Screening dari Bayi Baru Lahir, Operasi hingga Terapi Wicara
RSUP Prof Ngoerah Launching Layanan Gangguan Pendengaran untuk Masyarakat
Dokter dan tim medis yang profesional dan terlatih akan memastikan ketepatan dan ketelitian dalam memberikan layanan gangguan pendengaran pada pasien
DENPASAR, NusaBali
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr IGNG Ngoerah (sebelumnya RSUP Sanglah) Denpasar meluncurkan layanan gangguan pendengaran sebagai bagian dari upaya meningkatkan akses pelayanan kesehatan pendengaran kepada masyarakat. Layanan baru ini diresmikan Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah, dr I Wayan Sudana MKes di Ruang Pertemuan Werkudara, Lantai 3 Gedung Politeknik RSUP Prof Ngoerah, Kamis (22/2).
Launching Layanan Gangguan Pendengaran ini menegaskan komitmen RSUP Prof Ngoerah sebagai rumah sakit rujukan nasional dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pendengaran dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup pasien yang mengalami gangguan pendengaran. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi dampak negatif gangguan pendengaran terhadap kualitas hidup pasien. Program ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam habilitasi dan rehabilitasi bagi pasien dengan gangguan pendengaran.
RSUP Prof Ngoerah menawarkan layanan komprehensif yang didukung oleh peralatan diagnostik pendengaran yang modern dan efisien. Dokter dan tim medis yang profesional dan terlatih akan memastikan ketepatan dan ketelitian dalam memberikan layanan gangguan pendengaran. Direktur Medik, Keperawatan, dan Penunjang RSUP Prof Ngoerah, dr Affan Priyambodo Permana SpBS(K) menjelaskan penyebab, dampak, serta cara pengobatan yang tersedia untuk gangguan pendengaran saat acara launching kemarin.
"Melalui pusat pendengaran ini, kami menyediakan layanan screening, screening dari bayi baru lahir hingga operasi dan terapi wicara. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa anak-anak dengan gangguan pendengaran dapat berintegrasi dengan baik dalam masyarakat," ungkap dr Affan Priyambodo. Sementara Dokter Spesialis THT-KL RSUP Prof Ngoerah, dr I Made Wiranadha Sp THT-KL, menjelaskan bahwa proses pemeriksaan pendengaran terkini menjadi tahap awal layanan.
Foto: Kesaksian beberapa anak yang telah pulih saat launching Layanan Gangguan Pendengaran di RSUP Prof Ngoerah Denpasar, Kamis (22/2). -IST
Selanjutnya, RSUP Prof Ngoerah akan memberikan alat bantu dengar dan melakukan terapi wicara. Jika diperlukan, prosedur operasi implantasi Koklea akan dilakukan untuk memastikan pasien dapat mendengar dengan normal. Fasilitas yang pertama adalah pemeriksaan pendengaran terkini, selanjutnya akan melakukan pemasangan alat bantu dengar dan fitting alat bantu dengar kemudian setelah dipasang alat bantu dengar akan lakukan EFP dan terapi wicara, di sini prosesnya paling lama, untuk anak diajar supaya bisa mendengar dan kemudian supaya bisa bicara. Jika dengan alat bantu dengar tidak terjadi perbaikan, maka akan dilakukan tindakan operasi.
“Kita akan memasang Elektroda di rumah siput, sehingga anak dapat mendengar seperti biasa sehingga bisa sekolah di sekolah normal yang biasa. Sudah ada kurang lebih 200 kasus yang kita lakukan operasi implan Koklea, kebetulan guru kami dr Eka Putra Setiawan memang sudah sering sekali mengerjakan operasi itu, jadi dari kita sudah siap untuk mengerjakan operasi di RS Prof Ngoerah,” ungkap dr Wiranadha.
Kesuksesan terapi gangguan pendengaran di RS Prof Ngoerah tercermin melalui kesaksian beberapa anak yang telah pulih sepenuhnya. Salah satunya, Ayu,9, yang kembali dapat mendengar dan tampak membacakan puisi di hadapan para dokter, kemarin. Sofia,11, juga telah sembuh dan tampak dapat menari sesuai ritme musik dengan lancar saat acara Launching Layanan Gangguan Pendengaran oleh RSUP Prof Ngoerah.
Dokter-dokter yang hadir dalam acara kemarin mengungkapkan kebanggaan dan rasa syukur mereka atas kesembuhan anak-anak yang dulunya mengalami gangguan pendengaran. Melalui terapi dan perawatan yang tepat, mereka kembali dapat menikmati kehidupan dengan normal. Dengan langkah ini, RSUP Prof Ngoerah berharap dapat terus memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan gangguan pendengaran di Indonesia. 7 cr79
Komentar