Kapolda Gandeng Pecalang Seluruh Bali
Antisipasi Ancaman Narkoba, Terorisme, dan aksi Premanisme
DENPASAR, NusaBali
Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose tiada henti berupaya tekan ancaman narkotika, radikalisme, dan terorisme. Di tengah gencarnya penggerebekan tempat-tempat hiburan malam yang diduga jadi sarang narkoba, Selasa (25/7) pagi Kapolda Petrus Golose secara khusus tatap muka dengan 1.000-an pecalang se-Bali. Tujuannya, untuk meeujudkan sinergitas dalam mengantisipasi bahaya narkoba, paham radikalismen (intoleransi), premanisme. dan terorisme.
Acara tatap muka Kapolda Petrus Golose dengan seribuan pecalang se-Bali, Selasa pagi sekitar pukul 08.00 Wita, digelar di Lembah Pujian, Jalan Antasura Denpasar Utara. Pertemuan kemarin menghadirkan pula Wakapolda Bali, para pejabat utama Polda Bali, dan Kapolres/Kapolresta se-Bali. Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, Jro Gede Wayan Suwena Putus Upadesa, juga dihadirkan untuk memberikan pengarahan dalam pertemuan kemarin. Demikian pula pakar hukum adat Prof Dr I Wayan P Windia.
Dalam pertemuan kemarin, Kapolda Petrus Golose menggarisbawahi Bali sebagai destinasi wisata dunia, tentunya tidak terlepas dari berbagai ancaman termasuk narkoba dan terorisme. Upaya mengeliminir ancaman tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum semata, namun perlu campur tangan masyarakat dalam melakukan deteksi dini.
Kapolda Petrus Golose pun mengandeng pecalang agar ikut berperan aktif sebagai keamanan garis terdepan di tengah masyarakat, untuk mengantisipasi persoalan terorisme, peredaran narkoba, dan premanisme. Ditegaskan, pecalang merupakan bagian dari pengamanan swakarsa yang ada di Bali.
Menurut Petrus, keberadaan pecalang dapat mendeteksi berbagai macam ancaman dan juga aktivitas mencurigakan para pelaku kejahatan di wilayahnya. Dengan keberadaan pecalang, segala bentuk ancaman yang menjadi musuh bersama seperti narkoba, terorisme, dan premanisme diharapkan secara cepat dan tepat bisa sampai kepada aparat penegak hukum.
“Tentunya juga ada batas-batas tugas pecalang di lapangan dalam menangani hal tersebut. Sehingga pecalang tidak melampaui batas dan mengambilalih tugas kepolisian,” tandas Petrus yang baru tiga bulan me njadi Kapolda Bali, menggantikan Irjen Sugeng Priyanto.
Dalam pertemuan kemarin, Petrus menekankan tiga poin mendasar. Pertama, terkait peredaran/pelaku narkoba, premanisme, dan terorisme yang menjadi ancaman nyata di Bali. Kedua, pecalang yang menjadi garis terdepan dalam pengamanan, hendaknya dapat memberi petunjuk yang benar kepada krama desa. Ketiga, harus dipahami tugas dan tanggung jawab pecalang sebagai petugas keamanan tradisional.
“Tentunya tujuan dari tatap muka dengan pecalang se-Bali ini dalam rangka mewujudkan sinergitas Polri dengan masyarakat untuk mendeteksi lebih dini paham radikalisme dan intoleransi, demi menjaga keutuhan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” tegas Kapolda yang dulu sukses menggerebek gembong terowis asal Malaysia, Dr Azahari, yang tewas didor di kawasan Batu, Jawa Timur, November 2005 ni.
Sementara itu, Bendesa Agung (Ketua MUDP) Provinsi Bali, Jro Gede Wayan Suwena Putus Upadesa, menyambut baik langkah Kapolda Petrus Golose yang menggandeng pecalang se-Bali. Menurut Jro Suwena, pecalang di seluruh Bali diperkirakan berjumlah 45.000 orang yang tersebar di desa-desa pakraman.
Jro Suwena menegaskan, pecalang bisa sangat membatu aparat penegak hukum jika diminta untuk menjadi yang terdepan dalam rangka menjaga keamanan Bali. Sinergitas pecalanmg dan Polri tentunya akan berjalan, sepanjang ada koordinasi dengan desa pekraman yang menaungi lembaga pengamanan tradisional ini.
