Langkah Awal Salip K-Pop, Gibran Mau Bekraf Hidup Lagi
DENPASAR, NusaBali.com - Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menginginkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali dihidupkan. Hal ini untuk menggenjot industri kreatif yang disebut memiliki potensi 100 kali K-Pop.
Keinginan ini disampaikan Gibran saat menerima curhatan pendiri creative hub Rumah Tanjung Bungkak (RTB), Rudolf Dethu, dalam acara #GIMMICKGIBRAN di Grya Bimasakti, Jalan Melati, Denpasar pada Jumat (26/1/2024) malam.
Dethu yang juga mantan manajer band Superman Is Dead (SID) menilai, Bali memiliki potensi skena musik yang wahid di tanah air. Sebab, pada tahun 2022 silam, Pulau Dewata dinobatkan sebagai skena musik terbaik oleh salah satu majalah musik ternama tanah air.
"Selama pandemi, Bali paling kuat secara musik dan tidak goyang, berbeda dengan daerah lain. Sementara, timbal balik dari pihak berwenang itu hampir tidak ada," kata Dethu.
Lanjut tokoh musik yang khas dengan topi fedoranya ini, Bali memiliki potensi untuk menjual bukan saja aspek kultural tradisional. Tetapi juga budaya populer seperti musik dan menjadi Daerah Wisata Konser (DWK).
Bali dijadikan DWK dinilai sangat mumpuni lantaran infrastruktur venue-nya banyak dan sangat siap. Daripada pasrah melihat Singapura sebagai DWK orang Indonesia, Pulau Dewata dinilai bisa berbuat lebih dari itu jika diseriusi semua pihak.
"Di sini ada yang setuju tidak kalau Bekraf itu dikuatkan lagi seperti sebelumnya?" tanya Gibran kepada pegiat digital, UMKM, dan seni yang menghadiri acara pada Jumat malam. Ini sekaligus menjadi langkah yang ditawarkan Gibran terhadap penguatan ekonomi kreatif seperti musik.
Pada era Kabinet Indonesia Maju (2019-2024), Bekraf yang sebelumnya berdiri sebagai badan mandiri di Kabinet Indonesia Kerja (2014-2019) dilebur ke dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Gibran yang juga Wali Kota Surakarta (Solo) ini mengaku situasi serupa juga terjadi di daerah yang ia pimpin. Solo disebut memiliki kebudayaan tradisional yang kental namun ia juga mau budaya populer berkembang dan menggenjot gairah industri kreatif.
"Model seperti Bekraf ini harus kita hidupkan lagi. Kalau mau bikin seperti K-Pop, buat 10 kali, 100 kalinya K-Pop itu bisa karena anak mudanya kreatif semua. Tapi memang perlu investasi jangka panjang, K-Pop itu kan butuh puluhan tahun untuk sampai di titik sekarang," tegas Gibran. *rat
Dethu yang juga mantan manajer band Superman Is Dead (SID) menilai, Bali memiliki potensi skena musik yang wahid di tanah air. Sebab, pada tahun 2022 silam, Pulau Dewata dinobatkan sebagai skena musik terbaik oleh salah satu majalah musik ternama tanah air.
"Selama pandemi, Bali paling kuat secara musik dan tidak goyang, berbeda dengan daerah lain. Sementara, timbal balik dari pihak berwenang itu hampir tidak ada," kata Dethu.
Lanjut tokoh musik yang khas dengan topi fedoranya ini, Bali memiliki potensi untuk menjual bukan saja aspek kultural tradisional. Tetapi juga budaya populer seperti musik dan menjadi Daerah Wisata Konser (DWK).
Bali dijadikan DWK dinilai sangat mumpuni lantaran infrastruktur venue-nya banyak dan sangat siap. Daripada pasrah melihat Singapura sebagai DWK orang Indonesia, Pulau Dewata dinilai bisa berbuat lebih dari itu jika diseriusi semua pihak.
"Di sini ada yang setuju tidak kalau Bekraf itu dikuatkan lagi seperti sebelumnya?" tanya Gibran kepada pegiat digital, UMKM, dan seni yang menghadiri acara pada Jumat malam. Ini sekaligus menjadi langkah yang ditawarkan Gibran terhadap penguatan ekonomi kreatif seperti musik.
Pada era Kabinet Indonesia Maju (2019-2024), Bekraf yang sebelumnya berdiri sebagai badan mandiri di Kabinet Indonesia Kerja (2014-2019) dilebur ke dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Gibran yang juga Wali Kota Surakarta (Solo) ini mengaku situasi serupa juga terjadi di daerah yang ia pimpin. Solo disebut memiliki kebudayaan tradisional yang kental namun ia juga mau budaya populer berkembang dan menggenjot gairah industri kreatif.
"Model seperti Bekraf ini harus kita hidupkan lagi. Kalau mau bikin seperti K-Pop, buat 10 kali, 100 kalinya K-Pop itu bisa karena anak mudanya kreatif semua. Tapi memang perlu investasi jangka panjang, K-Pop itu kan butuh puluhan tahun untuk sampai di titik sekarang," tegas Gibran. *rat
Komentar