Sampah Plastik Jadi Bahan Campuran Aspal
Jalan di samping Rektorat Unud, Jimbaran, Kutsel, sepanjang 270 meter, dan Jalan Mahendradatta, Denbar, sepanjang 400 meter, menggunakan aspal campur sampah plastik.
Ujicoba Perdana Dilakukan di Bali
MANGUPURA, NusaBali
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan inovasi menghadapi berbagai permasalahan lingkungan. Inovasi terbaru yang diujicobakan adalah pemanfaatan sampah plastik sebagai salah satu bahan pencampur aspal.
“Penelitian pemanfaatan sampah plastik untuk bahan campuran aspal sudah dilakukan cukup lama. Untuk ujicoba pertama kali dilakukan di Bali. Ada dua lokasi yang akan memakai aspal berbahan plastik pertama di Indonesia, yakni di jalan samping gedung Rektorat Universitas Udayana, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan sepanjang 270 meter, dan Jalan Mahendradatta, Kecamatan Denpasar Barat sepanjang 400 meter,” ujar Kepala Balitbang Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga, Sabtu (29/7).
Danis menjelaskan setiap 1 kilometer jalan, membutuhkan 2,5 ton sampai 5 ton sampah plastik untuk campuran aspal. Menurutnya, berdasar hasil ujicoba, secara sederhana campuran ini lebih lengket serta stabilitasnya lebih tinggi. Dari segi biaya bisa diperkirakan sangat kecil.
“Secara teknologi ini memang bisa dimanfaatkan serta menjadi solusi terhadap masalah sampah yang tidak termanfaatkan. Untuk stabilitas, bisa meningkat sampai 40 persen dibandingkan dengan bahan lain,” imbuhnya.
Sementara itu Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim Safri Burhanuddin menyambut baik temuan baru itu. Menurutnya, sampah atau limbah plastik sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum bisa ditangani secara maksimal. Dari estimasi, 275 juta metrik ton (MT) sampah plastik dari 192 negara di seluruh dunia pada tahun 2010, diperkirakan terdapat antara 4,8 – 12,7 juta MT masuk ke lautan lepas.
Dari jumlah tersebut, Indonesia menjadi peringkat kedua negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, yaitu sebesar 3,2 juta MT. China menempati urutan pertama sebesar 8,8 juta MT dan disusul oleh Filipina di peringkat ketiga yaitu sebesar 1,9 juta MT. Dikatakannya, Bali rata-rata menghasilkan sampah sebanyak 1.000 ton per hari. Dari jumlah itu, sampah plastik sebanyak 14 persen. “Diharapkan, sebelum sampah-sampah sampai di TPA Suwung, agar bisa dipilah dahulu. Sehingga nantinya bisa mengurangi beban dari TPA Suwung.”
Terkait pengentasan penanganan masalah sampah dengan melakukan berbagai inovasi pemerintah menargetkan pada tahun 2025 masalah sampah plastik bisa ditekan hingga 70 persen.
“Kini Kementerian PUPR sudah menemukan solusi penanganan sampah plastic, yakni dijadikan bahan pembuat aspal jalan. Diketahui kekuatan aspal tersebut stabilitasnya naik menjadi 40 persen. Bahkan, harga limbah plastik lebih murah dibandingkan aspal. Ini membuat biaya pembuatan material jalan akan lebih murah 5–6 persen,” kata Safri Burhanuddin. *cr64
1
Komentar