Jenazah Pria Berbobot 210 Kg Dikremasi
DENPASAR, NusaBali - Jenazah I Putu Bagus Trisna Hadibrata alias Bombom, 34, pria dengan bobot 210 kilogram yang meninggal dunia di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar, Sabtu (3/2) malam, dikremasi di Krematorium Santha Yana Cekomaria, Jalan Jaya Sakti, Kelurahan Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (10/2) pagi.
Jenazah Bombom tiba dengan mobil jenazah dari RSUD Sanjiwani Gianyar sekitar pukul 07.30 Wita di Krematorium Santha Yana Cekomaria dan upacara dimulai pukul 08.00 Wita. Bersamaan dengan Bombom ada prosesi kremasi untuk satu jenazah lainnya. Namun, ada perbedaan yang mencolok, sementara jenazah lainnya ditempatkan di dalam pamereman, jenazah Bombom diletakkan di atas peti di depan area pamereman. Di bawah peti tersebut terdapat roda. Yang ditempatkan di pamereman untuk Bombom hanya foto dan bantennya saja.
Ketika proses pemindahan menuju lokasi pembakaran dimulai, terlihat banyak teman dan anggota keluarga Bombom yang turut serta membantu mendorong peti jenazah menuju tempat pembakaran. Terlihat orang-orang bergotong-royong untuk mengangkat peti yang berisi pria berbobot 210 kg tersebut ke atas tempat pembakaran. Proses pembakaran dimulai sekitar pukul 10.40 Wita setelah sebelumnya dilakukan prosesi ritual sebelum proses pembakaran dilakukan.
Istri Bombom, Ayu Pariati, 38, tampak tak kuat menahan tangis saat melihat jasad suaminya mulai dibakar.
Pande Nyoman Tamanbali, seorang sahabat dan teman bermain sejak kecil Bombom, pria asal Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, menggambarkan Bombom sebagai sosok yang humoris, rendah hati, dan mudah bergaul selama hidupnya. Mereka sudah saling kenal dan dekat sejak masa sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP), dan meskipun berpisah saat SMA dan kuliah, mereka tetap menjaga komunikasi yang erat, bahkan hampir setiap hari bertemu. Mereka juga bekerja bersama di salah satu tempat vape di Sanur, Denpasar. Walaupun memiliki berat lebih dari 200 kg, Bombom tidak pernah mengalami intimidasi atau ejekan. Sebaliknya, Bombom dihormati di lingkungan sosialnya. Hal ini disebabkan oleh sikap baiknya, seperti toleransinya terhadap teman, kecenderungan untuk menghibur, dan sikap yang sangat ramah.
Komunikasi terakhir mereka adalah ketika membahas rencana untuk membawa dokter ke rumah Bombom untuk pemeriksaan.
“Terakhir saya berkomunikasi membahas rencana dia berkonsultasi, membawa dokter ke rumahnya. Jadi rencananya pada 4 Februari maunya bawa dokter ke rumahnya,” kata Pande.
Pande menjelaskan alasan Bombom dikremasi di Krematorium Santha Yana Cekomaria adalah karena prosesnya lebih sederhana dan untuk menghindari kerumitan dalam proses evakuasi.
Made Pariyadi Indrakusuma, adik kandung dari istri Bombom alias adik ipar Bombom, mengatakan bahwa proses kremasi dilakukan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan di Krematorium Santha Yana Cekomaria, dimulai dari ritual ngulapin, yang merupakan langkah awal dalam upacara ngaben.
Setelah itu, dilakukan ngambil galih, yaitu pengumpulan tulang dari jasad yang telah terbakar, kemudian dilanjutkan dengan mapamit ring prajapati. Setelah itu, abu jenazah Bombom direncanakan untuk dibawa ke suatu pantai di Gianyar, diikuti dengan nyekah.
Sebelumnya diberitakan, I Putu Bagus Trisna Hadibrata alias Bombom,34, meninggal dunia di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar, Sabtu (3/2) malam. Pria berbobot 210 kg ini menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 22.36 Wita.
