Setinggi 4,5 Meter dan Berat Hampir 1 Ton, Full Gerak
Ogoh-Ogoh ‘Sang Panca Korsika’ ST Yowana Pratyaksa, Banjar Bualu, Kuta Selatan, Badung
Ogoh-ogoh ini juga gunakan bahan organik, seperti bambu, rotan, serta inovasi seperti kolam dengan pancuran air yang menghidupkan elemen air dalam karya ini
MANGUPURA, NusaBali
Sekaa Teruna (ST) Yowana Pratyaksa, Banjar Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung kembali membuat inovasi menarik untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946. Mereka menciptakan ogoh-ogoh yang tidak hanya megah dalam ukuran dan desain tetapi juga inovatif dengan penggunaan teknologi yang memungkinkan beberapa bagian ogoh-ogoh bisa bergerak.
Ogoh-ogoh ST Yowana Pratyaksa ini mengangkat tema mitologis dengan integrasi teknologi canggih. Koordinator Tim Penggarap Ogoh-ogoh, I Komang Tryandika menjelaskan setiap tokoh dalam ogoh-ogoh ini dilengkapi dengan mekanisme yang memungkinkan berbagai bagian tubuhnya bergerak, termasuk kepala, mata, dan anggota badan lainnya.
“Bagian Panca Maha Bhuta pada empat elemen bisa bergerak, yakni elemen udara pada bagian kepala dan mata bisa bergerak. Elemen api mata dan api bisa bergerak. Elemen tanah bisa menggerakkan mata. Terakhir pada elemen air, dari mulut bisa mengeluarkan air dan mata bisa bergerak. Lalu tapel Preranjala dan Sang Garga sambil membawa Padma atau arah mata angin juga bisa memutar,” ujar Tryandika saat ditemui di Balai Banjar Bualu, Sabtu (24/2) malam.
Pria yang akrab di sapa Man Pendol ini mengaku mengambil inspirasi dari ajaran penciptaan dunia yang bersifat Siwaistik. ‘Sang Panca Korsika’ menggambarkan lima tokoh utama yang mewakili unsur penciptaan. Sang Preranjala dengan ukiran yang menggambarkan Kala atau perputaran waktu, serta elemen alam semesta lainnya, menjadi salah satu daya tarik utama. Dia juga mengatakan untuk mengambil konsep ini turut melibatkan salah satu Pamangku di Pura Banjar Bualu.
“Tema ini kami ambil juga karena kami bertanya kepada Jero Mangku yang ada di banjar kami. Kami juga sharing kepada teman di ST,” ungkapnya.
Man Pendol mengaku, pembuatan ogoh-ogoh ini cukup rumit. Melalui diskusi intensif mulai akhir Desember 2023 dan pengerjaan yang dimulai pada 14 Januari 2024, tim mengerahkan segala usaha untuk merealisasikan visi mereka dalam ogoh-ogoh. Meskipun menghadapi tantangan waktu yang mepet dan kendala teknis lainnya, semangat tim tidak pernah pudar. Dedikasi mereka terhadap karya ini bahkan terlihat dari kerja keras mereka setiap hari, dari pagi hingga malam, di banjar, meskipun sempat berhenti sejenak saat Pemilu.
Dengan tinggi mencapai 4,5 meter dan berat hampir 1 ton, ogoh-ogoh ini tidak hanya menonjol karena dimensinya, tetapi juga karena penggunaan bahan organik seperti bambu, rotan, besi, serta inovasi seperti kolam dengan pancuran air yang menghidupkan elemen air dalam karya ini. Hal ini menandakan sebuah lompatan signifikan dalam hal kreativitas dan investasi, menggandakan biaya produksi dibandingkan tahun sebelumnya demi mencapai kualitas yang maksimal. Tidak hanya sebagai medium untuk mengekspresikan kreativitas, Man Pendol mengakui jika pembuatan ogoh-ogoh ini juga menjadi wadah pembelajaran dan pengembangan bagi tim penggarap.
Sekaa Teruna (ST) Yowana Pratyaksa, Banjar Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung kembali membuat inovasi menarik untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946. Mereka menciptakan ogoh-ogoh yang tidak hanya megah dalam ukuran dan desain tetapi juga inovatif dengan penggunaan teknologi yang memungkinkan beberapa bagian ogoh-ogoh bisa bergerak.
Ogoh-ogoh ST Yowana Pratyaksa ini mengangkat tema mitologis dengan integrasi teknologi canggih. Koordinator Tim Penggarap Ogoh-ogoh, I Komang Tryandika menjelaskan setiap tokoh dalam ogoh-ogoh ini dilengkapi dengan mekanisme yang memungkinkan berbagai bagian tubuhnya bergerak, termasuk kepala, mata, dan anggota badan lainnya.
