Pupuk Organik Udu, Stok Menggunung
Hasil produksi rata-rata 2 ton per panen, harga jual Rp 700-Rp 1.000/Kg.
GIANYAR, NusaBali
Puluhan desa di Kabupaten Gianyar telah memiliki Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPs Reuse, Reduce, Recycle) yang berhasil memproduksi pupuk organik. Namun pendistribusian pupuk organik tidak lancar sehingga stok pupuk menggunung. Petani nampaknya belum terbiasa memakai pupuk organik, sehingga pupuk produksi TPS3R udu alias tidak laku.
Salah satunya terjadi di TPS3R Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Ketua pengelola TPS3R Desa Bedulu, I Ketut Astawa mengatakan, pupuk kompos yang dihasilkan TPS3R rata-rata 2 ton sekali panen. Hasil kompos ini tergolong banyak. Namun pendistribusiannya masih terkendala. "Sekali panen 1,9 hingga 3 ton, stok pupuk menumpuk,” ujar Astawa, Kamis (8/2).
Hanya beberapa warga saja yang mengambil pupuk untuk kebun di perumahan. Jumlahnya pun tidak banyak, hanya 5-10 kilogram sehingga stok pupuk di TP3R melimpah. "Kami masih bingung untuk mencari solusinya agar stok pupuk tidak menumpuk," ujar Astawa.
Menurutnya, kendala ini tak lepas dari peranan petani yang belum mau menggunakan pupuk organik. Mereka lebih percaya dengan pupuk kimia. "Kecuali petani mau menggunakan pupuk organik. Di awal memang banyak tumbuh rumput liar yang mengganggu tanaman padi, setelah itu kesuburan tanah akan kembali. Kondisi itu yang belum diterima oleh petani," ujar Astawa.
Pupuk kompos dijual dengan harga Rp 700-1.000/Kg. Astawa mengemas pupuk dengan kantong 5 Kg, 10 Kg, dan 25 Kg. Jumlah pupuk kompos yang dihasilkan itu didapat dari tiga banjar yakni Banjar Wanayu, Banjar Mas, dan Banjar Taman.
Menurut Astawa, dari banyak pertanian dan luas lahan pertanian di Desa Bedulu, belum satu pun yang mau menggunakan pupuk organik.
Saat ini pihaknya masih memikirkan cara agar stok pupuk tidak menumpuk. "Dari petani belum ada yang mau karena mereka lebih mempercayai pupuk kimia," jelas Astawa. 7 nvi
1
Komentar