Cuaca Buruk, Nelayan Kedonganan Tak Melaut
Ketersediaan ikan di Pasar Ikan tradisional Kedonganan sebagian dipasok dari wilayah lain, bahkan dari luar Bali.
MANGAPURA, NusaBali
Nelayan di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, menghadapi tantangan serius akibat cuaca buruk. Saat ini sebagian besar nelayan memilih tak melaut karena gelombang tinggi.
Ketua Kelompok Nelayan Putra Bali Kedonganan I Made Gita Adnyana, mengatakan jika diukur dari jumlah tangkapan ikan selama ini, sejak pandemi dua tahun lalu, tangkapan ikan di Pantai Kedonganan telah menurun secara signifikan. “Ikan-ikannya tidak tahu kemana larinya, perputarannya entah kemana. Para nelayan mengatakan berkurang tidak sebanyak saat pandemi, malahan pas pandemi saat itu ikan paling mudah ditangkap dan ditemukan,” ujar Gita saat ditemui di sekitar pantai, Senin kemarin.
“Kalau dahulu paling tidak bisa dapat 5 kuintal sampai 1 ton. Setelah pandemi kayak sekarang hanya dapat sepertiganya saja. Ditambah cuaca buruk seperti saat ini tidak ada nelayan yang berlayar karena takut angin kencang dan karenanya nol ikan yang didapat,” kata Gita.
Dia menjelaskan hampir seluruh nelayan bergeser pekerjaan untuk sementara waktu, sambil menunggu keadaan normal kembali. Ada yang menjadi buruh dan ada yang bekerja di pariwisata sekitar Pantai Kedonganan. Kondisi ini sudah hampir terjadi sejak Januari.
Kondisi semakin diperparah dengan adanya masalah sampah laut yang mencemari pantai. Pantai Kedonganan dikepung oleh sampah laut yang terhampar memenuhi bibir pantai hingga kawasan restoran seafood di tepi pantai. Perahu-perahu nelayan pun terparkir di atas tumpukan sampah plastik, membuat aktivitas perikanan menjadi semakin sulit.
“Sangat banyak dan mengganggu kapal jukung nelayan, seakan kapal diparkir di atas sampah. Setiap hari sampah datang dan setiap hari saya ajak para nelayan untuk mengumpulkan sampah agar ditumpuk dipinggir pantai,” ucapnya.
Terkait dengan masalah sampah laut, Gita menyampaikan agar Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung dapat bekerja sama dengan para nelayan untuk mengatasi masalah ini. “Nelayan bisa ngumpulin sampah tapi tidak bisa mengangkutnya, perlu bantuan dari pihak Dinas LHK Badung untuk hal ini,” imbuhnya.
Sementara, I Nyoman Sudiantara salah seorang Pengurus Pasar Pasar Ikan Kedonganan, angkat bicara soal cuaca buruk ini. Dia mengatakan kondisi ini sudah musiman dan sudah biasa dilalui bersama. Pihak pasar tidak kekurangan pasokan ikan. Pedagang sudah memiliki stok ikan yang mencukupi untuk kebutuhan konsumen, bahkan sampai satu bulan ke depan. Para pedagang mendapatkan pasokan beberapa jenis ikan yang kebayakan diambil dari supplier di Karangasem dan juga ada beberapa dari luar Bali seperti dari Madura dan lainya.
“Untuk pengunjung Pasar Kedonganan walaupun cuaca seperti ini tidak perlu khawatir akan stok ikan di pasar, saya sudah pastikan stok untuk dijual ke konsumen cukup. Selain itu, tidak ada keluhan dari pedagang dan konsumen, pasar tetep berjalan normal,” katanya.
Sudiantara memperkirakan keadaan seperti ini akan mereda pada April mendatang. Dengan begitu, para nelayan dapat kembali melaut seperti semula.
Di sisi lain, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengatakan saat ini terpantau ada satu bibit siklon dan satu siklon tropis yang berada di sekitar wilayah Indonesia yang menyebabkan cuaca ektrem seperti angin kencang. Untuk kecepatan angin dan tinggi gelombang setelah 18 Maret 2024 akan mulai berangsur-angsur menurun. Data ini akan terus diupdate untuk melihat progres dari dampak yang ditimbulkan oleh bibit siklon dan siklon tropis ini.
