Tabanan Gelar Sapu Leger 6.000 Peserta
Pemkab Tabanan untuk kali pertama menggelar kegiatan ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton bersifat massal pada Sukra Wage Wayang, Jumat (28/7) besok.
TABANAN, NusaBali
Bukan tanggung-tanggung, kegiatan ritual yang akan dilaksanakan di Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan ini bakal diikuti 6.000 peserta.
Kegiatan ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton 6.000 Peserta di DTW Tanah Lot ini diselenggarakan Pemkab Tabanan atas kerjasama dengan Yayasan Siwa Murti Bali. Kabag Kesra Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Alit, menyatakan hingga saat ini, peserta yang sudah mendaftar mencapai 5.867 orang.
Pemkab Tabanan, kata IGN Alit, masih membuka pendaftaran, hingga nanti peserta upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton mencapai 6.000 orang. Dari 5.867 peserta yang sudah mendaftar, termasuk 95 orang di antaranya asal luar Kabupaten Tabanan. “Ya, pesertanya bukan hanya asal Tabanan, tapi ada 95 orang dari luar Tabanan,” ungkap IGN Alit dalam keterangan persnya di Tabanan, Rabu (26/7).
Menurut IGN Alit, proses pendaftaran bagi krama (umat Hindu) yang ingin ikut upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton ini dilakukan melalui berbagai lini. Ada yang mendaftar di masing-masing kecamatan se-Tabanan, ada pula yang datang langsung ke Kantor Bupati Tabanan untuk mendaftar melalui Bag Kesra Pemkab Tabanan.
IGN Alit menegaskan, tidak ada kriteria harus keluarga kurang mampu yang boleh ikut upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton ini. Upacara ini diperuntukkan bagi krama yang kelahiran (otonan)nya saat Wuku Wayang, puja daha (hamil tepat Tumpek Wayang), anak memiyut (suka ngadug-adug), anak tunggal, tiba sampir (lahir berkalungkan tali pusar ), tiba angker (lahir berbelit tali pusar atau tidak menangis), jempina (lahir prematur), margana (lahir di tengah perjalanan), wahana (lahir di tengah keramaian), julungwangi (lahir tatkala matahari terbit), julungsungsang (lahir tatkala tenagi tepet), julung sarab/julung macan/julung caplok (lahir menjelang matahari terbenam), walika (bertubuh kerdil), wujil (cebol), lahir kembar (sama jenis kelamin), kembar buncung (beda jenis kelamin), tawang gantungan (anak kembar selisih satu hari), pancoran apit telaga (tiga bersaurdara: perempuan-laki-perempuan), telaga apit pancoran (laki-perempuan-laki), sanan empeg (diapit saudaranya meninggal), pipilan (lima bersaurdara, em
pat perempuan satu laki), padangon (lima bersaudara, empat laki satu perempuan).
Tujuan diadakannya upacara Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton secara massal ini, kata IGN Alit, untuk membantu krama Tabanan yang memang masuk dalam kriteria-kriteria tersebut. Dengan digelar secara massal, beban krama bersangkutan bisa diringankan.
Krama Bali yang hendak ikut upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton, kata IGN Alit, juga tidak perlu membayar. Mereka dipersilakan mengisi sesari semampunya. Menurut IGN Alit, peserta cukup datang ke lokasi upacara di DTW Tanah Lot dengan membawa sarana banten apejatian, membawa kwangen dengan diisi pis bolong (uang kepeng) sebanyak 2 kepeng, dan bunga tujuh warna akan di-gunakan untuk sarana persembahyangan.
"Nah, di dalam banten apejatian itu, sesarinya bisa disisi semampu krama. Tidak ada ketentuan nomnialnya harus sekian. Dan, sebelum berangkat ke lokasi upacara, semua peserta diingatkan untuk mapekeling (ritual pemberitahuan secara niskala) kepada Ida Batara Hyang Guru di rumah masing-masing," beber IGN Alit.
Pelaksanaan upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton 6.000 peserta di DTW Tanah Lot besok, kata IGN Alit, teknisnya akan diatur sedemikian rupa dengan menggunakan nomor antrean, mengingat pesertanya ribuan orang. Nomor antrean ini diberlakukan saat ritual pangelukatan.
