Diskes Badung Catat 1.137 Kasus DBD
MANGUPURA, NusaBali - Dinas Kesehatan (Diskes) Badung mencatat sebanyak 1.137 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang 2023. Ada dua kecamatan yang jumlah kasusnya cukup tinggi yakni Kecamatan Kuta Selatan dan Abiansemal.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Badung I Made Suwadera, mengatakan kasus DBD di Gumi Keris sepanjang 2023 mencapai 1.137 kasus. Di Januari 2023 tercatat 135 kasus, Februari 126 kasus, Maret 170 kasus, April 166 kasus, Mei 156 kasus, Juni 101 kasus, Juli 99 kasus, Agustus 66 kasus, September 39 kasus, Oktober 34 kasus, November 22 kasus, dan Desember 25 kasus.
“Berdasarkan wilayahnya, kasus DBD tertinggi terjadi di Kecamatan Kuta Selatan dengan 413 kasus, Abiansemal 263 kasus, Mengwi 194 kasus, Kuta Utara 179 kasus, Kuta 73 kasus, dan Petang 15 kasus,” ujarnya, Minggu (4/2).
Suwadera melanjutkan, pada 2023 titik rawan DBD terjadi di Kecamatan Abiansemal. Hal ini berdasarkan dari angka peningkatan kasus lebih dari dua kali lipat dibandingkan kasus DBD tahun sebelumnya di wilayah UPTD Puskesmas Abiansemal I dan II.
Dia lebih lanjut menjelaskan pada 2022 tercatat sebanyak 64 kasus demam berdarah di UPTD Puskesmas Abiansemal I dan meningkat menjadi 126 kasus pada 2023. Sedangkan pada UPTD Puskesmas Abiansemal II, yakni dari 26 kasus menjadi 60 kasus.
“Selain Kecamatan Abiansemal, Kuta Selatan juga merupakan titik rawan DBD karena mempunyai jumlah kasus terbanyak secara angka absolut dan besaran angka insidennya setelah UPTD Puskesmas Abiansemal I. Tahun 2022 jumlah kasus 351 meningkat jadi 413 pada 2023,” beber Suwadera.
Masih menurut Suwadera, selama ini berba upaya sebetulnya telah dilakukan untuk penanganan dan antisipasi kasus DBD, misalnya meningkatan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara rutin dan berkesinambungan di seluruh desa dan kelurahan oleh petugas jumantik, meningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (GiRiJ) di masing-masing desa/kelurahan. Selain itu, juga melakukan PE (Penyelidikan Epidemiologi) setiap kasus yang dilaporkan oleh rumah sakit.
“Kami juga melaksanakan fogging fokus untuk pemberatasan nyamuk dewasa agar memutus rantai penularan lebih luas. Adapun pada tahun 2023 kegiatan fogging fokus dilakukan di 561 kali,” kata Suwadera.
“Fogging fokus dilakukan setiap ada kasus DBD dengan hasil PE positif, yaitu terdapat jentik dan penderita panas lainnya,” ucapnya sembari menyebut fogging ULV juga dilakukan setahun sekali pada saat kasus DBD rendah. 7 ind
“Berdasarkan wilayahnya, kasus DBD tertinggi terjadi di Kecamatan Kuta Selatan dengan 413 kasus, Abiansemal 263 kasus, Mengwi 194 kasus, Kuta Utara 179 kasus, Kuta 73 kasus, dan Petang 15 kasus,” ujarnya, Minggu (4/2).
Suwadera melanjutkan, pada 2023 titik rawan DBD terjadi di Kecamatan Abiansemal. Hal ini berdasarkan dari angka peningkatan kasus lebih dari dua kali lipat dibandingkan kasus DBD tahun sebelumnya di wilayah UPTD Puskesmas Abiansemal I dan II.
Dia lebih lanjut menjelaskan pada 2022 tercatat sebanyak 64 kasus demam berdarah di UPTD Puskesmas Abiansemal I dan meningkat menjadi 126 kasus pada 2023. Sedangkan pada UPTD Puskesmas Abiansemal II, yakni dari 26 kasus menjadi 60 kasus.
“Selain Kecamatan Abiansemal, Kuta Selatan juga merupakan titik rawan DBD karena mempunyai jumlah kasus terbanyak secara angka absolut dan besaran angka insidennya setelah UPTD Puskesmas Abiansemal I. Tahun 2022 jumlah kasus 351 meningkat jadi 413 pada 2023,” beber Suwadera.
Masih menurut Suwadera, selama ini berba upaya sebetulnya telah dilakukan untuk penanganan dan antisipasi kasus DBD, misalnya meningkatan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara rutin dan berkesinambungan di seluruh desa dan kelurahan oleh petugas jumantik, meningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (GiRiJ) di masing-masing desa/kelurahan. Selain itu, juga melakukan PE (Penyelidikan Epidemiologi) setiap kasus yang dilaporkan oleh rumah sakit.
“Kami juga melaksanakan fogging fokus untuk pemberatasan nyamuk dewasa agar memutus rantai penularan lebih luas. Adapun pada tahun 2023 kegiatan fogging fokus dilakukan di 561 kali,” kata Suwadera.
“Fogging fokus dilakukan setiap ada kasus DBD dengan hasil PE positif, yaitu terdapat jentik dan penderita panas lainnya,” ucapnya sembari menyebut fogging ULV juga dilakukan setahun sekali pada saat kasus DBD rendah. 7 ind
Komentar