Dua WNA Tewas Tertimbun Longsor
Saat Menginap di Vila Kawasan Jatiluwih, Tabanan
Dua wisatawan yang menginap ini sebenarnya sudah disarankan menginap ke tempat lain karena vila yang dikelolanya malam itu sedang mengalami mati listrik
TABANAN, NusaBali
Tanah Longsor menerjang Villa Yeh Baat di Banjar Jatiluwih Kangin, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Kamis (14/3). Akibatnya dua pasangan turis asing yang menginap di vila tersebut tewas. Peristiwa itu diperkirakan terjadi, Kamis pagi sekitar pukul 04.00 Wita ditandai dengan suara gemuruh. Kedua turis asing yang tertimbun longsor ini adalah Angelina Smith,47, warga negara asing (WNA) asal Amerika Serikat (AS) dan teman prianya Kross Luciano JH,51, asal Belanda.
Sebelumnya identitas korban laki-laki lama tak ditemukan. Petugas sudah melakukan pencarian di lokasi, namun hasilnya nihil mengingat material longsor cukup tebal. Usai dilakukan evakuasi, jenazah kedua wisatawan yang saat ditemukan masih di atas tempat tidur dengan kondisi tertutup selimut, langsung dibawa ke RSUP Prof Ngoerah (Sanglah) Denpasar untuk dilakukan identifikasi.
Tidak ditemukan luka-luka pada jenazah korban, hanya ditemukan luka lebam. Saat ditemukan korban sudah dalam kondisi kaku.
Tanah Longsor menerjang Villa Yeh Baat di Banjar Jatiluwih Kangin, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Kamis (14/3). Akibatnya dua pasangan turis asing yang menginap di vila tersebut tewas. Peristiwa itu diperkirakan terjadi, Kamis pagi sekitar pukul 04.00 Wita ditandai dengan suara gemuruh. Kedua turis asing yang tertimbun longsor ini adalah Angelina Smith,47, warga negara asing (WNA) asal Amerika Serikat (AS) dan teman prianya Kross Luciano JH,51, asal Belanda.
Sebelumnya identitas korban laki-laki lama tak ditemukan. Petugas sudah melakukan pencarian di lokasi, namun hasilnya nihil mengingat material longsor cukup tebal. Usai dilakukan evakuasi, jenazah kedua wisatawan yang saat ditemukan masih di atas tempat tidur dengan kondisi tertutup selimut, langsung dibawa ke RSUP Prof Ngoerah (Sanglah) Denpasar untuk dilakukan identifikasi.
Tidak ditemukan luka-luka pada jenazah korban, hanya ditemukan luka lebam. Saat ditemukan korban sudah dalam kondisi kaku.
Foto: Dua korban WNA tertimbun longsor sesaat setelah dievakuasi petugas dan warga setempat. -DESAK SUMBERWATI
Informasinya, keduanya sudah lama tinggal di Bali tepatnya di kawasan Sanur, Denpasar. Pantauan di lokasi, Villa Yeh Baat ini memiliki lima kamar dengan kondisi bangunan semi permanen. Lokasi menginap dua wisatawan ini adalah kamar paling utara yang disebut kamar Jepun. Dari lima unit kamar, dua di antaranya rata dengan tanah karena terjangan longsor.
Vila yang baru di bangun tahun 2021 ini berdiri di tanah tegalan milik warga yang posisinya ada di sebelah barat. Ketinggian longsor tersebut mencapai 30 meter dengan lebar sekitar 15 meter. Sementara jarak tebing dari tegalan dengan vila kurang lebih 30 meter. Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan, I Nyoman Sri Nadha Giri mengatakan pihaknya mendapat laporan peristiwa itu, Kamis pagi sekitar pukul 07.30 Wita. Setelah itu langsung menurunkan anggota untuk melakukan evakuasi bersama dengan pihak Polsek Penebel.
"Evakuasi kita lakukan selama satu jam dengan alat manual," ujarnya ditemui di lokasi kejadian. Menurut Sri Nadha Giri, kondisi korban saat ditemukan sudah kaku. Kemudian setelah berhasil diangkat dari timbunan longsor, langsung digotong bersama pihak kepolisian dan langsung dimasukkan kantong jenazah untuk dibawa ke RS Prof Ngoerah (RS Sanglah) Denpasar. "Dibawa ke RS Prof Ngoerah untuk kepentingan identifikasi," katanya.
