Sukses Boyong Satu Medali Emas, Dua Perak, dan Satu Perunggu
Inovasi Gemilang Bali IT Community Bersinar di Ajang Thailand Inventor Day IPITEX 2024
Tim peraih medali emas di ajang ini membawa inovasi Smart Health Monitor, sebuah perangkat revolusioner yang menggabungkan aplikasi dan stetoskop
MANGUPURA, NusaBali
Tim Bali IT Community berhasil mencatatkan prestasi gemilang dalam ajang Thailand Inventor Day International, Intellectual Property Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEX) 2024. Event ini berlangsung pada 2-6 Februari 2024 di BITEC, Bangkok, Thailand. Tim yang terdiri dari gabungan pelajar dan mahasiswa Bali ini berhasil membawa pulang empat medali bergengsi, mengukir namanya di kancah internasional.
Dalam kompetisi bergengsi IPITEX 2024, Tim Bali IT Community menorehkan prestasi yang membanggakan dengan meraih satu medali emas, dua medali perak, dan satu medali perunggu. Medali emas diraih oleh tim yang menciptakan inovasi Smart Health Monitor. Tim ini terdiri dari berbagai sekolah, yakni Gede Naya Adipradnya (SMA Negeri 3 Denpasar), Made Wirastana Raghava Darma (SMA Negeri 9 Denpasar), I Gusti Made Devananda Ary Putra (SMA Negeri 1 Denpasar), I Made Bayu Krishna Armaja (SMK TI Bali Global Denpasar), Komang Govi Govardana Mahaputra (SD Bhaktivedhanta Dharma School), I Nyoman Ananta Murdita Putra (SMP Negeri 9 Denpasar), Dewa Gede Rai Candra Palguna (Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia), dan I Gusti Suryabrata Satrya Cahaya Natha (SMA Negeri 7 Denpasar).
Sementara, medali perak diraih oleh tim yang mengusung inovasi Multipurpose Trash Bin yang terdiri dari Kadek Bina Adipradnya (SMA Negeri 3 Denpasar), I Putu Aegan Mahesa Kencana Sukadana (SMP Negeri 9 Denpasar), I Gusti Muktishubuti Satrya Bhagaskara Natha (SMA Negeri 7 Denpasar), Putu Rama Kirtananta Prabawa (SMA Negeri 3 Denpasar), Ni Kadek Viona Rosita Dewi (SMA Negeri 2 Denpasar), I Komang Wisnu Prabudiningrat (SMA Negeri 1 Singaraja), Kadek Gauri Ambalika Putri (SMP Negeri 9 Denpasar), dan Made Bagus Dwix Arisbawa (SMP Negeri 1 Denpasar).
Kemudian, Tim kedua peraih medali perak menciptakan aplikasi Quit Smoke App, yang anggotanya terdiri dari I Komang Jordan Adi Arthana (SMK Negeri 1 Denpasar), I Nyoman Pradnya Paramartha (SMA Negeri 6 Denpasar), I Gede Narayana Parameswara (SMA Negeri 1 Denpasar, I Dewa Agung Alit Ramanda Putra (Universitas Warmadewa), Putu Aline Aulya Widiantari (SMP Negeri 9 Denpasar), Karisma Ratu Nuansa Dewi (SMP Negeri 9 Denpasar), Kadek Indiana Puteri (SMP Negeri 9 Denpasar), dan I Gde Aditya Shivano Yasa (SMK Negeri 1 Denpasar).
Terakhir, Tim peraih medali perunggu mengusung ide Multifunction Bag, yang mana seluruh anggotanya berasal dari SMA Negeri 1 Denpasar, yakni Gracia Indira Loasa, Ni Putu RenaisanAndari Teja, Dewa Ayu Ngurah Diandra Malya Putri, Anak Agung Istri Agung LarasatiYudasmara, Kadek Gotama Mandala Putra, Nyoman Ayu Laksmi Wulandari, dan I Gusti Made Devananda Ary Putra.
Pembina Bali IT Community, I Ketut Nugraha Swadharma SE SPd MM memberikan dorongan besar bagi anggota timnya yang terdiri delapan orang dari berbagai sekolah itu. Mereka memiliki satu tujuan utama, yaitu membawa nama Indonesia bersinar di kancah internasional. Dalam persaingan yang ketat, Nugraha mengakui jika setiap anggota tim membawa inovasi unik yang mampu memukau juri.
“Satu tim berisi total delapan orang dari berbagai sekolah, karena kategori perlombaannya adalah peserta di bawah umur 22 tahun dan satu tim bisa dari berbagai sekolah, yang penting bisa membawa nama Indonesia dan mereka masing-masing membawa inovasi yang berbeda,” ujarn Nugraha saat dihubungi pada, Minggu (11/2) lalu.
