Dari Susunan Nama, Nasib Seseorang Bisa Diramal
Mengenal Wariga Wacak Oton, Meramal Nasib dari Konfigurasi Nama dan Kelahiran
Orang yang kelebihan/keberatan nama bisa mengalami sakit-sakitan, terkena musibah, bahkan melik (indigo), hal serupa juga terjadi jika kekurangan nama
DENPASAR, NusaBali
Setiap aksara dalam nama memiliki nilai berupa angka. Dari susunan nama ini, nasib seseorang bisa diramal. Baik buruknya nasib yang dibawa dapat diperbaiki dengan menyeimbangkan nama dan kelahiran.
Seni meramal nasib melalui susunan nama dan kelahiran ini disebut Wariga Wacak Oton. Sebuah disiplin tenung wariga. Disiplin ini ditekuni oleh Wayan Sukerta, penekun spiritual dan pendiri Yayasan Padma Bhuana asal Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Pada Minggu (25/2) lalu, Sukerta membuka praktik di Sekretariat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali serangkaian pameran HUT ke-65 PHDI. Stand yang dibukanya menjadi salah satu favorit bagi orang-orang yang ingin melihat nasib mereka dari konfigurasi nama dan kelahiran.
Kata Sukerta, wariga wacak oton ini dimulai dengan mengkonversi nama menjadi angka, urip dari masing-masing aksara Bali yang menyusun nama. Urip aksara ini kemudian dijumlahkan dan dibagi lima. Sisa dari pembagian ini bakal merujuk ke lima hal, yakni Sri, Guru, Gedong, Lara dan Pati. "Misalnya, urip namanya habis dibagi lima maka itu merujuk ke Pati, artinya kerap sakit-sakitan dan terkena musibah. Kalau misalnya dibagi lima sisa satu itu Sri, artinya kesuburan. Kalau sisa dua, kenanya Guru, orangnya tertuntun," jelas Sukerta.
Kemudian, urip nama yang dibagi lima sisa tiga biasanya merujuk pada Gedong, nasib orang yang berkarakter pemimpin dan banyak menerima jabatan. Kemudian, Lara untuk orang yang harus tertatih-tatih untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Urip dari nama ini kemudian dicocokkan dengan oton, yakni Saptawara, Pancawara, dan Wuku. Dengan hitung-hitungan tertentu sesuai ilmu tenung wariga, akan diketahui apakah konfigurasi nama itu kelebihan/keberatan atau justru kekurangan nama.
"Otonan ini merupakan wadah dari nama. Nama ini harus seimbang dengan wadahnya itu. Karena bisa jadi kekurangan nama atau kelebihan/keberatan nama terhadap otonan sebagai wadah nama," ungkap Sukerta yang sudah berpraktik sejak tahun 2000 ini. Lanjut Sukerta, orang yang kelebihan/keberatan nama bisa mengalami sakit-sakitan, terkena musibah, bahkan melik (indigo). Begitu pula yang kekurangan nama. Mereka bisa sakit-sakitan dan sering berkonflik. Namun, kata Sukerta, tidak ada nama yang buruk. Semua nama pada hakekatnya baik. Hanya saja, apakah nama itu sesuai dengan wadah yang lahir bersama pemiliknya. Selain itu, mengubah nama juga berimplikasi pada administrasi kependudukan termasuk dokumen pendidikan yang sudah ditempuh.
Oleh karena itu, seseorang yang menurut wariga wacak oton mempunyai kekurangan atau kelebihan nama tidak harus mengubah nama secara sah. Sukerta menegaskan, dapat diubah nama niskala dan/atau nama panggilan dengan menstabilkan nama yang kekurangan atau kelebihan ini. "Yang datang ke tempat praktik saya di Sidakarya itu ada yang terkena kanker, sakit-sakitan, bisnisnya tidak lancar. Nah, diubah nama niskalanya misalnya dari 'sandat' menjadi 'jempiring'," imbuh Sukerta.
Kata pria yang juga memiliki nama Rommi Vazukerta ini mengklaim, klien yang namanya sudah diubah berhasil berangsur sembuh, usaha yang bangkrut bisa sukses kembali, bisa bertemu jodoh, memiliki keturunan, mendapat pekerjaan, yang kerap cerai menjadi langgeng, dan lain-lain. Hitung-hitungan yang dijelaskan Sukerta ini dikomplemen dengan hitung-hitungan lain yang lebih kompleks dan analisis kepribadian mendalam menurut lontar-lontar wariga dan kelahiran. Kata dia, terpenting adalah memohon restu perubahan nama kepada Bhatara Hyang Guru dan leluhur yang menghubungkan manusia biasa dengan alam Dewata. 7 ol1
1
Komentar