitu dari arah depan (daerah kelamin) ke belakang (daerah anus).
6. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan, karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis terlebih dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. Bersihkan vagina dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH (derajat keasaman) di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH (derajat keasaman) sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan dapat membunuh flora normal di vagina. Hal ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka panjang.
7. Menghindari penggunaan bedak talkum, tissue, atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina, karena dapat menyebabkan iritasi. Bedak memiliki partikel halus yang mudah terselip di sana-sini, dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.
1
Komentar