Thailand dan Vietnam ‘Jor-joran’, Pelaku Pariwisata Bali Waswas
DENPASAR, NusaBali - Pelaku pariwisata Bali mengaku waswas dengan kebijakan yang dilakukan beberapa negara pesaing untuk mendulang wisatawan mancanegara (wisman).
Vietnam, misalkan, saat ini memperbanyak kursi penerbangan internasional dengan menambah jumlah pesawat yang melayani penerbangan internasional. Sedangkan Thailand, pemerintahnya menerapkan kebijakan bebas visa bagi sejumlah negara.
Walau itu dalam konteks perbandingan antar negara, namun hal ini diyakini berpengaruh terhadap kunjungan wisman ke Bali yang merupakan destinasi internasional. “Oh ya pasti berpengaruh,” ujar I Ketut Jaman, CEO Melali Bali MICE, Jumat (16/2).
Alasannya sederhana, lanjut Jaman, yakni semakin banyak jumlah kursi penerbangan harga tiket tentu semakin kompetitif. Karena harga tiket ke Vietnam lebih murah, bisa menjadi salah satu pemantik wisman memilih berwisata ke negara tersebut, dibanding ke tempat lain. “Hukum pasar berlaku, semakin banyak persediaan, harga semakin murah,” kata praktisi pariwisata asal Tegallalang, Gianyar ini.
Jika Vietnam memperbanyak penerbangan internasional, Thailand menstimulasi kunjungan wisman dengan kebijakan bebas visa bagi untuk menggenjot turis datang ke negara dengan julukan Negeri Gajah Putih ini. Sedangkan Indonesia menerapkan Visa on Arrival (VOA).
Walau dengan VOA, wisman tetap masih banyak ke Bali, namun Jaman tidak menampik kebijakan bebas visa di Thailand, potensial mempengaruhi kedatangan wisman ke Indonesia khususnya ke Bali. Menurut Jaman, hal ini tantangan bagi pariwisata Indonesia, tentunya termasuk Bali di dalamnya yang pada 2024 menargetkan 16 juta wisman.
Hal senada juga disampaikan Ketua Bali Villa Association I Putu Gede Hendrawan atau Jro Hendrawan. “Ini jelas tantangan bagi pariwisata Bali, untuk menggaet wisman,” ujarnya terpisah.
Kata dia memang pariwisata Bali sudah menunjukkan pemulihan. Kunjungan wisman juga terus bertambah dari tahun ke tahun pasca Pandemi Covid-19. Pada 2023 wisman ke Bali tercatat mencapai 5,3 juta orang. Meningkat dari tahun sebelumnya.
Namun, lanjut Hendrawan, 5,3 juta wisman tersebut masih di bawah jumlah kunjungan wisman sebelum Pandemi Covid-19, yang mencapai di atas 8 juta pada 2019. “Jadi kunjungan wisman ke Bali masih kurang,” ujarnya.
Dia berharap agar ada kebijakan dari pemerintah supaya bisa lebih meningkatkan lagi kunjungan wisman ke Indonesia, khususnya Bali, Paling tidak mencapai sebagaimana sebelum pandemi Covid-19. Salah satu yang bisa dilakukan, sarannya, dengan menambah jumlah penerbangan ke Bali atau ke Indonesia. “Jangan sampai wisman kita ‘digerogoti’ terus oleh kompetitor, seperti Vietnam dan Thailand di antaranya,” tegas Hendrawan. 7 k17
1
Komentar