Juru Kunci Vihara Rasakan Vibrasi Berbeda Usai Jembatan Dibongkar
Perayaan Tahun Baru Imlek di Amurva Bhumi Blahbatuh, Gianyar
GIANYAR, NusaBali - Umat Konghucu datang silih berganti melakukan persembahyangan Tahun Baru Imlek 2575 di Vihara Amurva Bhumi Blahbatuh, Gianyar, Sabtu (10/2).
Umat yang datang mengenakan busana nuansa merah bersama rombongan keluarga maupun sanak saudara. Namun perayaan Imlek tahun ini ada yang berbeda dirasakan oleh juru kunci vihara, Tjwa Sin Liang. Perbedaan itu dirasakan setelah jembatan kayu peninggalan Belanda dibongkar.
Tjwa Sin Liang menyatakan ada vibrasi yang berbeda setelah jembatan kayu yang melintang di atas vihara ini dibersihkan gara-gara lapuk termakan usia. “Kharismanya serasa ada yang kurang,” ungkapnya, Sabtu kemarin.
Hal ini lantaran keberadaan vihara erat kaitannya dengan sejarah pembangunan jembatan gantung, akses penghubung antara Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati dengan Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh. Bahkan Tjwa Sin Liang menyimpan rapi foto dokumentasi saat jembatan gantung itu diresmikan sekitar tahun 1921 silam. Foto tersebut menunjukkan dua kawasan berbukit yang curam dihubungkan oleh jembatan gantung. Di bawah jembatan tampak berdiri sebuah bangunan suci yang disebut kelenteng.
“Cerita dari orangtua, kelenteng ini sudah ada sebelum jembatan gantung dibangun,” ujar Tjwa Sin Liang.
Tjwa Sin Liang menyatakan ada vibrasi yang berbeda setelah jembatan kayu yang melintang di atas vihara ini dibersihkan gara-gara lapuk termakan usia. “Kharismanya serasa ada yang kurang,” ungkapnya, Sabtu kemarin.
Hal ini lantaran keberadaan vihara erat kaitannya dengan sejarah pembangunan jembatan gantung, akses penghubung antara Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati dengan Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh. Bahkan Tjwa Sin Liang menyimpan rapi foto dokumentasi saat jembatan gantung itu diresmikan sekitar tahun 1921 silam. Foto tersebut menunjukkan dua kawasan berbukit yang curam dihubungkan oleh jembatan gantung. Di bawah jembatan tampak berdiri sebuah bangunan suci yang disebut kelenteng.
“Cerita dari orangtua, kelenteng ini sudah ada sebelum jembatan gantung dibangun,” ujar Tjwa Sin Liang.
Seiring waktu, kelenteng yang dulunya mungil dilakukan pemugaran. Hingga kini, tercatat pemugaran telah dilakukan sebanyak tiga kali. Berawal dari kelenteng menjadi Kongco Blahbatuh, dan terakhir diresmikan pada 2 Maret 1988 oleh Bupati Gianyar Tjokorda Raka Dherana dengan sebutan Vihara Amurva Bhumi Blahbatuh. Antara vihara dan jembatan gantung seolah telah menjadi satu kesatuan, sehingga ketika jembatan gantung dibongkar, Tjwa Sin Liang merasakan ada sesuatu yang hilang.
“Saat masih ada jembatan gantung, kalau turun ke vihara ada rasa merinding. Kalau sekarang biasa saja,” tuturnya.
Foto: Juru Kunci Vihara Amurva Bhumi Blahbatuh Tjwa Sin Liang menunjukkan foto vihara saat peresmian Jembatan gantung sekitar Tahun 1921. -NOVI ANTARI
Namun demikian, Tjwa Sin Liang bersyukur penanganan jembatan gantung yang miring karena termakan usia bisa berjalan lancar. Selama pembongkaran, tidak ada material jembatan yang sampai merusak bangunan vihara. “Setelah jembatan putus, selama sebulan lamanya vihara ini ditutup. Sama sekali tidak ada pengunjung, setelah selesai maka umat berduyun datang sembahyang. Apalagi saat Imlek,” jelas Tjwa Sin Liang.
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan tahun baru China sebagai ucapan rasa syukur atas datangnya musim semi. “Disebut tutup tahun, dirayakan setelah musim dingin berlalu, datang musim semi. Musim dingin zaman dulu sangat ditakuti di China. Nah ketika masuk musim semi dirayakan sangat luar biasa,” terang Tjwa Sin Liang.
Imlek 2575 kali ini merupakan shio Naga didampingi elemen kayu. Disebutkan, naga dalam kepercayaan China melambangkan kekuatan, keluhuran, kehormatan, keberuntungan, dan kesuksesan. Sedangkan kombinasi naga dan kayu akan membentuk keharmonisan, peningkatan, dan kelimpahan yang baik. 7 nvi
Komentar