Kebun Salak di Sibetan Dinilai Tim FAO
Dicalonkan Jadi Peraih Warisan Budaya Dunia
Syarat-syarat administrasi agar mendapatkan penghargaan WBD, yakni adanya ketahanan pangan dan penghidupan, keanekaragaman hayati pertanian.
AMLAPURA, NusaBali
Rombongan FAO (The Food and Agriculture Organization) of the United Nations dipimpin Dr Patricia Bustamante menilai aktivitas perkebunan salak Banjar Dukuh, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat (2/2). Penilaian terkait rencana kebun salak ini akan dijadikan salah satu warisan budaya dunia (WBD) sebagaimana diajukan Pemkab Karangasem.
Penilaian tersebut terakhir. Sebelumnya Pemkab Karangasem mengajukan proposal permohonan WBD tersebut tahun 2017. Pengajuan disertai kelengkapan dokumen.
“Penilaian terakhir ini untuk mencocokkan antara proposal yang diajukan dengan kondisi nyata di lapangan,” jelas Direktur Perlindungan dan Penyediaan Lahan Kementerian Pertanian Baginda Siagian, di sela-sela rombongan pemantauan di kebun salak, Banjar Dukuh, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat (2/2).
Sebelumnya, kata dia, FAO yang berkedudukan di Roma telah memverifikasi persyaratan agar kebun salak ini menjadi WBD. Dokumen permohonan itu masuk usulan GIAHS (Globally Important Agriculture Heritage System) agar menjadi warisan sistem pertanian pangan (WSPG). GIAHS adalah lembaga secara khusus bergerak di bidang penyelamatan warisan sistem pertanian dan pangan.
Kata Baginda Siagian, syarat-syarat administrasi agar mendapatkan penghargaan WBD, yakni adanya ketahanan pangan dan penghidupan, keanekaragaman hayati pertanian. Selain itu, mengembangkan sistem pengetahuan lokal dan tradisional, mengandung budaya sistem nilai dan organisasi sosial berupa subak abian, adanya panorama alam yang memikat, dan ada sejarahnya tertuang dana prasasti. Aktivitas berkebun salak di Banjar Dukuh, Desa Sibetan, telah dinilai memenuhi syarat sesuai kriteria itu. Sedangkan kebun salak yang ada di sekitarnya sebagai penyangga.
“Tujuan penetapan warisan budaya dunia untuk melestarikan pertanian tradisional yang ramah lingkungan, mandiri, mempertahankan keanekaragaman hayati. Di samping telah dilakukan petani secara turun - temurun sehingga menjadi tradisi,” katanya.
Kadis Petani Pangan dan Perikanan Karangasem I Nyoman Siki Ngurah mengatakan, proposal yang diajukan tahun 2017, sempat terkendala. Karena adanya Covid-19 sehingga jelang penilaiannya mulai diperbaharui tahun 2022.
“Rencananya setelah tuntas penilaian, pengumumannya pada Maret 2024 dan penyerahan penghargaan, Juni 2024," jelas Siki Ngurah.
Tim Penilai dari FAO Roma, kata Ngurah Siki, sangat antusias menyaksikan aktivitas berkebun salak, apalagi ada produk olahan jadi arak, beer dan kripik. Sehingga sangat bermanfaat untuk masyarakat, di saat panen berlimpah tidak perlu khawatir, produksi tetap laku, karena ada pabrik untuk mengolah.
Kunjungan rombongan dari FAO Roma kemarin, mulai dari pukul 05.00 Wita ke kebun salak, ke pabrik pengolahan buah salak di Banjar Dukuh, berlanjut berwisata di Bukit Pemukuran Banjar Dukuh.7k16
Komentar