Cenk Blonk Tuturkan Makna Menjadi Orang Bali
DENPASAR, NusaBali - Pertunjukan Wayang Cenk Blonk yang bertajuk ‘Sesolahan’ (Panggung Apresiasi Seni Sastra) serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali (BBB) VI 2024 menjadi sajian favorit para pengunjung Art Center, Denpasar. Wayang inovatif itu tampil di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Denpasar, Sabtu (10/2) malam.
Kali ini, Jero Dalang I Wayan Nardayana mengangkat judul Dharma Wangsa Wijaya yang berupaya menerjemahkan tema BBB VI ‘Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga’ ke dalam sesolahan wayang kulit inovatif.
Pertunjukan ini menuturkan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah kunci kesuksesan. Meski sarat pesan serius, adegan-adegan lucu dari punakawan Tualen dan Merdah, Delem dan Sangut, serta Cenk dan Blonk, selalu mengocok perut penonton.
Dalam satu adegan, Tualen dan Merdah magegonjakan yang diawali dari keakraban pertemanan bahkan persaudaraan Dharma Wangsa Kresna. Dia kemudian menyindir, persahabatan para pemimpin di zaman ini yang memiliki kepentingan pribadi. Tualen kemudian mengingatkan untuk mencari ‘kesugihan’ (kekayaan) itu dengan cara yang halal agar menjadi langgeng.
Tualen juga mengingatkan orang hidup untuk meyasa kerti menjalani hidup dengan sepenuh hati. Maka itu, dalam menjalani hidup ini untuk belajar mati, agar selalu berbuat baik untuk diri-sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Maka ketika mati, nama baik itu akan selalu dikenang, sehingga menjadi selalu hidup.
Suasana lucu tercipta saat Delem dan Sangut keluar dan menari penuh riang. Delem menyanyikan dengan nada besar dan keras. Sangut melantunkan tembang berbahasa Indonesia tentang kisah reformasi yang kini mewarnai medsos. Masih ada kasus korupsi, para elite suka bersandiwara, dan harga barang yang telah naik. Ketika ada penonton yang tertawa, Sangut merespons, sehingga pertunjukan menjadi komunikatif.
Gagonjakan tersebut juga dilakukan oleh Cenk dan Blonk yang keluar di tengah-tengah sengitnya pertempuran antara Pandawa dan Korawa. Cenk mengatakan, Pandawa Sakti itu karena dekat dengan Dewa, sementara Korawa justru menjauhi Dewa.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang memberikan kesempatan untuk tampil dalam acara Bulan Bahasa Bali VI tahun 2024 ini. Melalui pertunjukan Wayang Bali ini, kami berharap bahasa, aksara, dan sastra Bali tak punah di Bali,” ucap Jero Dalang Nardayana.
Menurutnya, bahasa, aksara, dan sastra Bali itu merupakan identitas sebagai orang Bali. Maka, melalui pertunjukan wayang ini yang sebagian besar menggunakan bahasa Bali dapat menjadi pembelajaran bagi anak-anak muda agar bisa lebih memahami budaya warisan leluhurnya sendiri.
“Kami sudah mengetahui tidak semua dari audien yang mengetahui bahasa Bali, maka dalam pertunjukan wayang ini disisipkan bahasa Indonesia, dan terkadang bahasa Inggris sebagai bentuk sajian yang mengikuti perkembangan zaman,” ungkapnya.
Hal itu, lanjut Nardayana, bertujuan untuk menciptakan pertunjukan yang lebih komunikatif. Setidaknya, dapat membimbing penonton untuk mengerti tentang bahasa itu sendiri. Sementara, kalau seluruh pertunjukan memakai bahasa Bali, dia yakin tak semua penonton mengerti.
“Hal tersebut juga sebagai cara untuk memperkaya pertunjukan itu. Dengan demikian, masyarakat Bali akan lebih mencintai bahasanya sendiri. Tidak malu berbahasa Bali, karena itulah identitas, dan itulah ciri sebagai orang Bali,” sebutnya.
Dalam pementasan kali ini, kualitas SDM digambarkan pada tokoh Dharma Wangsa. Jika tidak memiliki SDM tinggi, Dharma Wangsa tidak akan mungkin mengalahkan Pemurtian Ludra. Kekuatan Salya akhirnya tak berdaya di hadapan senjata Kalimasada milik Dharma Wangsa.
“Dalam hidup ini, ada suka yakni kebahagiaan dan ada duka yaitu penderitaan. Hanya orang-orang yang kuat, memiliki mental, pengetahuan, serta pribadi yang kuat yang akan bisa dan mampu lolos dari suka dan duka kehidupan ini,” tutur Nardayana.
Lebih lanjut, agar bisa melewati kehidupan ini harus terus mengisi diri dengan pengetahuan dan kepribadian. Karena hidup ini pasti berisi suka dan duka yang tak akan luput pula dengan rintangan dan hambatan. Semua itu, bagian dari pembelajaran agar lebih berkualitas.
“Dalam hal ini, bukan membicarakan tujuan, tetapi perjalanan proses ini yang dibicarakan. Kalau proses perjalanan itu sudah bagus, maka pasti hasilnya akan lebih baik. Penting kita mencari tujuan itu, tetapi jangan memikirkan itu saja tanpa menikmati prosesnya,” kata Nardayana.
Dia menyebut, proses ini kadang-kadang tidak dinikmati, maka goal atau tujuan tidak akan bisa didapat. Maka dari itu ada dua hal yang tidak dapat diraih jika tidak menikmati proses. Pertama perjalanan tidak dinikmati, kedua goal tidak didapati.
