Bali Gagal Ekspor Manggis ke China
Dampak El Nino kualitas buah buruk, harga jeblok hanya Rp 3 ribu per kilo
DENPASAR, NusaBali
El Nino tidak saja berdampak buruk pada produksi tanaman pangan, terutama padi. Juga berimbas tak jauh beda terhadap tanaman buah. Salah satunya manggis. Kulit tidak mulus, penuh dengan bercak-bercak, gores bahkan sampai mengeras. Akibatnya daging buahnya pun rusak, terluka dan bonyok. Dan harganya pun langsung jeblok di pasaran.
Kondisi demikian menyebabkan manggis Bali, ‘gagal’ diekspor, khususnya ke China yang merupakan pasar manggis Bali selama ini. Petani maupun eksportir gigit jari, karena tidak bisa mengirim manggis ke China.
“Hancur sekarang ini. Ekspor nol, tidak bisa sama sekali,” ujar Jro Putu Tesan, eksportir manggis asal Tabanan, Selasa (6/2).
Biasanya lanjut Jro Tesan, Januari- Februari merupakan momen ekspor manggis ke China. Hal itu karena permintaan manggis dari Tiongkok tersebut memang tinggi. Dalam setahun sampai 10 ribu ton. Namun permintaan itu tak bisa dipenuhi karena kualitas manggis tidak memenuhi syarat ekspor.
“Karena kualitas buah manggis rusak, akibat cuaca ekstrem beberapa bulan lalu,” ujar pengusaha yang juga Ketua Asosiasi Manggis Bali ini .
Peluang mendapatkan pundi devisa dari ekspor pun hilang.
Dia menuturkan, tidak sedikit petani yang membiarkan manggisnya tidak dipetik, sehingga banyak yang busuk dan jatuh sendiri. Karena kalau dipetik, petani juga tidak untung. Itu karena harga manggis jeblok yakni Rp3.000 perkilo. Sedangkan ongkos memetik bisa Rp2.000 perkilo.
“Jadi rugi petani,” ucapnya.
Harga manggis yang rendah itu, karena kualitasnya yang rendah tadi. Padahal kalau normal, untuk standar ekspor harganya sampai Rp30 ribu perkilo.
Jro Tesan menyesalkan kondisi ini. “Jelas tidak ada peluang untuk ekspor,” ujarnya.
Otomatis, kata dia tidak ada pemasukkan. Pemasarannya hanya bertumpu di pasar lokal selain dikirim ke luar daerah, yakni ke Jawa.
“Rugi, baik pedagang maupun petani,” ucapnya.
Dia berharap kejadian ini meniadi pelajaran, bagi semua pihak, baik petani, pemerintah pusat maupun daerah. Ke depan dia berharap kondisi seperti ini bisa diantisipasi. Jangan petani seperti dibiarkan. Tetapi lakukan pendampingan. Lebih-lebih pada masa sulit akibat cuaca.
“Kita tidak menyalahkan siapa-siapa. Namun ini jadi pelajaran ke depan,” ujarnya.
Terpisah petani manggis mengiyakan anjloknya harga manggis.
“Aduhh… menderita petani manggis sekarang,” ujar I Made Sianta, asal Pupuan, Tabanan.
Banyak petani yang ‘ngekoh’, memetik manggis. Hal itu karena petani merugi. Harga ongkos memetik lumayan Rp125.000 per hari. Sedangkan harga manggis hanya Rp3.000 perkilo. “Hitung-hitungan rugi,” ungkap Sianta.
Serapan di pasar lokal juga tidak banyak, karena stok banyak dalam masa panen. Sianta menuturkan, juga mencoba memasarkan mengirimkan ke luar daerah, yakni ke Madura belum lama ini. Hasilnya hanya dapat Rp 3,5 juta untuk 2 ton.
“Jadi petani manggis sekarang menderita,” ucapnya.
Untuk membantu petani, Sianta berharap pemerintah, baik Pemkab/Pemkot maupun Pemprov membantu memfasilitasi pemasaran melalui pasar murah atau pasar rakyat. Apalagi hari raya Galungan dan Kuningan sudah dekat, tentu permintaan buah, termasuk manggis meningkat.
“Mungkin setelah Pemilu nanti, pemerintah bisa membantu melalui pasar murah. Itu yang kita harapkan,” ujar Sianta. K17.
1
Komentar