Jelang Karya di Pura Besakih, Segera Digelar Upacara Prayascita
Pendaki asal Semarang Ditemukan Meninggal di Puncak Gunung Agung, Karangasem
Jelang Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Besakih dilakukan penutupan pendakian ke Gunung Agung di semua jalur mulai, Minggu (17/3) hingga 14 April mendatang
AMLAPURA, NusaBali
Seorang pendaki Alexander Bimo Haryotedjo, 60, asal Semarang, Jawa Tengah ditemukan meninggal dunia di Puncak Gunung Agung, Karangasem, Selasa (12/3) pukul 11.00 Wita. Kebetulan saat itu ada pendaki dari Rusia yang tidak diketahui identitasnya melihat saat melintas. Kemudian informasi itu disampaikan kepada rekannya bernama Wahyu Isa dari ketinggian 2.833 meter dari permukaan laut.
Wahyu Isa kemudian melaporkan temuan itu ke Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem.
Awalnya informasi itu simpang siur kebenarannya, hanya saja foto-foto korban telah beredar luas dalam posisi miring mengenakan ransel, celana panjang, baju tangan panjang hitam. Selanjutnya Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Wiadnyana meminta bantuan kepada Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Bali I Ketut Mudiada, juga dibantu 2 pemandu lokal untuk mengecek keberadaan korban pada, Selasa malam. Mudiada menemukan korban tergeletak sesuai yang beredar dalam foto-foto. Maka dipastikan ada pendaki meninggal, hanya saja belum diketahui identitasnya.
Maka Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem berkoordinasi dengan Pos Pencarian dan Pertolongan Bali, Polres Karangasem, Polsek Rendang, dan SAR Samapta Polda Bali.
Petugas gabungan terdiri dari 12 orang dari Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, 14 petugas SAR Samapta Polda Bali, 6 orang pemandu, 10 orang Polres Karangasem, 2 orang dari Polsek Rendang. Mengingat sudah malam, angin kencang dan gelap, maka evakuasi ditunda. Petugas lalu membentuk tiga tim. Tim I naik pukul 03.30 Wita, Tim II naik pukul 07.00 Wita, dan Tim III naik pukul 11.00 Wita, Rabu kemarin.
"Perkiraan korban baru tiba di Pos Pura Pengubengan Besakih, malam hari, karena perjalanannya lambat," jelas Gusti Ngurah Eka Wiadnyana. Kapolsek Rendang Kompol Made Suadnyana juga membenarkan adanya temuan pendaki yang meninggal di puncak Gunung Agung. "Pendaki yang meninggal itu pertama kali ditemukan wisatawan Rusia yang kebetulan mendaki, saat balik dari puncak Gunung Agung menemukan ada orang tergeletak, lalu wisatawan itu melaporkan," katanya.
Seorang pendaki Alexander Bimo Haryotedjo, 60, asal Semarang, Jawa Tengah ditemukan meninggal dunia di Puncak Gunung Agung, Karangasem, Selasa (12/3) pukul 11.00 Wita. Kebetulan saat itu ada pendaki dari Rusia yang tidak diketahui identitasnya melihat saat melintas. Kemudian informasi itu disampaikan kepada rekannya bernama Wahyu Isa dari ketinggian 2.833 meter dari permukaan laut.
Wahyu Isa kemudian melaporkan temuan itu ke Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem.
Awalnya informasi itu simpang siur kebenarannya, hanya saja foto-foto korban telah beredar luas dalam posisi miring mengenakan ransel, celana panjang, baju tangan panjang hitam. Selanjutnya Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Wiadnyana meminta bantuan kepada Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Bali I Ketut Mudiada, juga dibantu 2 pemandu lokal untuk mengecek keberadaan korban pada, Selasa malam. Mudiada menemukan korban tergeletak sesuai yang beredar dalam foto-foto. Maka dipastikan ada pendaki meninggal, hanya saja belum diketahui identitasnya.
Maka Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem berkoordinasi dengan Pos Pencarian dan Pertolongan Bali, Polres Karangasem, Polsek Rendang, dan SAR Samapta Polda Bali.
Petugas gabungan terdiri dari 12 orang dari Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, 14 petugas SAR Samapta Polda Bali, 6 orang pemandu, 10 orang Polres Karangasem, 2 orang dari Polsek Rendang. Mengingat sudah malam, angin kencang dan gelap, maka evakuasi ditunda. Petugas lalu membentuk tiga tim. Tim I naik pukul 03.30 Wita, Tim II naik pukul 07.00 Wita, dan Tim III naik pukul 11.00 Wita, Rabu kemarin.
"Perkiraan korban baru tiba di Pos Pura Pengubengan Besakih, malam hari, karena perjalanannya lambat," jelas Gusti Ngurah Eka Wiadnyana. Kapolsek Rendang Kompol Made Suadnyana juga membenarkan adanya temuan pendaki yang meninggal di puncak Gunung Agung. "Pendaki yang meninggal itu pertama kali ditemukan wisatawan Rusia yang kebetulan mendaki, saat balik dari puncak Gunung Agung menemukan ada orang tergeletak, lalu wisatawan itu melaporkan," katanya.