Nugraha menceritakan, tim yang berhasil meraih medali emas itu menciptakan Smart Health Monitor, sebuah perangkat revolusioner yang menggabungkan aplikasi dan stetoskop. Dengan kemampuan merekam suara organ dalam seperti paru-paru atau napas, Smart Health Monitor menggunakan kecerdasan buatan Artificial Intelegence (AI) untuk memeriksa gejala penyakit seperti pneumonia, bronkitis, atau penyakit paru-paru kronis. Tak hanya itu, perangkat ini juga dilengkapi dengan jadwal workout dan menu makanan sehat dalam 30 hari, kalkulator BMI (Indeks Massa Tubuh), dan fitur chatbot untuk konsultasi kesehatan.
Sementara itu, tim yang mendapat medali perak menciptakan Multipurpose Trash Bin, sebuah tong sampah pintar yang dapat digerakkan melalui aplikasi Android. Dengan sensor yang sensitif, tong sampah ini membuka secara otomatis ketika mendeteksi kehadiran orang yang hendak membuang sampah dari jarak 0,5 meter. Tak hanya berhenti di situ, tong sampah ini juga dilengkapi dengan sapu dan mesin penyedot debu untuk membersihkan area sekitarnya secara otomatis. Inovasi selanjutnya yang juga meraih medali perak adalah Quit Smoke App, sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu pecandu rokok dalam proses berhenti merokok.
Dengan menggunakan sugesti dan video terapi diri sendiri, aplikasi ini mempengaruhi bawah sadar pengguna agar berhenti merokok dalam waktu 21 hari. “Dilengkapi juga dengan video terapi diri sendiri yang merupakan ketukan dibeberapa tubuh. Jadi mereka hanya meniru dari video bagian mana yang harus diketuk. Efeknya nanti adalah rokok yang dinikmati akan berubah rasa menjadi hambar dan kalau dipaksa untuk merokok akan menjadi mual dan bahkan muntah. Karena nikotin dalam tubuh ditolak oleh tubuh,” jelasnya.
Terakhir, tim yang mendapat medali perunggu membuat inovasi Multifunction Bag ‘Bringing Convenience with Every Step: Multi-Function Bag - Always Ready, Always Useful’. Inovasi itu adalah berupa tas yang dilengkapi dengan sensor yang memungkinkan jarak sosial satu meter, serta fitur GPS untuk melacaknya jika tas tersebut hilang. Selain itu, tas ini dilengkapi dengan kursi portabel, memungkinkan pengguna untuk duduk di mana pun mereka berada dan juga berbahan anti air. Perjalanan menuju penghargaan ini tidaklah mudah. Sejak September 2023, Nugraha menceritakan jika setiap tim telah melakukan riset dan penelitian mendalam untuk mengembangkan ide-ide inovatif mereka. Sebelumnya, mereka juga harus mengikuti tahap seleksi nasional di Jakarta pada Desember 2023, sebelum akhirnya melenggang maju ke ajang Internasional. Setiap tim juga menghadapi tantangan finansial, dengan biaya produksi rata-rata mencapai Rp 2 juta.
Namun, semuanya terbayar lunas ketika mereka berhasil lolos seleksi nasional dan tampil di ajang internasional pada 2-6 Februari 2024. “Ajang ini dimulai seleksi nasional di Jakarta, apakah inovasi ini layak dilombakan ke internasional. Jadi seleksinya secara online kita mengirim paper yang berisi ide inovasi, lalu memaparkan inovasi melalui foto atau video dan poster. Kemudian akan dinilai dan kalau lolos masuk ke internasional,” papar pria yang sekaligus menjadi Pembina di Denpasar IT Community ini.
Di ajang internasional, lanjut Nugraha, mereka bersaing dengan peserta dari 25 negara dan lebih dari 600 karya inovasi lainnya. Tim Bali IT Community harus melewati penilaian ketat dari tiga juri dengan kriteria berbeda, termasuk presentasi dalam bahasa Inggris, keamanan produk terhadap lingkungan, dan urgensi produk tersebut dalam membantu lingkungan sekitar. Tanggapan positif dari para juri memberikan semangat baru bagi tim. Terutama, inovasi Quit Smoke App menarik minat beberapa pihak yang tertarik untuk bekerja sama dalam mengembangkan aplikasi serupa untuk para pecandu narkoba.
“Mereka (juri) sangat tertarik terutama untuk alat rokok karena sangat jarang inovasi yang bisa membantu untuk seseorang berhenti merokok. Apalagi di Thailand itu merokok dan vape dilarang di sana. Bahkan ada beberapa pihak yang mau bekerja sama dan meminta dibuatkan inovasi aplikasi untuk pecandu narkoba dan itu masih kami diskusikan bersama tim,” ungkapnya bangga. Rencananya, keempat inovasi ini akan terus ditingkatkan fiturnya dan akan dilombakan kembali pada Agustus 2024. Dengan semangat pantang menyerah dan kerja keras yang telah mereka tunjukkan, tim Bali IT Community membuktikan bahwa inovasi Indonesia mampu bersaing di panggung internasional. 7 ol3
Komentar