Karenanya, krama Bali yang ikut prosesi ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton, Jumat besok, harus kembali melakukan pendaftaran ulang setibanya di areal Pura Pekendungan, Desa Pakraman Beraban yang berlokasi di DTW Tanah Lot. Nah, nomor pendftaran ulang itulah yang akan dijadikan nomor antrean. Bagi mereka yang dapat nomor antreal kecil, tentunya akan dapat giliran malukat lebih awal. "Misalnya, kami ambil dari nomor antrean 1 sampai 50 itu yang pertama melaksanakan ritual pangelukatan, begitu seterusnya," beber IGN Alit. *d
Kegiatan ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton 6.000 Peserta di DTW Tanah Lot ini diselenggarakan Pemkab Tabanan atas kerjasama dengan Yayasan Siwa Murti Bali. Kabag Kesra Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Alit, menyatakan hingga saat ini, peserta yang sudah mendaftar mencapai 5.867 orang.
Pemkab Tabanan, kata IGN Alit, masih membuka pendaftaran, hingga nanti peserta upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton mencapai 6.000 orang. Dari 5.867 peserta yang sudah mendaftar, termasuk 95 orang di antaranya asal luar Kabupaten Tabanan. “Ya, pesertanya bukan hanya asal Tabanan, tapi ada 95 orang dari luar Tabanan,” ungkap IGN Alit dalam keterangan persnya di Tabanan, Rabu (26/7).
Menurut IGN Alit, proses pendaftaran bagi krama (umat Hindu) yang ingin ikut upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton ini dilakukan melalui berbagai lini. Ada yang mendaftar di masing-masing kecamatan se-Tabanan, ada pula yang datang langsung ke Kantor Bupati Tabanan untuk mendaftar melalui Bag Kesra Pemkab Tabanan.
IGN Alit menegaskan, tidak ada kriteria harus keluarga kurang mampu yang boleh ikut upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton ini. Upacara ini diperuntukkan bagi krama yang kelahiran (otonan)nya saat Wuku Wayang, puja daha (hamil tepat Tumpek Wayang), anak memiyut (suka ngadug-adug), anak tunggal, tiba sampir (lahir berkalungkan tali pusar ), tiba angker (lahir berbelit tali pusar atau tidak menangis), jempina (lahir prematur), margana (lahir di tengah perjalanan), wahana (lahir di tengah keramaian), julungwangi (lahir tatkala matahari terbit), julungsungsang (lahir tatkala tenagi tepet), julung sarab/julung macan/julung caplok (lahir menjelang matahari terbenam), walika (bertubuh kerdil), wujil (cebol), lahir kembar (sama jenis kelamin), kembar buncung (beda jenis kelamin), tawang gantungan (anak kembar selisih satu hari), pancoran apit telaga (tiga bersaurdara: perempuan-laki-perempuan), telaga apit pancoran (laki-perempuan-laki), sanan empeg (diapit saudaranya meninggal), pipilan (lima bersaurdara, em
pat perempuan satu laki), padangon (lima bersaudara, empat laki satu perempuan).
Tujuan diadakannya upacara Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton secara massal ini, kata IGN Alit, untuk membantu krama Tabanan yang memang masuk dalam kriteria-kriteria tersebut. Dengan digelar secara massal, beban krama bersangkutan bisa diringankan.
Krama Bali yang hendak ikut upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton, kata IGN Alit, juga tidak perlu membayar. Mereka dipersilakan mengisi sesari semampunya. Menurut IGN Alit, peserta cukup datang ke lokasi upacara di DTW Tanah Lot dengan membawa sarana banten apejatian, membawa kwangen dengan diisi pis bolong (uang kepeng) sebanyak 2 kepeng, dan bunga tujuh warna akan di-gunakan untuk sarana persembahyangan.
"Nah, di dalam banten apejatian itu, sesarinya bisa disisi semampu krama. Tidak ada ketentuan nomnialnya harus sekian. Dan, sebelum berangkat ke lokasi upacara, semua peserta diingatkan untuk mapekeling (ritual pemberitahuan secara niskala) kepada Ida Batara Hyang Guru di rumah masing-masing," beber IGN Alit.
Pelaksanaan upacara ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton 6.000 peserta di DTW Tanah Lot besok, kata IGN Alit, teknisnya akan diatur sedemikian rupa dengan menggunakan nomor antrean, mengingat pesertanya ribuan orang. Nomor antrean ini diberlakukan saat ritual pangelukatan.
Karenanya, krama Bali yang ikut prosesi ritual Bayuh Sapu Leger dan Bayuh Oton, Jumat besok, harus kembali melakukan pendaftaran ulang setibanya di areal Pura Pekendungan, Desa Pakraman Beraban yang berlokasi di DTW Tanah Lot. Nah, nomor pendftaran ulang itulah yang akan dijadikan nomor antrean. Bagi mereka yang dapat nomor antreal kecil, tentunya akan dapat giliran malukat lebih awal. "Misalnya, kami ambil dari nomor antrean 1 sampai 50 itu yang pertama melaksanakan ritual pangelukatan, begitu seterusnya," beber IGN Alit. *d
1
Komentar