The Gunners Dihantui Kutukan UCL
Arteta Marah, Arsenal Takluk di Kandang Porto
Sejak 2015, Arsenal sering kalah karena bermain kurang cerdas. Kini, pemain dihadapkan tantangan mematahkan kutukan selalu kalah di babak 16 besar UCL dalam tujuh kesempatan terakhir.
PORTO, Nusabali
Kutukan terus mengintai Arsenal, setelah kalah 0-1 kontra Porto, dalam laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions, di Estadio do Dragao, Kamis (22/2) dinihari WITA. Ya, sejarah mencatat The Gunners belum pernah memang dalam laga sistem gugur Liga Champions sejak 2015.
Hasil itu membuat The Gunners harus menang lebih dari satu gol pada leg kedua di kandang sendiri jika ingin ke perempatfinal UCL (UEFA Champions League). Karena itu, tim asuhan Mikel Arteta harus menemukan kembali ketenangan dan tujuan yang membuat mereka diunggulkan sebelum laga dimulai.
Hasil itu membuat Arsenal harus menang di leg kedua agar lolos ke perempatfinal. The Gunners diperkirakan akan mendapatkan keuntungan bermain di Emirates Stadium di laga selanjutnya.
Arsenal berusaha untuk mencapai babak perempatfinal untuk pertama kalinya sejak 2010 dengan tujuh musim terakhir di Liga Champions yang semuanya berakhir di 16 besar.
Bahkan, sebelum gol kemenangan menakjubkan Galeno pada menit ke-94, tim Meriam London terlihat kehilangan ciri khas sepak bola dinamisnya. Arsenal gagal mencatatkan satu tembakan tepat sasaran dalam laga untuk pertama kali sejak Januari 2022, saat melawan Nottingham Forest dalam kekalahan putaran ketiga Piala FA, yang membuat pelatih Mikel Arteta sangat marah. “Kredit untuk Porto yang bertahan dengan baik. Tetapi memang benar, ketika sampai di area tertentu, kami tidak menyelesaikan aksi atau malah memberikan bola terakhir atau umpan silang yang tepat," tutur Arteta, dikutip ESPN.
"Sekarang jelas, ini leg pertama. Jika ingin di perempat final, harus mengalahkan Porto. Itu menjadi tujuan dan rencana kami, dengan seluruh fans kami bersama-sama," kata pelatih asal Spanyol itu.
Arsenal tentu saja akan mendapat keuntungan karena akan bermain di Stadion Emirates pada leg kedua. Tetapi, sejarah mencatat The Gunners belum pernah memenangi laga sistem gugur di Liga Champions sejak 2015.
Sepak terjang Arsenal di Liga Champions sejak 2015 sering mengalami kekalahan karena bermain dengan cara kurang cerdas. Kini, pemain Arsenal dihadapkan tantangan untuk mematahkan kutukan selalu kalah di 16 besar Liga Champions dalam tujuh kesempatan terakhir.
Jam terbang mungkin berbicara dalam laga penting. Skuad Arsenal tidak terlalu berpengalaman di babak gugur Liga Champions. Sedangkan bek Porto, Pepe, sudah melakoni 47 laga.
Selain itu, tim tuan rumah pandai dalam menghentikan permainan. Ada 36 pelanggaran yang terjadi sepanjang laga leg pertama di Estadio do Dragao. Arsenal menyumbang 22 pelanggaran dari angka tersebut, jumlah tertinggi pada musim ini di Liga Champions.
"Kami tahu, itu sesuatu yang harus diatur wasit. Kami tidak bisa berbuat apa-apa dan harus menghadapinya dan bermain sesuai permainan kami. Namun, kami akan belajar dan melakukan lebih baik,” kata Arteta.
Sedangkan gelandang The Gunners Declan Rice berjanji timnya akan tampil berbeda di laga kandang nanti. Rice menolak menyerah setelah timnya kalah.
Arsenal sebenarnya tampil sangat dominan. Namun, The Gunners gagal mencetak gol hingga akhir laga. Sebaliknya, Galeno mencetak gol kemenangan Porto menjelang laga berakhir atau menit 90+4 .
"Saya pikir ini tentang menjaga pikiran kami. Sulit untuk menerima kekalahan pada leg itu. Mengetahui bagaimana kami bermain di kandang, dengan fans dan energi kami, saya pikir akan melihat tim di posisi terdepan sejak awal dan kami akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukannya," kata Rice. ant
1
Komentar