Desa Adat Buleleng Tengok Pusaka I Gusti Panji Sakti di Puri Blahbatuh
Jelang HUT Ke-420 Kota Singaraja
SINGARAJA, NusaBali - Sebuah pusaka menyerupai tombak berujung runcing dengan panjang 1,5 meter dikeluarkan dari gedong simpen Pura Beji Puri Blahbatuh Gianyar. Pusaka keramat yang bernama Ki Tunjung Tutur ini dikeluarkan setelah upacara piuning (memohon izin) rombongan Prajuru Desa Adat Buleleng bersama panglingsir puri-puri di Buleleng.
Kunjungan rombongan dari Buleleng bukan tanpa sebab. Mereka ingin menggali informasi terkait keberadaan pusaka Ki Tunjung Tutur yang konon adalah salah satu dari dua pusaka milik Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti.
Pimpinan rombongan Nyoman Sutrisna menjelaskan, kedatangannya bersama beberapa prajuru dan tokoh puri karena ada rasa penasaran selama ini. Terlebih di penghujung bulan Maret ini akan diperingati Hari Ulang tahun (HUT) Ke-420 Kota Singaraja yang tidak lepas dari sejarah kepemimpinan raja I Gusti Panji Sakti.
“Selama ini kami hanya mendengar cerita. Kali ini senang bisa melihat langsung pusaka. Mudah-mudahan seperti filosofi yang diyakini bisa mendatangkan kedamaian dan kesejahteraan bagi kita semuanya,” ucap Sutrisna.
Panglingsir Puri Ageng Blahbatuh, Anak Agung Alit Kakarsana menjelaskan, pusaka Ki Tunjung Tutur yang berbentuk tombak ini dijadikan lambang Puri Blahbatuh. Filosofi yang diyakini dan dilekatkan leluhur Puri Blahbatuh atas keberadaan pusaka Ki Tunjung Tutur untuk bisa menunjukkan dedikasi seperti ksatria.
Menurut penuturan sejarah panglingsir Puri Blahbatuh keberadaan pusaka Ki Tunjung Tutur ini merupakan hadiah bekal I Gusti Panji Sakti kepada cucunya I Gusti Oka (Djelantik IX). I Gusti Gede Oka (Djelantik IX) saat itu diberikan wilayah kekuasaan di bagian selatan Danau Batur, sebelah timur Sungai Petanu, dan sebelah barat Sungai Pakerisan dan menjadi raja di Puri Tojan Blahbatuh. Bekal satu pusaka ini diberikan saat Kerajaan Gelgel mulai goyah dengan terbentuknya raja-raja lain di Bali, dan menjadi bukti keturunan Kerajaan Gelgel.
“Kami adalah saudara dengan Puri Buleleng. Mudah-mudahan silaturahmi ini bisa terus terjalin baik untuk menjaga warisan leluhur,” ucap Kakarsana.
Sementara itu, Panglingsir Puri Gede Buleleng Anak Agung Ngurah Ugrasena mengatakan, dalam cerita leluhurnya, Raja I Gusti Panji Sakti saat dikirim ke Denbukit (Buleleng) oleh Raja Gelgel saat itu dibekali dua pusaka. Satu pusaka keris yang dinamai Ki Baru Semang dan satu pusaka tombak dengan tiang berlubang menyerupai tulup ini dinamai Ki Tunjung Tutur.
Menurut Ugrasena, pusaka keris Ki Baru Semang saat ini disemayamkan di Merajan Puri Gede Buleleng sedangkan Ki Tunjung Tutur di Puri Ageng Blahbatuh. I Gusti Panji Sakti yang terlahir dari benih Raja Gelgel dan selirnya yang bernama Ni Luh Pasek dikirim ke asal ibunya Denbukit pada umur yang sangat belia. Kehadiran I Gusti Panji Sakti menjadi ancaman putra mahkota saat itu.
Dalam perjalanan hidupnya, Raja Buleleng pertama ini berhasil menguasai beberapa wilayah. Bahkan dengan pusaka pemberian ayahnya dia memiliki kesaktian tiada tanding. Pengembangan daerah kekuasaan Raja Panji Sakti pun sampai ke Blambangan Jawa Timur.
“Menurut cerita anak lingsir, setelah berhasil membangun kerajaan di Buleleng lalu suatu waktu saat ada muncul kerajaan-kerajaan kecil di Bali, menghadiahkan Puri Blahbatuh dan satu pusaka Ki Tunjung Tutur ini,” papar Ugrasena.
Lalu pusaka Ki Tunjung Tutur sempat akan disatukan dengan Keris Ki Baru Semang dan dibawa ke Buleleng oleh generasi penerus Raja Panji Sakti. Namun peristiwa gaib terjadi di sepanjang perjalanan. Cuaca buruk angin kencang hingga longsor terjadi di sepanjang perjalanan dari Gianyar ke Buleleng. Kejadian mistis ini diyakini terjadi karena pusaka itu tidak diizinkan secara niskala dibawa ke Buleleng. Akhirnya rombongan mengembalikan lagi ke Puri Blahbatuh sampai sekarang.
