Walikota Hadiri Pamelaspasan Patung Tonggak Sejarah Pura Dalem Pengembak Sanur
DENPASAR, NusaBali - Walikota I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Pamelaspasan Patung Tonggak Sejarah Pura Dalem Pengembak, Sanur, Denpasar Selatan yang digelar pada Redita Pon Medangsia, Minggu (17/3). Upacara tersebut dilaksanakan setelah rampungnya pembangunan patung yang memakan waktu sekitar tiga bulan.
Pamelaspas dihadiri anggota DPRD Provinsi Bali Anak Agung Gede Agung Suyoga, Wakil Ketua DPRD Denpasar Wayan Mariyana Wandira, Forkopimda Denpasar.
Jro Mangku Pura Dalem Pengembak I Made Ranten menceritakan sejarah Pura Dalem Pengembak. Menurut dia, Pura Dalem Pengembak Sanur yang terletak di wilayah Banjar Tanjung, Desa Sanur Kauh ini didirikan pada 1820. Awal mula berdirinya pura ini erat kaitannya dengan sang kakek yang bernama I Wayan Netep yang dikenal sebagai penggembala sapi (rare angon) dan nelayan.
Pada saat Netep menggembalakan sapinya, dia selalu melepaskan sapinya di tengah hutan (lokasi pura tersebut) untuk mencari rumput. Sembari menunggu sapinya mencari rumput, Netep menjaring ikan ke tengah laut. Setelah air laut surut, Netep kembali ke tempat sapinya.
Setelah tiba di tempat sapinya, Netep kembali bergegas untuk mencari kepiting bakau di seputaran hutan mangrove untuk santapan keluarganya. Hal ini lantaran waktu masih senggang untuk kembali pulang. Setelah mendapatkan beberapa kepiting, dia kembali ke tempat sapinya dilepas untuk beristirahat sejenak.
“Nah, di sela-sela waktu istirahatnya inilah I Wayan Netep menemukan sebuah batang pohon kelapa (tunggak nyuh), yang kemudian dia pahat dengan sebilah golok/belakas, dan tanpa disadari batang pohon kelapa itu menjadi patung menyerupai perempuan cantik,” ujar Ranten.
Namun tiba- tiba patung hasil pahatan sederhana itu tersenyum. Netep pun kaget dan akhirnya jatuh pingsan. Setelah pingsan, dia mendapat pawisik yang kini diimplemntasikan dalam bentuk patung monumen sejarah Pura Dalem Pengembak.
“Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Patung Monumen Sejarah Pura Dalem Pengembak, akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Monumen ini menjelaskan sejarah Pura Dalem Pengembak, perkembangan pura dan pengayah di pura ini tentu sangat penting,” kata Ranten.
“Dengan adanya monumen ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang keberadaan pura ini, fungsi, dan aktivitas kesehariannya dalam melayani umat yang tangkil,” imbuh Ranten, pamucuk Pura Dalem Pengembak yang merupakan generasi ketiga pengardi pura.
Ketua Pelaksana Pembuatan Patung Kadek Dharma Apriana mengatakan konsep patung ini merupakan bentuk visual dari cerita sejarah awal mula Pura Dalem Pengembak. Adapun pelaksanaan pembangunan patung selama 3 bulan terhitung sejak Januari 2024.
Walikota Jaya Negara mengapresiasi rampungnya patung monumen tonggak sejarah Pura Dalem Pengembak dan dilanjutkan dengan upacara pemelaspasan. Hal ini menjadi angin segar bagi pelestarian sejarah tempat suci di Kota Denpasar, yang tentunya dapat menjadi pedoman bagi masyarakat sebagai bentuk srada dan bakti.
“Pembangunan patung ini tentu dilandasi dengan niat baik semua pihak untuk mengenalkan sejarah awal mula berdirinya Pura Dalem Pengembak. Semoga monumen ini dapat memberikan wawasan kepada generasi penerus serta meningkatkan srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa,” kata Jaya Negara. @ mis
Jro Mangku Pura Dalem Pengembak I Made Ranten menceritakan sejarah Pura Dalem Pengembak. Menurut dia, Pura Dalem Pengembak Sanur yang terletak di wilayah Banjar Tanjung, Desa Sanur Kauh ini didirikan pada 1820. Awal mula berdirinya pura ini erat kaitannya dengan sang kakek yang bernama I Wayan Netep yang dikenal sebagai penggembala sapi (rare angon) dan nelayan.
Pada saat Netep menggembalakan sapinya, dia selalu melepaskan sapinya di tengah hutan (lokasi pura tersebut) untuk mencari rumput. Sembari menunggu sapinya mencari rumput, Netep menjaring ikan ke tengah laut. Setelah air laut surut, Netep kembali ke tempat sapinya.
Setelah tiba di tempat sapinya, Netep kembali bergegas untuk mencari kepiting bakau di seputaran hutan mangrove untuk santapan keluarganya. Hal ini lantaran waktu masih senggang untuk kembali pulang. Setelah mendapatkan beberapa kepiting, dia kembali ke tempat sapinya dilepas untuk beristirahat sejenak.
“Nah, di sela-sela waktu istirahatnya inilah I Wayan Netep menemukan sebuah batang pohon kelapa (tunggak nyuh), yang kemudian dia pahat dengan sebilah golok/belakas, dan tanpa disadari batang pohon kelapa itu menjadi patung menyerupai perempuan cantik,” ujar Ranten.
Namun tiba- tiba patung hasil pahatan sederhana itu tersenyum. Netep pun kaget dan akhirnya jatuh pingsan. Setelah pingsan, dia mendapat pawisik yang kini diimplemntasikan dalam bentuk patung monumen sejarah Pura Dalem Pengembak.
“Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Patung Monumen Sejarah Pura Dalem Pengembak, akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Monumen ini menjelaskan sejarah Pura Dalem Pengembak, perkembangan pura dan pengayah di pura ini tentu sangat penting,” kata Ranten.
“Dengan adanya monumen ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang keberadaan pura ini, fungsi, dan aktivitas kesehariannya dalam melayani umat yang tangkil,” imbuh Ranten, pamucuk Pura Dalem Pengembak yang merupakan generasi ketiga pengardi pura.
Ketua Pelaksana Pembuatan Patung Kadek Dharma Apriana mengatakan konsep patung ini merupakan bentuk visual dari cerita sejarah awal mula Pura Dalem Pengembak. Adapun pelaksanaan pembangunan patung selama 3 bulan terhitung sejak Januari 2024.
Walikota Jaya Negara mengapresiasi rampungnya patung monumen tonggak sejarah Pura Dalem Pengembak dan dilanjutkan dengan upacara pemelaspasan. Hal ini menjadi angin segar bagi pelestarian sejarah tempat suci di Kota Denpasar, yang tentunya dapat menjadi pedoman bagi masyarakat sebagai bentuk srada dan bakti.
“Pembangunan patung ini tentu dilandasi dengan niat baik semua pihak untuk mengenalkan sejarah awal mula berdirinya Pura Dalem Pengembak. Semoga monumen ini dapat memberikan wawasan kepada generasi penerus serta meningkatkan srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa,” kata Jaya Negara. @ mis
1
Komentar