Foto: Evakuasi pendaki yang ditemukan meninggal di Gunung Agung melalui jalur Pura Pengubengan, Banjar Batumadeg, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Rabu (13/3). -IST
Mengingat cuaca hujan, angin kencang dan jalan licin serta gelap, maka evakuasi sempat tertunda pada, Selasa (12/3) malam. "Perkiraan korban tiba di Pos Pura Pengubengan, malam hari," kata Kompol Suadnyana. Di bagian lain Bendesa Adat Besakih, Kecamatan Rendang, Jro Mangku Widiartha mengatakan sejak adanya informasi temuan pendaki meninggal, langsung menggelar paruman. "Paling lambat tiga hari sejak temuan orang meninggal itu kami menggelar upacara prayascita di Pura Pengubengan Besakih agar kawasan suci di Pura Besakih terbebas dari cuntaka, apalagi jelang Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh," kata Mangku Widiartha.
Upacara direncanakan digelar pada Wraspati Kliwon Langkir, Kamis (13/3) atau Sukra Umanis Langkir, Jumat (14/3) atau paling lambat Saniscara Paing Langkir, Sabtu (16/3) tergantung kesiapan banten. Mangku Widiartha memperkirakan korban mendaki saat hari Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (9/3), tanpa pemandu dan tidak ada yang mengetahui dari jalur mana korban mendaki. Evakuasi terhadap korban sendiri berlangsung hingga, Rabu malam. Hingga berita ini ditulis pukul 19.00 Wita tim evakuasi masih dalam perjalanan turun dari puncak Gunung Agung. Untuk diketahui korban meninggal di Gunung Agung sebelumnya menimpa wisman Amerika Serikat Kevin Len Henderson,51. Dia tewas setelah terjatuh ke jurang sedalam 8 meter, Jumat (18 November 2022) saat mendaki melalui jalur Pura Pengubengan Besakih.
Menyikapi adanya kasus pendaki meninggal di puncak Gunung Agung, Ketua Pengurus Harian PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Bali, I Nyoman Kenak mengimbau masyarakat untuk menghentikan sementara aktivitas mendaki di luar ritual upacara Karya Tawur Tabuh Gentuh dan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih.
“Kalau sudah nuasen karya diusahakan tidak melakukan pendakian. Pamangku di Besakih pasti lebih tahu soal kesucian di sana. Kalau sudah ada larangan jangan lah,” ujar Kenak kepada NusaBali, Rabu kemarin. Kenak menambahkan, dengan adanya pendaki yang ditemukan meninggal dunia di area puncak Gunung Agung, panitia upacara kemungkinan akan menggelar ritual sebagai bentuk penyucian secara niskala.
“Untuk penyucian minimal banten prayascita atau bisa juga pecaruan, tergantung tingkat upacara yang disepakati di sana,” ucap mantan Ketua Pengurus Harian PHDI Kota Denpasar. Kenak mengajak semua pihak ikut mengawasi kelancaran upacara Ida Bhatara Turun Kabeh termasuk mengingatkan para pendaki yang tidak mengetahui digelarnya upacara besar di Pura Agung Besakih. Bendesa Adat Besakih Jro Mangku Widiartha sebelumnya mengumumkan, bahwa penutupan aktivitas pendakian ke Gunung Agung berlaku untuk semua jalur sejak, Minggu 17 Maret hingga 14 April mendatang.
Meskipun demikian, rangkaian upacara telah dilakukan pada 29 Februari 2024, diawali dengan upacara ngaturang pemiyut, negtegang, ngunggahang sunari, dan pangrajeg lan pangemit karya. Sementara setelah puncak acara pada Purnama Kadasa, 24 Maret 2024, dilanjutkan dengan upacara pengayar sampai dengan 14 April 2024 sekaligus upacara penyineban.
Sementara di tengah adanya penemuan mayat pendaki dan proses evakuasi yang dilakukan tim SAR di Gunung Agung, Karangasem, krama desa adat Keramas, Rabu dini hari kemarin melakukan upacara mapakelem ke Gunung Agung. Upacara dipusatkan dari Pura Pasar Agung, Karangasem, dipuput Ida Pedanda Geria Sidan, Gianyar, dan mulai naik ke Gunung Agung mulai pukul 01.00 Wita.
Kendati cuaca buruk, angin sangat kencang, seluruh proses mapakelem yang dilakukan dalam rangka karya mamungkah, padudusan agung, tawur agung menawa ratna, ngusaba desa dan ngusaba nini di Pura Puseh dan Desa, Desa Adat Keramas berjalan lancar. Puluhan krama adat yang naik ke Gunung membawa sesajen dan hewan pakelem dengan selamat kembali ke Pura Pasar Agung, Rabu, sekitar pukul 07.00 wita.
Menurut Penyarikan Panitia Karya, I Gusti Agung Gde Dharmada mengatakan, prosesi pakelem dengan naik gunung sebelumnya sempat diimbau petugas untuk tidak dilakukan atau membatasi krama yang ikut, mengingat badai angin kencang yang terjadi di sekitar Gunung Agung. Namun setelah melakukan koordinasi dengan Pamangku Gede Pura Pasar Agung, proses yadnya yang dilakukan oleh krama agar dilanjutkan dengan tetap memperhatikan keselamatan bersama. Dengan semangat ngayah, sekitar 100 krama yang telah disediakan akhirnya berangkat menghaturkan pakelem ke Gunung Agung, dengan membawa perangkat sesajen dan hewan seperti kambing putih, angsa, bebek, untuk dihaturkan di kawah Gunung Agung. 7 k16, a, nvi
1
Komentar