Perayaan Imlek Diiringi Gamelan Gong Kebyar
Ciri Khas di Tempat Ibadah Tri Dharma Ling Gwan Kiong Singaraja
SINGARAJA, NusaBali - Dua sekaa gong Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Buleleng tampil dan unjuk kebolehan membawakan lagu gamelan yang mereka kuasai.
Sekaa gong ini sengaja diundang oleh pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong di Pelabuhan Tua, Buleleng, untuk mengiringi perayaan Hari Raya Imlek 2575, mulai dari Jumat (9/2) malam hingga Minggu (10/2) pagi.
Iring-iringan gong kebyar dalam perayaan Imlek di Ling Gwan Kiong sudah menjadi ciri khas. Bahkan wujud akulturasi budaya ini diyakini sudah berlangsung sejak TITD Ling Gwan Kiong berdiri 151 tahun silam. Humas TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetial ditemui di sela-sela perayaan Imlek kemarin menjelaskan, penyertaan musik dalam perayaan Tahun Baru Imlek memang wajib ada. Di negara asalnya Tiongkok perayaan Imlek memang diiringi musik khusus.
“Iringan gong ini sudah berlangsung sejak saya baru lahir. Ini salah satu wujud pembauran dengan budaya lokal. Pembauran budaya Bali–Thionghoa ini bahkan sudah terjadi sejak lama. Umat Hindu Bali pun sampai kini menggunakan uang kepeng alat pembayaran di Tiongkok, dalam ritual upacara yang juga sebagai wujud pembauran,” ucap Gunadi.
Sekaa yang dihadirkan kini sudah langganan TITD Ling Gwan Kiong sejak lima tahun lalu. Mereka terus diundang untuk tampil dan mengiringi perayaan Imlek untuk menyemarakkan rangkaian acara. Selain juga diisi dengan pertunjukan barongsai dan pesta kembang api di malam pergantian Tahun Baru Imlek.
Dua sekaa gong ini dalam penampilannya tidak hanya membawakan tabuh tari-tarian, lelonggoran, dan tabuh tua,. Tetapi disela dengan beberapa lantunan lagu genjek untuk menambah semangat.
Ketua Sekaa Gong Dewi Tunggal Suwug Made Jagi Widiarta mengaku senang bisa tampil di TITD Ling Gwang Kiong. Tidak ada rasa canggung, sedikit pun tampil di tempat ibadah umat lain.
“Tampil di sini sudah seperti keluarga. Sama saja dengan tampil di pura. Karena kita di Bali juga kan ada paham Siwa-Budha. Kami senang bisa mengiringi Hari Raya Imlek,” ucap Widiarta.
Iring-iringan gong kebyar dalam perayaan Imlek di Ling Gwan Kiong sudah menjadi ciri khas. Bahkan wujud akulturasi budaya ini diyakini sudah berlangsung sejak TITD Ling Gwan Kiong berdiri 151 tahun silam. Humas TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetial ditemui di sela-sela perayaan Imlek kemarin menjelaskan, penyertaan musik dalam perayaan Tahun Baru Imlek memang wajib ada. Di negara asalnya Tiongkok perayaan Imlek memang diiringi musik khusus.
“Iringan gong ini sudah berlangsung sejak saya baru lahir. Ini salah satu wujud pembauran dengan budaya lokal. Pembauran budaya Bali–Thionghoa ini bahkan sudah terjadi sejak lama. Umat Hindu Bali pun sampai kini menggunakan uang kepeng alat pembayaran di Tiongkok, dalam ritual upacara yang juga sebagai wujud pembauran,” ucap Gunadi.
Sekaa yang dihadirkan kini sudah langganan TITD Ling Gwan Kiong sejak lima tahun lalu. Mereka terus diundang untuk tampil dan mengiringi perayaan Imlek untuk menyemarakkan rangkaian acara. Selain juga diisi dengan pertunjukan barongsai dan pesta kembang api di malam pergantian Tahun Baru Imlek.
Dua sekaa gong ini dalam penampilannya tidak hanya membawakan tabuh tari-tarian, lelonggoran, dan tabuh tua,. Tetapi disela dengan beberapa lantunan lagu genjek untuk menambah semangat.
Ketua Sekaa Gong Dewi Tunggal Suwug Made Jagi Widiarta mengaku senang bisa tampil di TITD Ling Gwang Kiong. Tidak ada rasa canggung, sedikit pun tampil di tempat ibadah umat lain.
“Tampil di sini sudah seperti keluarga. Sama saja dengan tampil di pura. Karena kita di Bali juga kan ada paham Siwa-Budha. Kami senang bisa mengiringi Hari Raya Imlek,” ucap Widiarta.
Foto: Humas TITD Ling Gwan Kiong Gunadi Yetial. -LILIK SURYA ARIANI
Gunadi menjelaskan, di tahun 2024 ini merupakan tahun Naga Kayu. Menurutnya naga merupakan lambang kepemimpinan, kebijaksanaan, kebahagiaan, dan rezeki. Tahun Naga Kayu diyakini menjadi tahun membawa berkah, panen yang melimpah, dan kesuksesan di segala bidang.
Hal tersebut pun sejalan dengan tradisi Ciamsi (ritual menanyakan keberuntungan) kepada dewa-dewi yang dilakukan pengurus TITD Ling Gwan Kiong saat malam pergantian tahun. Menurut Gunadi, dari ritual Ciamsi digambarkan tahun 2024 yang merupakan tahun Naga Kayu secara umum akan berjalan dengan baik. Segala sesuatu yang sedang diperjuangkan akan berhasil mencapai tujuan, dengan sedikit keuletan dan kerja keras. Namun di tahun Naga Kayu kurang positif untuk perjodohan. Poin terakhir keluar ramalan jika terjadi pertengkaran (dikaitkan dengan tahun politik) maka akan terjadi hal yang tidak baik yang mempengaruhi segala bidang.
“Mudah-mudahan pemilu berjalan lancar dan perekonomian cepat bangkit, yang sebelumnya sempat tersendat karena pandemi Covid-19 dan perang di beberapa negara,” jelas Gunadi. 7 k23
1
Komentar