Wadir Umum RSUD Sanjiwani Putu Awan Saputra membenarkan kabar duka tersebut. Dijelaskannya, pasien obesitas ini tiba di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar dalam kondisi gagal napas. Tim medis telah melakukan upaya penanganan maksimal termasuk kejut jantung. Namun sayang, nyawanya tak terselamatkan.
“Pasien masuk UGD sudah dalam kondisi gagal napas, diberi tindakan maksimal, kejut jantung tidak ada respons. Pasien obesitas Bombom sudah meninggal pukul 22.16 Wita, Sabtu malam,” jelas Wadir Putu Awan, Minggu (4/2). 7 cr79
Ketika proses pemindahan menuju lokasi pembakaran dimulai, terlihat banyak teman dan anggota keluarga Bombom yang turut serta membantu mendorong peti jenazah menuju tempat pembakaran. Terlihat orang-orang bergotong-royong untuk mengangkat peti yang berisi pria berbobot 210 kg tersebut ke atas tempat pembakaran. Proses pembakaran dimulai sekitar pukul 10.40 Wita setelah sebelumnya dilakukan prosesi ritual sebelum proses pembakaran dilakukan.
Istri Bombom, Ayu Pariati, 38, tampak tak kuat menahan tangis saat melihat jasad suaminya mulai dibakar.
Pande Nyoman Tamanbali, seorang sahabat dan teman bermain sejak kecil Bombom, pria asal Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, menggambarkan Bombom sebagai sosok yang humoris, rendah hati, dan mudah bergaul selama hidupnya. Mereka sudah saling kenal dan dekat sejak masa sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP), dan meskipun berpisah saat SMA dan kuliah, mereka tetap menjaga komunikasi yang erat, bahkan hampir setiap hari bertemu. Mereka juga bekerja bersama di salah satu tempat vape di Sanur, Denpasar. Walaupun memiliki berat lebih dari 200 kg, Bombom tidak pernah mengalami intimidasi atau ejekan. Sebaliknya, Bombom dihormati di lingkungan sosialnya. Hal ini disebabkan oleh sikap baiknya, seperti toleransinya terhadap teman, kecenderungan untuk menghibur, dan sikap yang sangat ramah.
Komunikasi terakhir mereka adalah ketika membahas rencana untuk membawa dokter ke rumah Bombom untuk pemeriksaan.
“Terakhir saya berkomunikasi membahas rencana dia berkonsultasi, membawa dokter ke rumahnya. Jadi rencananya pada 4 Februari maunya bawa dokter ke rumahnya,” kata Pande.
Pande menjelaskan alasan Bombom dikremasi di Krematorium Santha Yana Cekomaria adalah karena prosesnya lebih sederhana dan untuk menghindari kerumitan dalam proses evakuasi.
Made Pariyadi Indrakusuma, adik kandung dari istri Bombom alias adik ipar Bombom, mengatakan bahwa proses kremasi dilakukan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan di Krematorium Santha Yana Cekomaria, dimulai dari ritual ngulapin, yang merupakan langkah awal dalam upacara ngaben.
Setelah itu, dilakukan ngambil galih, yaitu pengumpulan tulang dari jasad yang telah terbakar, kemudian dilanjutkan dengan mapamit ring prajapati. Setelah itu, abu jenazah Bombom direncanakan untuk dibawa ke suatu pantai di Gianyar, diikuti dengan nyekah.
Sebelumnya diberitakan, I Putu Bagus Trisna Hadibrata alias Bombom,34, meninggal dunia di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar, Sabtu (3/2) malam. Pria berbobot 210 kg ini menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 22.36 Wita.
Wadir Umum RSUD Sanjiwani Putu Awan Saputra membenarkan kabar duka tersebut. Dijelaskannya, pasien obesitas ini tiba di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar dalam kondisi gagal napas. Tim medis telah melakukan upaya penanganan maksimal termasuk kejut jantung. Namun sayang, nyawanya tak terselamatkan.
“Pasien masuk UGD sudah dalam kondisi gagal napas, diberi tindakan maksimal, kejut jantung tidak ada respons. Pasien obesitas Bombom sudah meninggal pukul 22.16 Wita, Sabtu malam,” jelas Wadir Putu Awan, Minggu (4/2). 7 cr79
1
Komentar