Prasasti Blanjong, Pertama Menyebut Nama ‘Pulau Bali’
Hari Ini Peringatan 1.110 Tahun Prasasti Blanjong
DENPASAR, NusaBali - Minggu, 4 Februari 2024, hari ini masyarakat pegiat dan pecinta sejarah, memperingati 1.110 tahun Prasasti Blanjong, di Banjar Blanjong, Sanur, Denpasar.
Sejumlah kegiatan siap digelar untuk peringatan prasasti yang berbentuk pilar silinder dengan tinggi 177 centimeter dan diamater 62 centimeter tersebut. Kegiatan itu antara lain pembacaan dan pelantunan wirama Sardula Wikridita.
Salah seorang pengggas Peringatan 1.110 Tahun Prasasti Blanjong I Wayan Sila Sayana, menyatakan pembacaan wirama Sardula Wikridita terinspirasi dari isi prasasti Blanjong itu sendiri. Karena dalam Prasasti Blanjong pada bagian yang berbahasa Sansekerta dengan aksara Kawi, menggunakan wirama Sardula Wikridita.
Hal tersebut, kata Sila Sayana, sebagaimana hasil pembacaan dari Narendra Pandit Shastri (Sejarah Bali Dwipa,1963). Wirama Sardula Wikridita merupakan salah satu nama wirama dalam kakawin. Terdiri dari 19 suku kata.
“Namun karena di prasasti tidak utuh (karena aus, Red), tidak bisa dibaca sempurna. Karena itu dalam pagelaran akan dibacakan kakawin seperti apa wirama Sardula Wikridita itu,” ujar Sila Sayana.
Salah seorang pengggas Peringatan 1.110 Tahun Prasasti Blanjong I Wayan Sila Sayana, menyatakan pembacaan wirama Sardula Wikridita terinspirasi dari isi prasasti Blanjong itu sendiri. Karena dalam Prasasti Blanjong pada bagian yang berbahasa Sansekerta dengan aksara Kawi, menggunakan wirama Sardula Wikridita.
Hal tersebut, kata Sila Sayana, sebagaimana hasil pembacaan dari Narendra Pandit Shastri (Sejarah Bali Dwipa,1963). Wirama Sardula Wikridita merupakan salah satu nama wirama dalam kakawin. Terdiri dari 19 suku kata.
“Namun karena di prasasti tidak utuh (karena aus, Red), tidak bisa dibaca sempurna. Karena itu dalam pagelaran akan dibacakan kakawin seperti apa wirama Sardula Wikridita itu,” ujar Sila Sayana.
Foto: I Wayan Sila Sayana. -NATA
Bersamaan dengan itu akan diiringi tabuh gender anak-anak dari Banjar Taman Sanur. Juga ada Tari Topeng dari Yayasan Rumah Topeng Sanur. Juga rencananya ada puja shanti seperti ‘Nyurya Sewena’ mulai pukul 07.30 Wita, dari Paiketan Pinandhita atau pamangku se–Denpasar Selatan.
Dan yang tak kalah penting adalah akan ada diskusi tentang isi Prasasti Blanjong. Karenanya sejumlah pihak berkompeten diundang hadir, di antaranya BRIN (Badan Riset dan Inovasi) Kota Denpasar, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK), mahasiswa, dan pihak yang lainnya.
Sebagaimana diketahui, kata Sila Sayana, Prasasti Blanjong adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm dan garis tengah 62 cm yang disebut ‘Jaya Stambha atau Jaya Cihna, yang diartikan sebagai ‘Tugu Kemenangan’. Prasasti itu bertahun Saka 835 yang bertepatan dengan hari ke-7 dari setengah bulan Phalguna.
Menurut perhitungan Louis Charles Damais (sejarawan asal Prancis), lanjut Sila Sayana, bertepatan dengan 4 Februari 914 Masehi. Di dalam prasasti itu untuk pertama kali menyebut nama ‘Wali Dwipa’ untuk Pulau Bali.
Yang kedua, disebutkan ada seorang raja yang berkuasa dengan gelar Adipati Sri Kesari Warma. “Beliau (Raja Sri Kesari Warma) beristana di Singa Dwara Pura.
Singa Dwara itu menurut Sila Sayana hasil pembacaan Pandit Sastri. Nah di manakah kota Singa Dwara Pura itu? Itu yang akan kita bahas,” ucap SIla Sayana.
Sementara untuk menghindari genangan air, Prasasti Blanjong telah direvitalisasi. Maksudnya posisinya diangkat menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
Pemangku Pura Dalem Blanjong Jro Mangku Segara, menuturkan cungkup atap tempat prasasti juga sudah diperbaharui.
Dari pantauan, sejumlah persiapan dilakukan untuk peringatan 1.110 tahun Prasasti Blanjong Sanur. Di antaranya pemasangan tenda di areal jeroan Pura Dalem Blanjong, yang satu kawasan dengan Prasasti Blanjong. 7 k17
Komentar