Areal Pura Diperluas, Utama Mandala Bisa Tampung 150 Orang
Megahnya Pura Prajapati Desa Adat Ubud, Baru Direnovasi Habiskan Dana Rp 1,5 miliar
Pembangunan pura menggunakan bahan-bahan berkualitas mulai dari prada cina 24 karat dan candi bentar hingga panyengker dari bahan Paras Seribupati Tabanan
GIANYAR, NusaBali
Pura Prajapati Desa Adat Ubud tampak megah dan mewah, tampil beda dari Pura Prajapati pada umumnya di Bali yang berdampingan dengan setra atau kuburan. Pembangunan atau renovasi pura ini menelan anggaran sekitar Rp 1,5 miliar. Berasal dari dana bansos, sumbangsih Puri Ubud dan dana swadaya krama.
Terwujudnya pembangunan Pura Prajapati megah ini tak terlepas dari imbas positif geliat pariwisata di kampung turis Ubud. Krama yang sebagian besar sebagai praktisi pariwisata tulus ikhlas mendukung, bahkan ada yang mapunia hingga ratusan juta rupiah. Meski potensi menjadi daya tarik wisata, krama sepakat untuk menjaga kesakralan Pura Prajapati sebagai tempat suci. Bendesa Adat Ubud Tjokorda Gde Raka Kertyasa mengatakan kemewahan fisik sifatnya tidak permanen.
Foto: Penampilan baru Pura Prajapati Desa Adat Ubud. -NOVI ANTARI
Terpenting adalah menjaga kebersamaan dan tulus ikhlas krama di dalam mencerminkan bakti kepada leluhur, bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. "Fisik itu bagian yang tidak permanen. Yang permanen perlu kita jaga keyakinan kita," ujarnya saat ditemui di sela Karya Rsi Gana, Melaspas saha Mupuk Pedagingan Pura Prajapati Desa Adat Ubud, Soma Umanis Sungsang, Senin (19/2) pagi.
Pemlaspasan ini dipuput Ida Pedanda Geria Peling Padang Tegal Ubud, dihadiri Panglingsir Puri Ubud Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), Tjokorda Gde Putra Sukawati, beserta undangan terkait lainnya. Dijelaskannya, perbaikan pura perlu dilakukan sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. "Yang paling penting ada niat didukung dengan finansial untuk menunjukkan rasa bakti itu sesuai tatanan dan aturan yang kita sudah warisi dari leluhur," ujar Tokoh Puri Ubud yang akrab disapa Cok Ibah ini.
Kepada krama, Cok Ibah berharap agar senantiasa menjaga kerukunan dan kebersamaan di dalam menjalankan swadharma agama, swadharma negara dan swadharma sebagai manusia. Prajuru Desa Adat Ubud Kaja, I Nyoman Ada menambahkan Pura Prajapati ini diperlebar ke selatan. "Dulu area Pura relatif sempit, krama agak kosekan (berdesakan) ketika ada persembahyangan. Sehingga ada inisiatif untuk diperluas supaya bisa lebih leluasa," jelasnya. Pura ini diempon oleh 4 desa adat se Bale Agung Ubud, di antaranya Sambahan, Ubud Kaja, Ubud Tengah, dan Ubud Kelod.
Foto: Panglingsir Puri Ubud dan para tokoh adat saat hadiri Karya Rsi Gana, Melaspas saha Mupuk Pedagingan Pura Prajapati Desa Adat Ubud, Senin (19/2).
Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan, I Made Roja Ekarwa menambahkan pembangunan pura ini berlangsung sejak 12 September 2023 hingga 12 Februari 2024. "Kurang lebih selama 5 bulan. Atas persetujuan krama, area pura diperlebar ke arah selatan. Kini kapasitas di utama mandala bisa sekitar 150 orang," jelasnya. Pembangunan pura menggunakan bahan-bahan berkualitas. Untuk prada cina 24 karat yang digunakan saja habis senilai Rp 160-an juta, kemudian candi bentar hingga panyengker dari bahan Paras Seribupati Tabanan yang menghabiskan 5.570 batang.
"Bisa jadi ini yang termegah. Kami sebagai pangemong dalam satu areal terlebih dahulu sudah menata kuburan nista mandala, madya sudah pavingisasi, kini puncaknya memperbaiki di utama mandala," jelasnya. Meski secara umum tampak baru, megah dan mewah, ada beberapa ornamen yang dipertahankan hingga kini. "Palinggih Padmasana masih utuh, hanya kami poles bagian pondasi. Begitu juga beberapa patung," jelasnya. Yang tak kalah megah, sisi barat pura terdapat bangunan bertingkat. Lantai bawah disiapkan untuk aktivitas Pamangku istirahat maupun mandi, sedangkan lantai atas untuk tempat penyimpanan sarana prasarana pura seperti wastra, tedung maupun perlengkapan banten. 7 nvi
1
Komentar