Ogoh-Ogoh Banjar Kesambi: Kritik Sosial Berbalut Kreativitas
DENPASAR, NusaBali - ST Mekar Sari Banjar Kesambi Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, kembali meramaikan datangnya Nyepi Tahun Baru Caka 1946 dengan ogoh-ogoh bertema ‘Tualen Ngambul’. Karya ini meraih nominasi juara III di Kecamatan Denpasar Timur.
Ogoh-ogoh ‘Tualen Ngambul’ menceritakan kisah Sudamala dalam versi modern, di mana seseorang mengemban amanah namun terjerumus dalam masalah sepele. Judul ‘Tualen Ngambul’ menggambarkan rasa kecewa terhadap perbuatannya.
Karnaya Adi Putra (John), arsitek ogoh-ogoh ST Mekar Sari, menjelaskan bahwa cerita ini ingin mengingatkan generasi muda agar bekerja dengan tulus, ikhlas, dan tanpa terpengaruh kritik.
"Keberadaan ogoh-ogoh menjadi wadah untuk mempersatukan STT. Di era modern, ogoh-ogoh dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi generasi milenial dalam melestarikan seni budaya," kata John.
Ogoh-ogoh ‘Tualen Ngambul’ menampilkan karakter Tualen, Sahadewa, dan Dewi Durga. Tinggi ogoh-ogoh 4,5 meter dengan sistem bongkar pasang pada tangan Dewi Durga. Biaya pembuatannya mencapai Rp25-35 juta.
Gerak mesin pada tangan Sahadewa memberikan efek memanah. Maknanya, diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pembersihan diri dan pikiran agar dapat mengendalikan tindakan.
"Harapan kami, semoga Tahun Caka 1946 ini menjadi lebih baik dan tidak lebih buruk dari tahun sebelumnya," ujar John.
ST Mekar Sari memiliki prestasi gemilang dalam pembuatan ogoh-ogoh. Pada tahun 2014, mereka lolos nominasi saat ogoh-ogoh masih menggunakan gabus. Tahun 2016-2017, saat kembali ke bahan ulatan, mereka masuk nominasi 8 besar di Kecamatan Denpasar Timur. Selain itu, mereka juga sering menjadi juara di tingkat Desa Kesiman.
Ogoh-ogoh ST Mekar Sari ‘Tualen Ngambul’ merupakan contoh bagaimana tradisi dipadukan dengan kritik sosial dan kreativitas generasi muda. Karya ini menjadi bukti bahwa ogoh-ogoh bukan hanya sekedar perwujudan Bhuta Kala, tetapi juga media untuk menyampaikan pesan moral dan edukasi kepada masyarakat. *m03
1
Komentar