“Pecalang merupakan petugas keamanan swakarsa, sehingga tidak salah kalau mereka dapat membantu tugas kepolisian,” tegas tokoh adat asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem yang juga pensiunan Polri berpankat Kombes ini. *dar
Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose tiada henti berupaya tekan ancaman narkotika, radikalisme, dan terorisme. Di tengah gencarnya penggerebekan tempat-tempat hiburan malam yang diduga jadi sarang narkoba, Selasa (25/7) pagi Kapolda Petrus Golose secara khusus tatap muka dengan 1.000-an pecalang se-Bali. Tujuannya, untuk meeujudkan sinergitas dalam mengantisipasi bahaya narkoba, paham radikalismen (intoleransi), premanisme. dan terorisme.
Acara tatap muka Kapolda Petrus Golose dengan seribuan pecalang se-Bali, Selasa pagi sekitar pukul 08.00 Wita, digelar di Lembah Pujian, Jalan Antasura Denpasar Utara. Pertemuan kemarin menghadirkan pula Wakapolda Bali, para pejabat utama Polda Bali, dan Kapolres/Kapolresta se-Bali. Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, Jro Gede Wayan Suwena Putus Upadesa, juga dihadirkan untuk memberikan pengarahan dalam pertemuan kemarin. Demikian pula pakar hukum adat Prof Dr I Wayan P Windia.
Dalam pertemuan kemarin, Kapolda Petrus Golose menggarisbawahi Bali sebagai destinasi wisata dunia, tentunya tidak terlepas dari berbagai ancaman termasuk narkoba dan terorisme. Upaya mengeliminir ancaman tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat penegak hukum semata, namun perlu campur tangan masyarakat dalam melakukan deteksi dini.
Kapolda Petrus Golose pun mengandeng pecalang agar ikut berperan aktif sebagai keamanan garis terdepan di tengah masyarakat, untuk mengantisipasi persoalan terorisme, peredaran narkoba, dan premanisme. Ditegaskan, pecalang merupakan bagian dari pengamanan swakarsa yang ada di Bali.
Menurut Petrus, keberadaan pecalang dapat mendeteksi berbagai macam ancaman dan juga aktivitas mencurigakan para pelaku kejahatan di wilayahnya. Dengan keberadaan pecalang, segala bentuk ancaman yang menjadi musuh bersama seperti narkoba, terorisme, dan premanisme diharapkan secara cepat dan tepat bisa sampai kepada aparat penegak hukum.
“Tentunya juga ada batas-batas tugas pecalang di lapangan dalam menangani hal tersebut. Sehingga pecalang tidak melampaui batas dan mengambilalih tugas kepolisian,” tandas Petrus yang baru tiga bulan me njadi Kapolda Bali, menggantikan Irjen Sugeng Priyanto.
Dalam pertemuan kemarin, Petrus menekankan tiga poin mendasar. Pertama, terkait peredaran/pelaku narkoba, premanisme, dan terorisme yang menjadi ancaman nyata di Bali. Kedua, pecalang yang menjadi garis terdepan dalam pengamanan, hendaknya dapat memberi petunjuk yang benar kepada krama desa. Ketiga, harus dipahami tugas dan tanggung jawab pecalang sebagai petugas keamanan tradisional.
“Tentunya tujuan dari tatap muka dengan pecalang se-Bali ini dalam rangka mewujudkan sinergitas Polri dengan masyarakat untuk mendeteksi lebih dini paham radikalisme dan intoleransi, demi menjaga keutuhan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” tegas Kapolda yang dulu sukses menggerebek gembong terowis asal Malaysia, Dr Azahari, yang tewas didor di kawasan Batu, Jawa Timur, November 2005 ni.
Sementara itu, Bendesa Agung (Ketua MUDP) Provinsi Bali, Jro Gede Wayan Suwena Putus Upadesa, menyambut baik langkah Kapolda Petrus Golose yang menggandeng pecalang se-Bali. Menurut Jro Suwena, pecalang di seluruh Bali diperkirakan berjumlah 45.000 orang yang tersebar di desa-desa pakraman.
Jro Suwena menegaskan, pecalang bisa sangat membatu aparat penegak hukum jika diminta untuk menjadi yang terdepan dalam rangka menjaga keamanan Bali. Sinergitas pecalanmg dan Polri tentunya akan berjalan, sepanjang ada koordinasi dengan desa pekraman yang menaungi lembaga pengamanan tradisional ini.
“Pecalang merupakan petugas keamanan swakarsa, sehingga tidak salah kalau mereka dapat membantu tugas kepolisian,” tegas tokoh adat asal Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem yang juga pensiunan Polri berpankat Kombes ini. *dar
1
Komentar