Cucu Dirikan Monumen Sejarah Kanaka Anom Gopala
Setelah Mendapat Pawisik dari Pendiri Pura Dalem Pengembak Sanur, Denpasar
Pura Dalem Pengembak
Kanaka Anom Gopala
Sanur Kauh
Desa Pakraman Intaran
Griya Delod Pasar Intaran Sanur
Wayan Netep
Hindu Bali
Monumen Kanaka Anom Gopala yang dibangun ini merepresentasikan Ida Pedanda Rai dan Wayan Netep yang memiliki andil menata Pura Dalem Pengembak
DENPASAR, NusaBali
Cucu pendiri Pura Dalem Pengembak, Banjar Tunjung, Desa Adat Intaran, Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, yakni Jero Mangku I Made Ranten, 60, mendirikan monumen tonggak sejarah pura setelah mendapat mimpi dan pawisik (pesan spiritual). Jero Mangku Ranten adalah pamangku generasi ketiga setelah kakeknya I Wayan Netep dan sang ayah, I Ketut Japa. Mangku Ranten maekajati pada tahun 1992 dan mulai ngayah menggantikan sang ayah sejak saat itu juga.
Belakangan, Mangku Ranten sering bermimpi melihat bayang-bayang sang kakek yang menggembala sapi di areal Pura Dalem Pengembak. Hal ini mengingatkannya pada kisah leluhurnya itu yang mendirikan pura di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai ini di masa lampau.
"Saat saya menembok ini (area luar pura), terus saya bermimpi melihat orang menggembala sapi. Ini seperti cerita ayah saya tentang odah (kakek) yang menggembala sapi sampai akhirnya bertemu penunggu Sema Suwung," tutur Mangku Ranten, Minggu (17/3). Ditemui di sela pelaksanaan upacara pamlaspasan di pintu masuk Pura Dalem Pengembak, Mangku Ranten membagikan kisah di balik Monumen Kanaka Anom Gopala ini. Di mana, monumen ini terdiri dari seorang penggembala ditenggeri gagak putih, seorang Dewi di atas pangkal pohon kelapa, dan seekor banteng.
Kata Mangku Ranten, pada suatu masa di masa lalu, kakeknya I Wayan Netep sedang menggembala sapi di wilayah yang disebut alas sema suwung/tan katon (areal Taman Hutan Raya Ngurah Rai). Sema suwung ini dikenal angker lantaran dijuluki sema/setra (makam) makhluk halus. Sambil berteduh, Wayan Netep kala itu melihat pangkal pohon kelapa. Pangkal kelapa ini dijadikan hiburan atau mainan olehnya dengan cara diukir menggunakan sabit dan blakas (pisau daging). Pangkal kelapa itu diukir hingga membentuk rupa dewi.
"Lama kelamaan, ukirannya membentuk patung seorang perempuan. Tiba-tiba, wajah patung itu tersenyum hingga membuat kakek saya terkejut dan lupa diri sampai tidak pulang selama tiga hari," jelas Mangku Ranten. Setelah tiga hari dan pulang ke rumah di Banjar Penopengan, Desa Sanur Kauh, Wayan Netep bercerita kepada anak-anaknya. Katanya, selama tiga hari itu dia diajak jalan-jalan oleh penunggu sema suwung yang bernama I Gusti Ngurah Jom.
Menurut Mangku Ranten, sang kakek diminta menjadi pelayan pamedek/umat yang ingin matamba (berobat). Di mana, saat tamba dimohonkan, muncul air dari pangkal pohon kelapa yang sebelumnya diukir wujud dewi. Wayan Netep juga dihadiahi gagak putih oleh I Gusti Ngurah Jom. Gagak putih ini akan terbang ke pondok Wayan Netep untuk memberitahu bahwa ada pamedek yang tangkil (berkunjung).
Foto: Jero Mangku I Made Ranten. -NGURAH RATNADI
"Yang datang berobat itu karena mereka mendapat mimpi untuk mencari kesembuhan di bet (semak-semak) yang ada tunggak (pangkal pohon). Ada yang datang berobat, ada yang bernazar, memohon taksu, belajar ilmu," imbuh pamangku asal Banjar Penopengan ini. Lama kelamaan, Wayan Netep merasa bangga karena bisa membantu orang yang membutuhkan. Lantas, dia mendirikan palinggih gedong sekadarnya. Sayangnya palinggih tumpang dua itu didirikan 'sembarangan' tanpa didasari padagingan dan di-plaspas (diresmikan secara niskala).
