Bertepatan Pangerupukan, Tradisi Ngerebeg Singasari Desa Adat Blahkiuh Disederhanakan
Ngerebeg Matiti Suara
Desa Adat Blahkiuh
Pura Luhur Giri Kusuma
Kerajaan Singasari
Kerajaan Mengwi
Nyepi
Pangrupukan
Tradisi
MANGUPURA, NusaBali.com - Desa Adat Blahkiuh tetap menggelar tradisi Ngerebeg Matiti Suara warisan Kerajaan Singasari yang tahun ini bertepatan dengan pangerupukan (malam) Nyepi Tahun Baru Saka 1946, Redite Pahing Langkir, (10/3/2024).
Akan tetapi, prosesi pelaksanaan tradisi warisan kerajaan kecil bawahan Kerajaan Mengwi ini bakal disederhanakan tanpa mendobrak akar yang sudah ada. Hal ini diutarakan Bendesa Adat Blahkiuh IGAK Sudaratmaja, 66, ketika dihubungi pada Minggu pagi.
"Sesuai paruman (rapat) prajuru (pengurus) Desa Adat Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung, ngerebeg tetap berjalan namun disederhanakan," kata Agung Sudaratmaja kepada NusaBali.com.
Pada momen-momen biasa, Ngerebeg Matiti Suara ini diawali dengan mempasupati senjata dan panji-panji Pura Luhur Giri Kusuma, pura yang menjadi pusat pelaksanaan tradisi. Selain itu, senjata bambu yang dibawa krama juga turut dipasupati.
Setelah pamasupatian, krama banjar pangamong (pelaksana) mempersembahkan tari-tarian pembuka. Kemudian, muncul tari Nawasanga dan dilanjutkan Matiti Suara atau pembacaan pangeling-eling (pengingat) terkait keberadaan Pura Luhur Giri Kusuma.
Usai Matiti Suara, tari Nawasanga memimpin defile yang diisi barisan krama banjar pangamong yang membawa senjata bambu terpasupati. Defile mengeliling palak pura searah jarum jam sebanyak tiga kali lantas dipungkasi makotek senjata Nawasanga, juga panyamblehan.
"Namun pada kala Umanis Kuningan yang bertepatan pangerupukan ini akan dilakukan setelah Ida Bhatara dari Pura Luhur Giri Kusuma kembali dari Bale Agung sekitar pukul 13.30 Wita kemudian dihaturkan upacara pangerebegan," jelas Agung Sudaratmaja.
Lanjut pria yang juga mantan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung ini, prosesi ngerebeg bakal dilaksanakan di dalam madya mandala Pura Luhur Giri Kusuma saja. Di mana, tidak bakal dibuat semeriah biasanya dan akan berfokus pada inti upacara.
"Yang mendapat giliran ngamong kali ini adalah Banjar Dlodpasar. Ngerebeg-nya akan dilaksanakan di madya mandala saja sambil makotek Nawasanga dan nyambleh. Setelah itu, Ida Bhatara kembali ke uttama mandala pura dan ngerebeg usai," tandas Agung Sudaratmaja.
Untuk diketahui, tradisi yang diadakan setiap Umanis Kuningan ini sudah berlangsung sejak keberadaan Kerajaan Singasari pada abad ke-17. Penyebutan nama Singasari merujuk kepada sebuah wilayah bawahan Kerajaan Mengwi yang berpusat di Desa Adat Blahkiuh.
Tradisi ini merepresentasikan defile atau unjuk kekuatan prajurit Kerajaan Singasari. Di samping itu, juga dilaksanakan untuk mentralisir kekuatan negatif dan sisa-sisa energi Bhuta Dunggulan, Bhuta Galungan, dan Bhuta Amangkurat pasca Hari Raya Galungan-Kuningan. *rat
"Sesuai paruman (rapat) prajuru (pengurus) Desa Adat Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung, ngerebeg tetap berjalan namun disederhanakan," kata Agung Sudaratmaja kepada NusaBali.com.
Pada momen-momen biasa, Ngerebeg Matiti Suara ini diawali dengan mempasupati senjata dan panji-panji Pura Luhur Giri Kusuma, pura yang menjadi pusat pelaksanaan tradisi. Selain itu, senjata bambu yang dibawa krama juga turut dipasupati.
Setelah pamasupatian, krama banjar pangamong (pelaksana) mempersembahkan tari-tarian pembuka. Kemudian, muncul tari Nawasanga dan dilanjutkan Matiti Suara atau pembacaan pangeling-eling (pengingat) terkait keberadaan Pura Luhur Giri Kusuma.
Usai Matiti Suara, tari Nawasanga memimpin defile yang diisi barisan krama banjar pangamong yang membawa senjata bambu terpasupati. Defile mengeliling palak pura searah jarum jam sebanyak tiga kali lantas dipungkasi makotek senjata Nawasanga, juga panyamblehan.
"Namun pada kala Umanis Kuningan yang bertepatan pangerupukan ini akan dilakukan setelah Ida Bhatara dari Pura Luhur Giri Kusuma kembali dari Bale Agung sekitar pukul 13.30 Wita kemudian dihaturkan upacara pangerebegan," jelas Agung Sudaratmaja.
Lanjut pria yang juga mantan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung ini, prosesi ngerebeg bakal dilaksanakan di dalam madya mandala Pura Luhur Giri Kusuma saja. Di mana, tidak bakal dibuat semeriah biasanya dan akan berfokus pada inti upacara.
"Yang mendapat giliran ngamong kali ini adalah Banjar Dlodpasar. Ngerebeg-nya akan dilaksanakan di madya mandala saja sambil makotek Nawasanga dan nyambleh. Setelah itu, Ida Bhatara kembali ke uttama mandala pura dan ngerebeg usai," tandas Agung Sudaratmaja.
Untuk diketahui, tradisi yang diadakan setiap Umanis Kuningan ini sudah berlangsung sejak keberadaan Kerajaan Singasari pada abad ke-17. Penyebutan nama Singasari merujuk kepada sebuah wilayah bawahan Kerajaan Mengwi yang berpusat di Desa Adat Blahkiuh.
Tradisi ini merepresentasikan defile atau unjuk kekuatan prajurit Kerajaan Singasari. Di samping itu, juga dilaksanakan untuk mentralisir kekuatan negatif dan sisa-sisa energi Bhuta Dunggulan, Bhuta Galungan, dan Bhuta Amangkurat pasca Hari Raya Galungan-Kuningan. *rat
1
Komentar