Jukung dan Mesin Bermotor Rusak
Diterjang Gelombang Pasang
Atas bencana yang menimpa, nelayan berharap ada bantuan atau kompensasi dari pemerintah.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 11 unit jukung dan 4 mesin bermotor milik nelayan Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng rusak parah akibat diterjang gelombang pasang, Sabtu (9/3) malam. Amukan gelombang pasang semakin diperparah dengan debit hujan yang sangat deras yang menyebabkan bencana alam di beberapa titik. Termasuk menghancurkan jukung-jukung nelayan yang terparkir di bibir pantai.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng, Gede Putra Aryana, Rabu (13/3) kemarin, mengatakan sedang melakukan pendataan dan inventarisasi kerusakan akibat bencana. Sejauh ini data yang sudah masuk baru dari nelayan di Kelurahan Banyuasri.
“Kami sudah memantau kemarin di beberapa lokasi, seperti di Kubutambahan juga ada balai kelompok nelayan yang hanyut, budidaya rumput laut juga ada yang hanyut 1 dari 4 hektare yang dibudidayakan nelayan Kubutambahan,” ucap Putra Aryana.
Dari potensi dampak bencana yang terjadi di beberapa titik, DKPP Buleleng mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Perbekel yang memiliki daerah pesisir untuk mengecek dan mendata kerugian dampak bencana yang menimpa nelayan. Data kerusakan ini lalu akan dilaporkan kepada Penjabat (Pj) Bupati Buleleng sebagai pimpinan daerah.
“Kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Provinsi maupun pemerintah pusat maupun BPBD Buleleng untuk program perbaikan. Kalau program di DKPP belum bisa karena programnya selalu perencanaan tahun sebelumnya,” kata Putra Aryana.
Sementara itu salah satu nelayan di Pantai Camplung, Kelurahan Banyuasri, Buleleng Komang Agus Hartawan, 46, terpaksa tidak melaut. Gelombang pasang yang sampai menghancurkan jukung-jukung nelayan baru pertama kali terjadi. Tidak hanya jukung, mesin bermotor juga beberapa ada yang hilang.
“Waktu kejadian gelombang besar itu malam. Kami sempat stand by disini berlima menunggu gelombang landai. Tetapi tidak bisa mengevakuasi apa-apa, tidak sempat kami melakukan penyelamatan karena kondisi tidak memungkinkan,” terang Hartawan.
Atas bencana yang menimpa, nelayan berharap ada bantuan atau kompensasi dari pemerintah. Jukung yang rusak itu disebut satu-satunya sumber penghasilan mereka selama ini.7 k23
Sebanyak 11 unit jukung dan 4 mesin bermotor milik nelayan Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng rusak parah akibat diterjang gelombang pasang, Sabtu (9/3) malam. Amukan gelombang pasang semakin diperparah dengan debit hujan yang sangat deras yang menyebabkan bencana alam di beberapa titik. Termasuk menghancurkan jukung-jukung nelayan yang terparkir di bibir pantai.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng, Gede Putra Aryana, Rabu (13/3) kemarin, mengatakan sedang melakukan pendataan dan inventarisasi kerusakan akibat bencana. Sejauh ini data yang sudah masuk baru dari nelayan di Kelurahan Banyuasri.
“Kami sudah memantau kemarin di beberapa lokasi, seperti di Kubutambahan juga ada balai kelompok nelayan yang hanyut, budidaya rumput laut juga ada yang hanyut 1 dari 4 hektare yang dibudidayakan nelayan Kubutambahan,” ucap Putra Aryana.
Dari potensi dampak bencana yang terjadi di beberapa titik, DKPP Buleleng mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Perbekel yang memiliki daerah pesisir untuk mengecek dan mendata kerugian dampak bencana yang menimpa nelayan. Data kerusakan ini lalu akan dilaporkan kepada Penjabat (Pj) Bupati Buleleng sebagai pimpinan daerah.
“Kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Provinsi maupun pemerintah pusat maupun BPBD Buleleng untuk program perbaikan. Kalau program di DKPP belum bisa karena programnya selalu perencanaan tahun sebelumnya,” kata Putra Aryana.
Sementara itu salah satu nelayan di Pantai Camplung, Kelurahan Banyuasri, Buleleng Komang Agus Hartawan, 46, terpaksa tidak melaut. Gelombang pasang yang sampai menghancurkan jukung-jukung nelayan baru pertama kali terjadi. Tidak hanya jukung, mesin bermotor juga beberapa ada yang hilang.
“Waktu kejadian gelombang besar itu malam. Kami sempat stand by disini berlima menunggu gelombang landai. Tetapi tidak bisa mengevakuasi apa-apa, tidak sempat kami melakukan penyelamatan karena kondisi tidak memungkinkan,” terang Hartawan.
Atas bencana yang menimpa, nelayan berharap ada bantuan atau kompensasi dari pemerintah. Jukung yang rusak itu disebut satu-satunya sumber penghasilan mereka selama ini.7 k23
1
Komentar