Karena hal ini, Wayan Netep jatuh sakit. Kata Mangku Ranten, sang kakek berdoa, memohon bernada kesal karena dia sudah menjalankan pawisik namun malah dibalas sakit. Akhirnya, sang kakek mendapat petunjuk dari Ida Bhatari Sasuhunan Dalem Mertasari, Ratu Ayu Mas Manik Maketel. Wayan Netep dipesankan agar tangkil ke Griya Delod Pasar Intaran Sanur untuk bertemu dengan Ida Pedanda Rai. Dua hari setelah mendapat pesan spiritual itu, Wayan Netep sembuh lantas tangkil ke griya. Kata Mangku Ranten, sang pedanda ternyata juga 'didatangi' Ida Bhatari Sasuhunan Dalem Mertasari.
"Ida Ratu Pedandalah yang kemudian membantu menyelesaikan palinggih itu sesuai dengan tata cara dan peruntukannya sampai akhirnya memberikan nama Pura Dalem Pengembak," ungkap Mangku Ranten. Monumen Kanaka Anom Gopala ini memvisualisasikan sejarah berdirinya Pura Dalem Pengembak. Ada empat tokoh yang digambarkan, yakni Wayan Netep ditenggeri gagak putih, duduk bersila di hadapan Ratu Ayu Mas Manik Maketel yang muncul dari pangkal kelapa bersama air. Dan, seekor banteng milik Netep yang matanya melotot.
Kata Mangku Ranten, Ratu Ayu Mas Manik Maketel ini masih berkaitan atau berupa manifestasi dari Ida Bhatari Ulun Danu Batur. Ida Bhatari Danu berstana di Danau Batur namun 'berpraktik' tamba di Pura Dalem Pengembak sebagai Ratu Ayu Mas Manik Maketel.
Nama monumen Kanaka Anom Gopala ini merepresentasikan Ida Pedanda Rai dan Wayan Netep yang memiliki andil menata Pura Dalem Pengembak. Kanaka, kata Mangku Ranten, berkaitan dengan klan Brahmana Mas dan Anom diambil dari nama klan keluarga Wayan Netep, yakni Sekar Anom Bajangan. "Kanaka itu berkaitan dengan Brahmana Mas. Anom itu keluarga saya, Sekar Anom Bajangan, dan Gopala itu artinya penggembala sapi," tegas Mangku Ranten. Monumen Kanaka Anom Gopala ini di-plaspas pada Redite Pon Medangsia, Minggu pagi kemarin.
Upacara pamlaspasan dipimpin oleh Ida Pedanda Putra Bluwangan dari Griya Delod Pasar Intaran Sanur. Upacara dihadiri pula oleh Walikota Denpasar IGN Jaya Negara. Sementara itu, Kadek 'Unggit Desti' Dharma Apriana selaku Ketua Pelaksana Pendirian Kanaka Anom Gopala menuturkan monumen ini hanya dikerjakan dalam waktu tiga bulan sejak Januari 2024. Monumen ini baru selesai sekitar, Kamis (14/3) lalu.
"Saya dimandatkan Jero Mangku untuk jadi ketua pelaksana, waktunya cukup mendadak, tiga bulan saja. Undagi dari monumen ini adalah IB Gede Suteja dari Griya Serongga Negara," beber Unggit ketika ditemui di sela upacara pamlaspasan.
Patung monumen ini dibuat dengan campuran semen/mill. Namun, ada pula sentuhan batu karang untuk memberikan gambaran material palinggih pertama Pura Dalem Pengembak yang didirikan Wayan Netep di masa lalu. Kata Unggit yang juga pendiri Lokalan Bali ini, ada 78 donatur yang mendukung pendirian monumen hingga terkumpul dana punia sebesar Rp 90 juta.
Sejumlah Rp 70 juta di antaranya sudah terpakai untuk merampungkan monumen Kanaka Anom Gopala. Sisa dana punia ini, kata Unggit, bakal dimanfaatkan untuk persiapan pendirian Patung Ida Bhatari Ulun Danu Batur/Ratu Ayu Mas Manik Maketel. Posisi patung ini bakal berada di areal di mana tirta/pangkal pohon kelapa bersejarah itu berada.
"Harapan kami, monumen ini bisa memvisualkan sejarah Pura Dalem Pengembak sehingga generasi muda pesisir dan Denpasar secara umum mengenal kisah di balik berdirinya pura," tegas Unggit. Hal yang sama diharapkan Mangku Ranten. Monumen ini dianggap sebagai pengingat dirinya kepada leluhur. Begitu pula, pengingat bagi anak cucunya kelak agar tidak melupakan asal usul sendiri. 7 ol1
Komentar