Keberadaan pusaka Raja Panji Sakti meskipun disemayamkan di tempat yang berbeda diharapkan dapat memberikan vibrasi positif untuk Bali.7 k23
Pimpinan rombongan Nyoman Sutrisna menjelaskan, kedatangannya bersama beberapa prajuru dan tokoh puri karena ada rasa penasaran selama ini. Terlebih di penghujung bulan Maret ini akan diperingati Hari Ulang tahun (HUT) Ke-420 Kota Singaraja yang tidak lepas dari sejarah kepemimpinan raja I Gusti Panji Sakti.
“Selama ini kami hanya mendengar cerita. Kali ini senang bisa melihat langsung pusaka. Mudah-mudahan seperti filosofi yang diyakini bisa mendatangkan kedamaian dan kesejahteraan bagi kita semuanya,” ucap Sutrisna.
Panglingsir Puri Ageng Blahbatuh, Anak Agung Alit Kakarsana menjelaskan, pusaka Ki Tunjung Tutur yang berbentuk tombak ini dijadikan lambang Puri Blahbatuh. Filosofi yang diyakini dan dilekatkan leluhur Puri Blahbatuh atas keberadaan pusaka Ki Tunjung Tutur untuk bisa menunjukkan dedikasi seperti ksatria.
Menurut penuturan sejarah panglingsir Puri Blahbatuh keberadaan pusaka Ki Tunjung Tutur ini merupakan hadiah bekal I Gusti Panji Sakti kepada cucunya I Gusti Oka (Djelantik IX). I Gusti Gede Oka (Djelantik IX) saat itu diberikan wilayah kekuasaan di bagian selatan Danau Batur, sebelah timur Sungai Petanu, dan sebelah barat Sungai Pakerisan dan menjadi raja di Puri Tojan Blahbatuh. Bekal satu pusaka ini diberikan saat Kerajaan Gelgel mulai goyah dengan terbentuknya raja-raja lain di Bali, dan menjadi bukti keturunan Kerajaan Gelgel.
“Kami adalah saudara dengan Puri Buleleng. Mudah-mudahan silaturahmi ini bisa terus terjalin baik untuk menjaga warisan leluhur,” ucap Kakarsana.
Sementara itu, Panglingsir Puri Gede Buleleng Anak Agung Ngurah Ugrasena mengatakan, dalam cerita leluhurnya, Raja I Gusti Panji Sakti saat dikirim ke Denbukit (Buleleng) oleh Raja Gelgel saat itu dibekali dua pusaka. Satu pusaka keris yang dinamai Ki Baru Semang dan satu pusaka tombak dengan tiang berlubang menyerupai tulup ini dinamai Ki Tunjung Tutur.
Menurut Ugrasena, pusaka keris Ki Baru Semang saat ini disemayamkan di Merajan Puri Gede Buleleng sedangkan Ki Tunjung Tutur di Puri Ageng Blahbatuh. I Gusti Panji Sakti yang terlahir dari benih Raja Gelgel dan selirnya yang bernama Ni Luh Pasek dikirim ke asal ibunya Denbukit pada umur yang sangat belia. Kehadiran I Gusti Panji Sakti menjadi ancaman putra mahkota saat itu.
Dalam perjalanan hidupnya, Raja Buleleng pertama ini berhasil menguasai beberapa wilayah. Bahkan dengan pusaka pemberian ayahnya dia memiliki kesaktian tiada tanding. Pengembangan daerah kekuasaan Raja Panji Sakti pun sampai ke Blambangan Jawa Timur.
“Menurut cerita anak lingsir, setelah berhasil membangun kerajaan di Buleleng lalu suatu waktu saat ada muncul kerajaan-kerajaan kecil di Bali, menghadiahkan Puri Blahbatuh dan satu pusaka Ki Tunjung Tutur ini,” papar Ugrasena.
Lalu pusaka Ki Tunjung Tutur sempat akan disatukan dengan Keris Ki Baru Semang dan dibawa ke Buleleng oleh generasi penerus Raja Panji Sakti. Namun peristiwa gaib terjadi di sepanjang perjalanan. Cuaca buruk angin kencang hingga longsor terjadi di sepanjang perjalanan dari Gianyar ke Buleleng. Kejadian mistis ini diyakini terjadi karena pusaka itu tidak diizinkan secara niskala dibawa ke Buleleng. Akhirnya rombongan mengembalikan lagi ke Puri Blahbatuh sampai sekarang.
Keberadaan pusaka Raja Panji Sakti meskipun disemayamkan di tempat yang berbeda diharapkan dapat memberikan vibrasi positif untuk Bali.7 k23
Komentar