“Untuk nelayan dihimbau agar tetap waspada ketika akan melaut terutama di wilayah Perairan Selatan Indonesia, walaupun ada tendensi menurun untuk cuaca buruk, namun masih terdapat gangguan atmosfer di sekitar wilayah Indonesia,” kata Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, I Made Sudarma Yadnya. 7 cr79
Nelayan di Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, menghadapi tantangan serius akibat cuaca buruk. Saat ini sebagian besar nelayan memilih tak melaut karena gelombang tinggi.
Ketua Kelompok Nelayan Putra Bali Kedonganan I Made Gita Adnyana, mengatakan jika diukur dari jumlah tangkapan ikan selama ini, sejak pandemi dua tahun lalu, tangkapan ikan di Pantai Kedonganan telah menurun secara signifikan. “Ikan-ikannya tidak tahu kemana larinya, perputarannya entah kemana. Para nelayan mengatakan berkurang tidak sebanyak saat pandemi, malahan pas pandemi saat itu ikan paling mudah ditangkap dan ditemukan,” ujar Gita saat ditemui di sekitar pantai, Senin kemarin.
“Kalau dahulu paling tidak bisa dapat 5 kuintal sampai 1 ton. Setelah pandemi kayak sekarang hanya dapat sepertiganya saja. Ditambah cuaca buruk seperti saat ini tidak ada nelayan yang berlayar karena takut angin kencang dan karenanya nol ikan yang didapat,” kata Gita.
Dia menjelaskan hampir seluruh nelayan bergeser pekerjaan untuk sementara waktu, sambil menunggu keadaan normal kembali. Ada yang menjadi buruh dan ada yang bekerja di pariwisata sekitar Pantai Kedonganan. Kondisi ini sudah hampir terjadi sejak Januari.
Kondisi semakin diperparah dengan adanya masalah sampah laut yang mencemari pantai. Pantai Kedonganan dikepung oleh sampah laut yang terhampar memenuhi bibir pantai hingga kawasan restoran seafood di tepi pantai. Perahu-perahu nelayan pun terparkir di atas tumpukan sampah plastik, membuat aktivitas perikanan menjadi semakin sulit.
“Sangat banyak dan mengganggu kapal jukung nelayan, seakan kapal diparkir di atas sampah. Setiap hari sampah datang dan setiap hari saya ajak para nelayan untuk mengumpulkan sampah agar ditumpuk dipinggir pantai,” ucapnya.
Terkait dengan masalah sampah laut, Gita menyampaikan agar Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung dapat bekerja sama dengan para nelayan untuk mengatasi masalah ini. “Nelayan bisa ngumpulin sampah tapi tidak bisa mengangkutnya, perlu bantuan dari pihak Dinas LHK Badung untuk hal ini,” imbuhnya.
Sementara, I Nyoman Sudiantara salah seorang Pengurus Pasar Pasar Ikan Kedonganan, angkat bicara soal cuaca buruk ini. Dia mengatakan kondisi ini sudah musiman dan sudah biasa dilalui bersama. Pihak pasar tidak kekurangan pasokan ikan. Pedagang sudah memiliki stok ikan yang mencukupi untuk kebutuhan konsumen, bahkan sampai satu bulan ke depan. Para pedagang mendapatkan pasokan beberapa jenis ikan yang kebayakan diambil dari supplier di Karangasem dan juga ada beberapa dari luar Bali seperti dari Madura dan lainya.
“Untuk pengunjung Pasar Kedonganan walaupun cuaca seperti ini tidak perlu khawatir akan stok ikan di pasar, saya sudah pastikan stok untuk dijual ke konsumen cukup. Selain itu, tidak ada keluhan dari pedagang dan konsumen, pasar tetep berjalan normal,” katanya.
Sudiantara memperkirakan keadaan seperti ini akan mereda pada April mendatang. Dengan begitu, para nelayan dapat kembali melaut seperti semula.
Di sisi lain, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengatakan saat ini terpantau ada satu bibit siklon dan satu siklon tropis yang berada di sekitar wilayah Indonesia yang menyebabkan cuaca ektrem seperti angin kencang. Untuk kecepatan angin dan tinggi gelombang setelah 18 Maret 2024 akan mulai berangsur-angsur menurun. Data ini akan terus diupdate untuk melihat progres dari dampak yang ditimbulkan oleh bibit siklon dan siklon tropis ini.
“Untuk nelayan dihimbau agar tetap waspada ketika akan melaut terutama di wilayah Perairan Selatan Indonesia, walaupun ada tendensi menurun untuk cuaca buruk, namun masih terdapat gangguan atmosfer di sekitar wilayah Indonesia,” kata Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, I Made Sudarma Yadnya. 7 cr79
1
Komentar