Studi, Dua Perempuan Peneliti Asing Tanam Sorgum Gula
SINGARAJA, NusaBali - Dua orang warga negara asing (WNA) asal Amerika Serikat dan Australia menanam benih sorgum di lahan petani di Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Mereka tengah melakukan studi mengenai sorgum dan pemanfaatan limbah untuk lahan garapan.
Ketua Serikat Tani Suka Makmur, M Rasyid, menyampaikan adanya dua warga asing perempuan asal Amerika Serikat dan Australia terlibat dalam proses tanam sorgum tersebut. Keduanya, kata Rasyid, selain ikut serta tebar benih sorgum yang akan dikembangkan menjadi gula mereka jga akan belajar memanfaatkan limbah ternak untuk dijadikan pupuk.
“Mereka akan studi soal sorgum bioguma yang akan dikembangkan menjadi gula. Karena hari ini kita mengawali menanam di lahan yang lebih luas mereka menjadi tertarik untuk ikut dalam prosesnya,” ucap Rasyid, Jumat (2/2) di Buleleng.
Selain soal sorgum bioguma, dua warga asing itu juga melakukan studi terkait proses pembuatan pupuk organik. Selama ini terjadi kelangkaan pupuk dan petani berinovasi untuk membuat pupuk organik. “Yang diminati oleh mereka adalah cara mengolah kotoran sapi diproses menjadi pupuk organik dan itu mereka sangat tertarik,” kata Rasyid.
Lahan yang ditanami sorgum bioguma seluas satu hektar dan secara bertahap akan diperluas hingga mencapai 10 hektare. Keunggulan sorgum jenis ini katanya memiliki batang lebih besar, tingkat kemanisan atau kandungan kadar gula lebih tinggi, serta volume nira dan produksi biji yang lebih tinggi.
“Sebelumnya sudah dilakukan uji coba tanaman sorgum jenis itu dan prospeknya menjanjikan. Lahan telah disiapkan dan selanjutnya kami besama kelompok tani menanam sorgum bioguma sebagai terobosan untuk menghasilkan panen,” lanjut dia.
Menurut Rasyid, pihaknya telah mendapat penjelasan terkait keunggulan tanaman jenis sorgum bioguma terutama kadar gula hingga kekebalan terhadap hama. Ia menyebut pada tanaman sorgum bioguma rata-rata tumbuh setinggi 266 centimeter dengan menghasilkan 9 ton per hektare.
“Kami tertarik untuk menanam sorgum bioguma karena batangnya lebih besar bisa dimanfaatkan untuk gula daun untuk pakan serta tahan terhadap penyakit karat daun dan busuk batang,” tandas dia.7 mzk
“Mereka akan studi soal sorgum bioguma yang akan dikembangkan menjadi gula. Karena hari ini kita mengawali menanam di lahan yang lebih luas mereka menjadi tertarik untuk ikut dalam prosesnya,” ucap Rasyid, Jumat (2/2) di Buleleng.
Selain soal sorgum bioguma, dua warga asing itu juga melakukan studi terkait proses pembuatan pupuk organik. Selama ini terjadi kelangkaan pupuk dan petani berinovasi untuk membuat pupuk organik. “Yang diminati oleh mereka adalah cara mengolah kotoran sapi diproses menjadi pupuk organik dan itu mereka sangat tertarik,” kata Rasyid.
Lahan yang ditanami sorgum bioguma seluas satu hektar dan secara bertahap akan diperluas hingga mencapai 10 hektare. Keunggulan sorgum jenis ini katanya memiliki batang lebih besar, tingkat kemanisan atau kandungan kadar gula lebih tinggi, serta volume nira dan produksi biji yang lebih tinggi.
“Sebelumnya sudah dilakukan uji coba tanaman sorgum jenis itu dan prospeknya menjanjikan. Lahan telah disiapkan dan selanjutnya kami besama kelompok tani menanam sorgum bioguma sebagai terobosan untuk menghasilkan panen,” lanjut dia.
Menurut Rasyid, pihaknya telah mendapat penjelasan terkait keunggulan tanaman jenis sorgum bioguma terutama kadar gula hingga kekebalan terhadap hama. Ia menyebut pada tanaman sorgum bioguma rata-rata tumbuh setinggi 266 centimeter dengan menghasilkan 9 ton per hektare.
“Kami tertarik untuk menanam sorgum bioguma karena batangnya lebih besar bisa dimanfaatkan untuk gula daun untuk pakan serta tahan terhadap penyakit karat daun dan busuk batang,” tandas dia.7 mzk
Komentar