“Maka itu, nikmatilah perjalanan suka dan duka itu, agar goal bisa didapat. Kalau suka duka itu sudah dinikmati, maka keduanya akan didapati, proses dan goal. Proses itu yang lebih penting, karena melalui proses akan menuju tujuan itu,” tandasnya. 7 a
Pertunjukan ini menuturkan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah kunci kesuksesan. Meski sarat pesan serius, adegan-adegan lucu dari punakawan Tualen dan Merdah, Delem dan Sangut, serta Cenk dan Blonk, selalu mengocok perut penonton.
Dalam satu adegan, Tualen dan Merdah magegonjakan yang diawali dari keakraban pertemanan bahkan persaudaraan Dharma Wangsa Kresna. Dia kemudian menyindir, persahabatan para pemimpin di zaman ini yang memiliki kepentingan pribadi. Tualen kemudian mengingatkan untuk mencari ‘kesugihan’ (kekayaan) itu dengan cara yang halal agar menjadi langgeng.
Tualen juga mengingatkan orang hidup untuk meyasa kerti menjalani hidup dengan sepenuh hati. Maka itu, dalam menjalani hidup ini untuk belajar mati, agar selalu berbuat baik untuk diri-sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Maka ketika mati, nama baik itu akan selalu dikenang, sehingga menjadi selalu hidup.
Suasana lucu tercipta saat Delem dan Sangut keluar dan menari penuh riang. Delem menyanyikan dengan nada besar dan keras. Sangut melantunkan tembang berbahasa Indonesia tentang kisah reformasi yang kini mewarnai medsos. Masih ada kasus korupsi, para elite suka bersandiwara, dan harga barang yang telah naik. Ketika ada penonton yang tertawa, Sangut merespons, sehingga pertunjukan menjadi komunikatif.
Gagonjakan tersebut juga dilakukan oleh Cenk dan Blonk yang keluar di tengah-tengah sengitnya pertempuran antara Pandawa dan Korawa. Cenk mengatakan, Pandawa Sakti itu karena dekat dengan Dewa, sementara Korawa justru menjauhi Dewa.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang memberikan kesempatan untuk tampil dalam acara Bulan Bahasa Bali VI tahun 2024 ini. Melalui pertunjukan Wayang Bali ini, kami berharap bahasa, aksara, dan sastra Bali tak punah di Bali,” ucap Jero Dalang Nardayana.
Menurutnya, bahasa, aksara, dan sastra Bali itu merupakan identitas sebagai orang Bali. Maka, melalui pertunjukan wayang ini yang sebagian besar menggunakan bahasa Bali dapat menjadi pembelajaran bagi anak-anak muda agar bisa lebih memahami budaya warisan leluhurnya sendiri.
“Kami sudah mengetahui tidak semua dari audien yang mengetahui bahasa Bali, maka dalam pertunjukan wayang ini disisipkan bahasa Indonesia, dan terkadang bahasa Inggris sebagai bentuk sajian yang mengikuti perkembangan zaman,” ungkapnya.
Hal itu, lanjut Nardayana, bertujuan untuk menciptakan pertunjukan yang lebih komunikatif. Setidaknya, dapat membimbing penonton untuk mengerti tentang bahasa itu sendiri. Sementara, kalau seluruh pertunjukan memakai bahasa Bali, dia yakin tak semua penonton mengerti.
“Hal tersebut juga sebagai cara untuk memperkaya pertunjukan itu. Dengan demikian, masyarakat Bali akan lebih mencintai bahasanya sendiri. Tidak malu berbahasa Bali, karena itulah identitas, dan itulah ciri sebagai orang Bali,” sebutnya.
Dalam pementasan kali ini, kualitas SDM digambarkan pada tokoh Dharma Wangsa. Jika tidak memiliki SDM tinggi, Dharma Wangsa tidak akan mungkin mengalahkan Pemurtian Ludra. Kekuatan Salya akhirnya tak berdaya di hadapan senjata Kalimasada milik Dharma Wangsa.
“Dalam hidup ini, ada suka yakni kebahagiaan dan ada duka yaitu penderitaan. Hanya orang-orang yang kuat, memiliki mental, pengetahuan, serta pribadi yang kuat yang akan bisa dan mampu lolos dari suka dan duka kehidupan ini,” tutur Nardayana.
Lebih lanjut, agar bisa melewati kehidupan ini harus terus mengisi diri dengan pengetahuan dan kepribadian. Karena hidup ini pasti berisi suka dan duka yang tak akan luput pula dengan rintangan dan hambatan. Semua itu, bagian dari pembelajaran agar lebih berkualitas.
“Dalam hal ini, bukan membicarakan tujuan, tetapi perjalanan proses ini yang dibicarakan. Kalau proses perjalanan itu sudah bagus, maka pasti hasilnya akan lebih baik. Penting kita mencari tujuan itu, tetapi jangan memikirkan itu saja tanpa menikmati prosesnya,” kata Nardayana.
Dia menyebut, proses ini kadang-kadang tidak dinikmati, maka goal atau tujuan tidak akan bisa didapat. Maka dari itu ada dua hal yang tidak dapat diraih jika tidak menikmati proses. Pertama perjalanan tidak dinikmati, kedua goal tidak didapati.
“Maka itu, nikmatilah perjalanan suka dan duka itu, agar goal bisa didapat. Kalau suka duka itu sudah dinikmati, maka keduanya akan didapati, proses dan goal. Proses itu yang lebih penting, karena melalui proses akan menuju tujuan itu,” tandasnya. 7 a
Komentar