nusabali

Desa Adat Subagan Tidak Magalungan

Gelar Upacara Ngempet Ron dan Busung

  • www.nusabali.com-desa-adat-subagan-tidak-magalungan

Karena ada larangan menggunakan sarana ron dan busung bertepatan Galungan, maka krama Desa Adat Subagan tidak akan merayakan Galungan. (Bendesa Adat Subagan I Nyoman Rai)

AMLAPURA, NusaBali
Krama Desa Adat Subagan, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Karangasem, menggelar upacara Ngempet Ron Busung atau tradisi larangan menggunakan daun aren dan janur. Oleh karena itu, krama desa setempat dilarang menggunakan sarana kedua jenis upakara itu sejak Redite Pahing Dungulan, Minggu (25/2) sampai Sukra Wage Kuningan, Jumat (8/3). Akibatnya, krama tidak akan merayakan Hari Suci Galungan, Buda Kliwon Dungulan, Rabu (28/2) nanti.

Bahkan dalam rentang waktu tersebut berlaku larangan menyembelih kurban sejak Sukra Pahing Gumbreg, Jumat (26/1) - Sukra Umanis Warigadean, Jumat (9/2). Hal itu berdasarkan hasil paruman krama Desa Adat Subagan, sebagaimana diungkapkan Bendesa Adat Subagan I Nyoman Rai di Pura Bale Agung, Desa Adat Subagan, Kecamatan Karangasem, Kamis (1/2).

Kata dia, larangan menyembelih kurban dan ngempet ron busung itu serangkaian aci atau upacara Tawur Sasih Kawulu, Usaba Desa Adat Subagan dan Tawur Kasanga. Puncak Tawur Kawulu, di Catus Pata pada Sukra Umanis Warigadean, Jumat (9/2). Sedangkan Tawur Kasanga pada  Redite Umanis Langkir, Minggu (10/3).

"Karena ada larangan menggunakan sarana ron dan busung bertepatan Galungan, maka krama Desa Adat Subagan tidak akan merayakan Galungan," kata I Nyoman Rai.

Tambah Nyoman Rai, larangan itu bukan saja berlaku untuk krama Desa Adat Subagan, namun juga untuk krama pendatang yang tinggal di wawidangan Desa Adat Subagan. Upacara Ngempet Ron Busung ini berlangsung secara turun temurun setiap tahun atau menjelang Hari Raya Nyepi. Kali ini mengingat ngempet ron busung bersamaan dengan Galungan sehingga krama tidak merayakan upacara Galungan.

Larangan lainnya, kata dia, selama 26 Janauri - 9 Februari, tidak boleh menggelar upacara Pitra Yadnya. Karena ada larangan tidak boleh menyembelih kurban atau tidak boleh menggelar upacara yang sarananya berupa darah kurban.

Rangkaian upacar tersebut diawali persembahyangan di Catus Pata pada Buda Pahing Wariga, Rabu (31/1). Lanjut, Ngarampag atau mengambil hasil bumi untuk keperluan upakara di wawidangan Desa Adat Subagan, Redite Umanis Warigadean, Minggu (4/2), membuat simbol mamedi terbuat dari daun aba ditoreh dengan kapur, bergambar wong-wongan. Di dalamnya berisi daun bambu dan daun pulet, serta pucuk pandan, daun terong dan daun suksukan goak pada Anggara Pon Warigadean, Selasa (6/2).

Kelian Sapta Banjar Adat Desa Adat Subagan I Gusti Nyoman Darsana membenarkan larangan itu setiap tahun. "Kali ini Ngempet Ron Busung itu dilaksanakan setelah Purnama Kasanga, Saniscara Umanis Sungsang, Sabtu (24/2)," jelas mantan Camat Abang tersebut.

Gusti Darsana juga mengingatkan kepada krama yang tinggal di wilayah Desa Adat Subagan, terutama untuk kaum pendatang, agar turut mematuhi dresta yang berlaku di Desa Adat Subagan. Tujuannya agar semua krama diberkati karahayuan oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa.7k16

Komentar