Guwang Barong and Keris Dance Diminati Wisatawan
GIANYAR, NusaBali - Guwang Barong and Keris Dance yang dikelola Desa Adat Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar semakin diminati wisatawan. Delapan bulan setelah resmi dibuka pada Juli 2023, stage barong ini reguler menggelar pertunjukan setiap hari.
Tingkat kunjungan per bulan rata-rata 700 sampai 1.000 wisatawan asing. “Per bulan, saat high season bisa sampai 1.000 orang per bulan. Low season di angka 700 sampai 800,” jelas Ketua Pengelola Guwang Barong and Keris Dance I Ketut Karben Wardana didampingi koordinator marketing Anak Agung Alit Merta, Minggu (17/3).
Kunjungan juga berasal dari wisatawan lokal maupun domestik untuk menonton pertunjukan barong sekaligus kegiatan sosial maupun gathering. Karben mengatakan, wisatawan asing yang berkunjung berasal dari berbagai belahan dunia, seperti Spanyol, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, dan Republik Ceko. Wisatawan domestik berasal dari grup-grup yang menyelenggarakan family gathering. “Guwang Barong and Keris Dance semakin dikenal dan dinikmati karena di sini mereka juga bisa menggelar kegiatan sosial, ulang tahun, perpisahan maupun even lain. Tempatnya layak dan representatif,” ungkap Karben.
Salah satunya, rombongan keluarga besar pabrik kata-kata Joger kepincut menonton pertunjukan Barong and Keris Dance yang dikelola Desa Adat Guwang. Untuk menyajikan pertunjukan barong yang memukau di hadapan 300-an keluarga Joger, pengelola melibatkan sekitar 70 penari dan penabuh. Mulai dari penari pemula hingga maestro, dari yang muda hingga lanjut usia. “Ada doktor I Nyoman Sudanta yang membimbing penari dari awal. Beliau pelaku pariwisata, rohaniawan yang paham betul pakem Kuntisraya yang dipentaskan,” jelas Karben.
Di bawah bimbingan Nyoman Sudanta, penari dan penabuh tampil serius menyajikan tarian barong yang dibalut apik dalam kisah pertarungan antara kebajikan melawan kebatilan dengan durasi sekitar 1 jam. Tim kesenian ini berasal dari ragam profesi, ada instruktur senam, pemilik usaha, pegawai airport, pemahat, guide, hingga petani. “Rata-rata sudah punya kerjaan dan komitmen meluangkan waktunya setiap pagi di sini,” jelas Karben.
Salah satu penari Wijil, I Wayan Muryana mengaku terpanggil untuk terlibat atas dasar ngayah kepada Ida Sesuhunan. Tujuan mulia lainnya melestarikan seni dan budaya. Awalnya dia adalah penabuh. Karena minim penari laki-laki dewasa, Muryana semangat untuk belajar menari. “Ketika desa punya keinginan seperti ini, kami berusaha dukung sesuai kemampuan, awalnya saya ini penabuh tapi karena minim penari cowok, saya coba perankan Wijil sekalian belajar memberanikan diri,” jelasnya.
Guwang Barong and Keris Dance menjadi salah satu Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA) yang menghasilkan setelah Pasar Seni Guwang, Toya Beji, Guwang Mart, dan Gelato. BUPDA ini telah berkontribusi terhadap kesejahteraan krama adat. Lebih dari 9 tahun belakangan ini, krama Desa Adat Guwang tidak pernah diwajibkan bayar urunan untuk pujawali maupun pembangunan parahyangan.
Salah seorang pengunjung, Joseph Theodorus Wulianadi atau yang biasa dipanggil Mr Joger memilih Guwang sebagai tempat foya-foya untuk berbagi kebahagiaan. “Kami mensyukuri kegembiraan sehingga kita bahagia, seniman juga bahagia. Aspek hidup bahagia itu begitu luas, yaitu sehat secara holistis, rohani, emosional, pikiran, perkataan, perbuatan, dan kantong juga harus sehat. Kalau kantong kami sehat, apa salahnya bagi-bagi,” ungkap Mr Joger. 7 nvi
1
Komentar