Orang RI Malas Belanja, Penyebabnya Ketidakpastian Ekonomi dan Pemilu
JAKARTA, NusaBali - Indonesia mencatat perlambatan tingkat konsumsi rumah tangga pada penghujung tahun lalu, di tengah adanya faktor musiman yang mendorong geliat konsumsi, seperti hari raya Natal dan Tahun Baru, hingga gelontoran bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tanggap pada kuartal IV-2023 hanya tumbuh 4,47% secara tahunan atau year on year (yoy), turun dari kuartal III-2023 sebesar 5,05% yoy, dan kuartal IV-2022 sebesar 4,5%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kondisi ini disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi itu juga dipicu oleh tekanan ekonomi global. Selain itu, kata Airlangga, faktor ketidakpastian dari kondisi pesta demokrasi di Tanah Air turut berpengaruh.
"Karena biasanya mereka akan less spending kalau merasa ke depan ada ketidakpastian, mereka akan menabung," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, dikutip CNBCIndonesia.com, Senin.
Menurut Airlangga, ketidakpastian atau risiko ke depan itu seperti tensi geopolitik yang tak kunjung selesai, yang di antaranya konflik Rusia-Ukraina hingga perang Israel-Palestina, melemahnya ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia seperti China, suku bunga tinggi, hingga tekanan fluktuasi harga komoditas.
Airlangga mengatakan, pemerintah berupaya memberikan optimisme kepada masyarakat bahwa kondisi perekonomian Indonesia akan tetap stabil, termasuk saat masuknya tahun politik 2024.
"Oleh karena itu, kepastian menjadi penting terutama juga kalau proses politik akan berjalan lancar, sehingga investasi tidak menunda kemudian orang lebih berani spending," ujar Airlangga.
Airlangga mengatakan strategi kelas menengah bawah, pemerintah menjaga tingkat konsumsinya masih bisa ditanggulangi dengan program bantuan sosial atau bansos. Karenanya, kini bansos gencar diberikan, seperti BLT Mitigasi Risiko Pangan.
"Dari segi kelas menengah ke bawah pemerintah ganjal dengan bansos agar daya beli bisa tertahan dan inflasi bisa lebih rendah sehingga diharapkan market confidence," ujar Airlangga.
Sementara itu, Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar menilai melambatnya konsumsi rumah tangga itu disebab kelas menengah atas yang cenderung menahan belanjanya.
"Kalau kami perhatikan dari data yang kami catat terutama berasal dari perlambatan pengeluaran kelompok menengah atas," kata Amalia saat konferensi pers di kantornya, dikutip Senin (12/2).
Kelas menengah menahan belanja dengan mengalihkan dananya ke instrumen investasi finansial seperti simpanan berjangka.
"Jadi artinya ada sedikit pergeseran dari spending kepada investasi," kata Amalia. 7
1
Komentar