Ditegaskannya, longsor terjadi karena saluran irigasi meluap merongrong tanah tegalan warga sehingga material di ketinggian 30 meter ambles ke timur menutup Villa Yeh Baat tersebut. Di atas lokasi vila ada tiga saluran irigasi subak. "Saluran irigasi itu airnya besar, karena hujan di hulu," tegas Sri Nadha Giri. Kawasan Jatiluwih sendiri pada malam sebelum kejadian dilanda cuaca buruk berupa hujan dan angin kencang yang menyebabkan listrik mati. Sementara itu pemilik vila, Ni Nyoman Ayu Suratnasih mengaku tak menyangka akan kejadian tersebut. Dua wisatawan yang menginap ini sebenarnya sudah disarankan menginap ke tempat lain karena vila yang dikelolanya sedang mengalami mati listrik.
"Menurut penjaga saya, mereka datang, Rabu (13/3) malam sekitar pukul 20.00 Wita hendak menginap," ujarnya. Namun meskipun sudah disarankan ke tempat lain, mereka diakui tetap ingin melihat kamar. Kata mereka bila lampu tidak hidup sampai pukul 21.00 Wita baru mereka tak jadi menginap. "Tapi kemungkinan karena lelah sebelum lampu hidup mereka ini ketiduran makanya ketika diminta identitas untuk administrasi mereka minta mengurusnya besok pagi (hari ini)," katanya.
Pada saat ingin melihat kamar, kata Suratnasih oleh penjaganya mereka juga sudah disarankan menginap di kamar Gumitir atau posisinya berada di bagian selatan. Namun tetap mereka ingin menginap di kamar jepun yang berada di ujung utara. "Padahal dari segi pemandangan dari kamar Gumitir ini paling bagus," jelasnya.
Selain itu kejanggalan lain juga terlihat sebelum mereka memilih menginap Villa Yeh Baat, oleh warga sekitar mereka dilihat sudah mondar-mandir sebanyak tiga kali di depan vila.
"Kejadian ini bukan dari konstruksi vila kami, tetapi memang karena terjangan longsor dari atas. Padahal jarak ke barat itu sekitar 30 meter," tegasnya. Dengan kejadian tersebut untuk sementara waktu Villa Yeh Baat diputuskan untuk ditutup sembari menunggu pemulihan. Selain itu dia juga akan menggelar upacara mecaru serta berkoordinasi dengan subak terkait dengan saluran irigasi tersebut. "Kemungkinan tutup antara 5 sampai 6 bulan ke depan," jelas Suratnasih yang warga asal Desa Sudimara, Kecamatan/Kabupaten Tabanan ini.
Terpisah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Made Rentin dalam keterangannya mengatakan hingga Kamis kemarin sore setidaknya terdapat 19 kejadian bencana akibat cuaca ekstrem hujan lebat dan angin kencang selama dua hari 13-14 Maret 2024 di Bali. Dia merinci, di Karangasem 3 kejadian, Jembrana 4 kejadian, Tabanan 5 kejadian, Bangli 5 kejadian, Badung dan Buleleng masing-masing 1 kejadian. Bencana didominasi pohon tumbang 13 kejadian dan selebihnya tanah/senderan longsor. Dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 3 orang (1 WNI dan 2 WNA) dan kerugian materi lebih dari Rp 150 juta.
Rentin menuturkan, personel BPBD Bali dan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan TNI/Polri, Kementerian Lingkungan Hidup, dan aparat desa setempat berkolaborasi menangani kejadian bencana. “Tetap waspada terhadap dampak cuaca ekstrem seperti genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang,” ucap Rentin. Masyarakat umum, nelayan, dan pelaku kegiatan wisata bahari juga diminta mewaspadai potensi angin kencang dan tinggi gelombang laut yang dapat mencapai 2 meter di perairan sekitar Bali. Selain itu selalu memperhatikan informasi yang valid dari instansi yang berwenang. 7 des, a
1
Komentar