Jelang Galungan–Kuningan Penjualan Sarana Upacara Masih Sepi Pembeli
DENPASAR, NusaBali - Pedagang sarana upacara mengalami penurunan penjualan, meskipun mendekati Hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi, dan odalan. Karenanya, pedagang tidak berani menambah stok dagangan karena khawatir tidak habis terjual.
Wayan Jere, 60, yang telah berjualan alat ritual selama sekitar 10 tahun di Jalan Tukad Pakerisan, Kelurahan Panjer, Denpasar Selatan, menyatakan penjualan sarana upacara pada tahun ini tidak mengalami peningkatan berarti, meskipun mendekati hari raya keagamaan. “Penjualan sepi semenjak harga bahan pangan naik. Karena harga sarana upacara juga ikut naik,” ujar Jere, Jumat (23/2).
Jere mengungkapkan bahwa dia terpaksa menaikkan harga jualannya hingga 5 persen untuk menutupi biaya operasional dan keuntungan yang diharapkan. “Harga barang-barang saya naikkan 5 persen, karena sekarang serba mahal, beras naik, cabai naik, gas langka. Kalau tidak saya naikkan harganya, saya tidak bisa stok barang,” ucapnya.
“Sekarang masih sepi, padahal Galungan sebelumnya pagi hari kadang sudah habis. Hari ini (kemarin) dari pagi belum ada satu pun yang beli. Kebanyakan lebih prioritaskan beli bahan pangan dulu, atau mungkin kebanyakan buat sendiri (sarana upacara, Red) dari pada beli,” kata Jere.
Jere mengatakan masih belum berani untuk menambah stok barang dengan jumlah banyak karena takut tidak bisa membayar harga beli barangnya. “Sedikit saja sekarang stoknya, takutnya belum tentu habis. Nanti kalau stok banyak malah gak bisa bayar harga ke pembuatnya. Soalnya kan barang saya ambil dari orang,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan omzetnya saat ini tidak seperti sebelumnya. “Biasanya kalau hari raya sebelumnya bisa mendapatkan Rp 1 juta sampai Rp 5 juta, kalau hari biasa bisa Rp 500.000. Tapi kalau sekarang sepi, jadi agak susah mencapai segitu, biasanya sehari bisa Rp 200.000 sampai Rp 500.000. Jadi seperti hari biasa walaupun sebentar lagi ada hari raya,” beber Jere.
Made Rena, 79, yang sudah berjualan sarana upacara sekitar 20 tahun juga menyatakan hal yang sama. Dikatakanya, saat-saat seperti ini biasanya ramai pembeli datang. Selain itu di tengah naiknya harga pangan, Rena tidak menaikkan harga jualannya.
Dia juga mengatakan hingga siang hari (Jumat kemarin) belum ada satupun orang yang berbelanja di tempatnya. “Biasanya bisa dapat Rp 500.000 sampai Rp 2 juta pas hari raya, tapi sekarang hanya Rp 200.000 sampai Rp 500.000. Stok pun tidak berani banyak karena takut tidak bisa habis,” ujarnya. 7 cr79
Jere mengungkapkan bahwa dia terpaksa menaikkan harga jualannya hingga 5 persen untuk menutupi biaya operasional dan keuntungan yang diharapkan. “Harga barang-barang saya naikkan 5 persen, karena sekarang serba mahal, beras naik, cabai naik, gas langka. Kalau tidak saya naikkan harganya, saya tidak bisa stok barang,” ucapnya.
“Sekarang masih sepi, padahal Galungan sebelumnya pagi hari kadang sudah habis. Hari ini (kemarin) dari pagi belum ada satu pun yang beli. Kebanyakan lebih prioritaskan beli bahan pangan dulu, atau mungkin kebanyakan buat sendiri (sarana upacara, Red) dari pada beli,” kata Jere.
Jere mengatakan masih belum berani untuk menambah stok barang dengan jumlah banyak karena takut tidak bisa membayar harga beli barangnya. “Sedikit saja sekarang stoknya, takutnya belum tentu habis. Nanti kalau stok banyak malah gak bisa bayar harga ke pembuatnya. Soalnya kan barang saya ambil dari orang,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan omzetnya saat ini tidak seperti sebelumnya. “Biasanya kalau hari raya sebelumnya bisa mendapatkan Rp 1 juta sampai Rp 5 juta, kalau hari biasa bisa Rp 500.000. Tapi kalau sekarang sepi, jadi agak susah mencapai segitu, biasanya sehari bisa Rp 200.000 sampai Rp 500.000. Jadi seperti hari biasa walaupun sebentar lagi ada hari raya,” beber Jere.
Made Rena, 79, yang sudah berjualan sarana upacara sekitar 20 tahun juga menyatakan hal yang sama. Dikatakanya, saat-saat seperti ini biasanya ramai pembeli datang. Selain itu di tengah naiknya harga pangan, Rena tidak menaikkan harga jualannya.
Dia juga mengatakan hingga siang hari (Jumat kemarin) belum ada satupun orang yang berbelanja di tempatnya. “Biasanya bisa dapat Rp 500.000 sampai Rp 2 juta pas hari raya, tapi sekarang hanya Rp 200.000 sampai Rp 500.000. Stok pun tidak berani banyak karena takut tidak bisa habis,” ujarnya. 7 cr79
Komentar