Menelusuri Jejak Keris Bali di Museum Bali: Pesona Budaya dan Spiritualitas
DENPASAR, NusaBali.com - Keris, bukan sekadar benda pusaka, tapi sebuah artefak budaya yang sarat makna dan nilai. Di Museum Bali, tepatnya di Gedung Tabanan, pengunjung diajak menyelami pesona Keris Bali, menguak sejarah, filosofi, dan perannya dalam kehidupan masyarakat Pulau Dewata.
Kurator Museum Bali, I Dewa Ayu Eka Mayadewi, menyambut antusiasme pengunjung untuk mengenal Keris Bali. "Keris Bali memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari Keris Jawa," terangnya.
Eka Mayadewi menerangkan, ukuran Keris Bali dan Keris Jawa tidak punya standar spesifikasi yang pasti. Ukuran keris pada dasarnya selalu ditentukan oleh permintaan konsumen kepada perajin (Mpu) keris.
Secara fisik, Keris Bali dan Jawa memiliki kesamaan, dipengaruhi oleh kedekatan budaya kedua wilayah. "Namun, ukiran pada gagang (danganan) Keris Bali lebih rumit dan beragam," papar Eka Mayadewi.
Ukiran Keris Bali banyak menampilkan patung Dewa, raksasa, atau bunga Pudak. Keindahan ukiran ini mencerminkan nilai seni dan spiritualitas yang tinggi.
Keris Bali terdiri dari beberapa bagian: wilah (mata Keris), wewer (cincin pada danganan), Danganan, dan warangka (sarung Keris).
Fungsi keris tak hanya sebagai senjata, tapi juga simbol prestise, jimat, dan bahkan sarana ritual keagamaan. Bagi umat Hindu Bali, keris merupakan benda sakral, simbol Linggayoni, tempat pemujaan Siwa.
Tiga mata pisau keris mewakili kekuatannya: rai keris kanan (Brahma) melambangkan talenta, rai keris kiri (Wisnu) melambangkan berkah, dan ujung keris (Iswara) melambangkan kebenaran abadi.
Kunjungan ke Museum Bali yang berlokasi di Jalan Mayor Wisnu No. 1, Dangin Puri, Kota Denpasar, tak hanya memuaskan rasa ingin tahu, tapi juga membangkitkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya Bali. *ol4
Komentar