Lontar Milik Juru Tembang Relatif Terawat
Identifikasi Lontar oleh Tim Penyuluh Berlanjut
AMLAPURA, NusaBali - Festival Konservasi Lontar Bulan Bahasa Bali VI di Kabupaten Karangasem berlangsung di Lingkungan Penaban, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Sabtu (24/2).
Tim Penyuluh Bahasa Bali dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melakukan identifikasi lontar milik Jro Mangku Made Sriyarta seorang juru tembang (menyanyikan lagu-lagu suci). Lontar milik juru tembang ini relatif terawat.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Karangasem Ni Luh Widiastiti mengatakan, ada 13 cakep lontar yang dimiliki Jro Mangku Made Sriyarta. Tim Penyuluh Bahasa Bali hanya berhasil mengidentifikasi 10 cakep lontar. Sementara sisanya, yakni 3 cakep lontar dalam kondisi rusak, sehingga Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Karangasem hanya bisa merawat dan merapikan saja. “Sebanyak tiga lontar itu, beberapa halamannya ada yang rusak, bahkan hilang,” ucap Widiastiti.
Setelah melakukan perawatan, Tim Penyuluh kemudian melakukan identifikasi, sehingga dapat dicatat Jro Mangku Sriyarta memiliki 4 embat-embatan, dan 9 cakepan. Jenis lontar itu, seperti kakawin, tattwa, kewisesan, bomantaka, wariga (pratiti samut Padha), dan kidung. Umur lontar tersebut bervariasi. Ada yang usianya sudah puluhan tahun, namun ada juga yang relatif baru, karena memang pemilik suka membaca lontar.
Lontar yang usianya puluhan tahun sebagian besar kondisinya sudah agak rusak dan tidak berisi kolofon, sehingga tidak diketahui dengan jelas usianya. Sementara untuk lontar yang baru umurnya sekitar 2-3 tahunan.
Jro Mangku Made Sriyarta sangat rajin melakukan perawatan terhadap lontar-lontar itu, sebelum Tim Penyuluh Bahasa Bali datang. Lontar itu hanya dibersihkan dengan kuas dan diangin-anginkan saja. “Pemilik lontar Jro Mangku Sriyarta kebetulan adalah orang yang senang nembang (manyanyi lagu suci) dan makekawin, sehingga beliau sering membaca lontar. Ini biasa dilakukan bersama tetangganya yang juga suka matembang, dan salah satu kerabat jauh yang kebetulan seorang penulis lontar,” ungkap Widiastiti.
Sementara Jro Mangku Made Sriyarta mengaku senang dan bangga upaya penyelamatan warisan budaya Bali oleh Tim Penyuluh Bahasa Bali ini. Dia berpesan untuk terus melanjutkan dan meningkatkan program perawatan lontar ini, karena sangat membantu pemilik lontar yang masih banyak tidak tahu cara merawat lontar dengan baik. “Apalagi saat ini, generasi muda kurang perhatiannya terhadap keberadaan lontar. Jangankan merawat lontarnya, mengetahui isi lontar yang dimilikinya mereka tidak mau,” ucap Jro Mangku Sriyarta. a.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Karangasem Ni Luh Widiastiti mengatakan, ada 13 cakep lontar yang dimiliki Jro Mangku Made Sriyarta. Tim Penyuluh Bahasa Bali hanya berhasil mengidentifikasi 10 cakep lontar. Sementara sisanya, yakni 3 cakep lontar dalam kondisi rusak, sehingga Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Karangasem hanya bisa merawat dan merapikan saja. “Sebanyak tiga lontar itu, beberapa halamannya ada yang rusak, bahkan hilang,” ucap Widiastiti.
Setelah melakukan perawatan, Tim Penyuluh kemudian melakukan identifikasi, sehingga dapat dicatat Jro Mangku Sriyarta memiliki 4 embat-embatan, dan 9 cakepan. Jenis lontar itu, seperti kakawin, tattwa, kewisesan, bomantaka, wariga (pratiti samut Padha), dan kidung. Umur lontar tersebut bervariasi. Ada yang usianya sudah puluhan tahun, namun ada juga yang relatif baru, karena memang pemilik suka membaca lontar.
Lontar yang usianya puluhan tahun sebagian besar kondisinya sudah agak rusak dan tidak berisi kolofon, sehingga tidak diketahui dengan jelas usianya. Sementara untuk lontar yang baru umurnya sekitar 2-3 tahunan.
Jro Mangku Made Sriyarta sangat rajin melakukan perawatan terhadap lontar-lontar itu, sebelum Tim Penyuluh Bahasa Bali datang. Lontar itu hanya dibersihkan dengan kuas dan diangin-anginkan saja. “Pemilik lontar Jro Mangku Sriyarta kebetulan adalah orang yang senang nembang (manyanyi lagu suci) dan makekawin, sehingga beliau sering membaca lontar. Ini biasa dilakukan bersama tetangganya yang juga suka matembang, dan salah satu kerabat jauh yang kebetulan seorang penulis lontar,” ungkap Widiastiti.
Sementara Jro Mangku Made Sriyarta mengaku senang dan bangga upaya penyelamatan warisan budaya Bali oleh Tim Penyuluh Bahasa Bali ini. Dia berpesan untuk terus melanjutkan dan meningkatkan program perawatan lontar ini, karena sangat membantu pemilik lontar yang masih banyak tidak tahu cara merawat lontar dengan baik. “Apalagi saat ini, generasi muda kurang perhatiannya terhadap keberadaan lontar. Jangankan merawat lontarnya, mengetahui isi lontar yang dimilikinya mereka tidak mau,” ucap Jro Mangku Sriyarta. a.
Komentar