“Bagian Panca Maha Bhuta pada empat elemen bisa bergerak, yakni elemen udara pada bagian kepala dan mata bisa bergerak. Elemen api mata dan api bisa bergerak. Elemen tanah bisa menggerakkan mata. Terakhir pada elemen air, dari mulut bisa mengeluarkan air dan mata bisa bergerak. Lalu tapel Preranjala dan Sang Garga sambil membawa Padma atau arah mata angin juga bisa memutar,” ujar Tryandika saat ditemui di Balai Banjar Bualu, Sabtu (24/2) malam.
Pria yang akrab di sapa Man Pendol ini mengaku mengambil inspirasi dari ajaran penciptaan dunia yang bersifat Siwaistik. ‘Sang Panca Korsika’ menggambarkan lima tokoh utama yang mewakili unsur penciptaan. Sang Preranjala dengan ukiran yang menggambarkan Kala atau perputaran waktu, serta elemen alam semesta lainnya, menjadi salah satu daya tarik utama. Dia juga mengatakan untuk mengambil konsep ini turut melibatkan salah satu Pamangku di Pura Banjar Bualu.
“Tema ini kami ambil juga karena kami bertanya kepada Jero Mangku yang ada di banjar kami. Kami juga sharing kepada teman di ST,” ungkapnya.
Man Pendol mengaku, pembuatan ogoh-ogoh ini cukup rumit. Melalui diskusi intensif mulai akhir Desember 2023 dan pengerjaan yang dimulai pada 14 Januari 2024, tim mengerahkan segala usaha untuk merealisasikan visi mereka dalam ogoh-ogoh. Meskipun menghadapi tantangan waktu yang mepet dan kendala teknis lainnya, semangat tim tidak pernah pudar. Dedikasi mereka terhadap karya ini bahkan terlihat dari kerja keras mereka setiap hari, dari pagi hingga malam, di banjar, meskipun sempat berhenti sejenak saat Pemilu.
Dengan tinggi mencapai 4,5 meter dan berat hampir 1 ton, ogoh-ogoh ini tidak hanya menonjol karena dimensinya, tetapi juga karena penggunaan bahan organik seperti bambu, rotan, besi, serta inovasi seperti kolam dengan pancuran air yang menghidupkan elemen air dalam karya ini. Hal ini menandakan sebuah lompatan signifikan dalam hal kreativitas dan investasi, menggandakan biaya produksi dibandingkan tahun sebelumnya demi mencapai kualitas yang maksimal. Tidak hanya sebagai medium untuk mengekspresikan kreativitas, Man Pendol mengakui jika pembuatan ogoh-ogoh ini juga menjadi wadah pembelajaran dan pengembangan bagi tim penggarap.
Foto: Ogoh-Ogoh ‘Sang Panca Korsika’. -WINDU
Mereka bertekad untuk terus meningkatkan kualitas karya di tahun-tahun mendatang, dengan harapan bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik lagi. “Kesan saya untuk ogoh-ogoh tahun ini kami di tim penggarap sangat puas dengan hasil yang kami kerjakan selama satu bulan lebih. Ke depannya mungkin kami bisa membuat yang lebih baik dari hasil tahun ini,” harapnya.
Dengan sanan yang berukuran 6x6 meter, pihaknya telah menyiapkan sebanyak 40 orang pemuda untuk mengangkat ogoh-ogoh tersebut saat malam pangerupukan pada 10 Maret 2024 mendatang. Dia juga menjamin, ketika ogoh-ogoh ini diarak dalam pawai akan menjadi pusat perhatian, tidak hanya karena keindahan dan kompleksitasnya, tetapi juga karena cerita dan filosofi yang dibawanya. “Penegen nanti kurang lebih kami menyiapkan 40 orang dengan ukuran sanan berkisar 6x6 meter. Saat pengarakan mesin di ogoh-ogoh dipastikan aman, walaupun nanti hujan, kita sudah mengantisipasi itu agar ogoh-ogoh tetap aman,” pungkasnya. Ditemui dalam kesempatan yang sama, Ketua ST Yowana Pratyaksa Banjar Bualu, I Putu Agus Septiana Putra mengatakan hampir seluruh pemuda di banjar yang berjumlah 300 orang turut serta dalam proses kreatif ini dengan partisipasi aktif 60-70 orang setiap hari.
“Kami ingin semua elemen di Banjar Bualu terlibat langsung karena kami menyebarkan semangat yang luar biasa," ujar Putu Agus mengungkapkan visi di balik kegiatan ini. Tidak hanya para pemuda, namun para teruni, atau anggota perempuan, juga ikut serta dengan antusias dalam pembuatan ogoh-ogoh, membantu dalam kegiatan konsumsi dan aspek lainnya.
Dengan dana awal sebesar Rp 20 juta dari kas banjar, ditambah dengan sponsorship dan sumbangan dari donatur, total dana yang terkumpul mencapai sekitar Rp 140 juta. Dana khusus untuk ogoh-ogoh sendiri berjumlah Rp 70 juta, menandakan seriusnya penggarapan ogoh-ogoh ini. "Gebrakan kami di tahun ini adalah membuat ogoh-ogoh terbaik dan ingin mempersembahkan yang terbaik untuk banjar kami," tambah Putu Agus. 7 ol3
Komentar