Desa Adat Temesi Usul Bergilir sebagai Lokasi TPA
Dampak Peningkatan Volume Sampah Makin Dirasakan Masyarakat
TPA Temesi Gianyar
Kementerian PUPR
TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu)
Bantuan Keuangan Khusus (BKK)
GIANYAR, NusaBali - Desa Temesi, Kecamatan/Kabupaten Gianyar yang sejak lama dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mulai teriak. Sebab, dampak lingkungan yang dirasakan masyarakat makin parah.
Bendesa Adat Temesi, Gusti Made Mastra dihubungi NusaBali di Gianyar, Selasa (19/3) mengatakan, sejak lama sudah mengusulkan agar TPA Temesi dipindah. Atau desa-desa di Gianyar bisa secara bergilir menjadi lokasi TPA. “Sejak lama kami sudah tawarkan kepada desa lain, supaya mau giliran jadi lokasi TPA?” ujar Mastra.
Diungkapkannya, selama ini masyarakat Temesi dalam posisi menahan diri akibat dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan TPA. Bahkan, sejak era 1990-an, warga nyaris unjuk rasa namun berhasil dicegah. Dirinya menahan warga agar tidak bergerak unjuk rasa.
Mastra merasa heran, saat dirinya baru menjabat bendesa adat, volume sampah di TPA Temesi sekitar 150 ton per hari. Kini, saat bermunculan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah, Reduce-Reuse-Recycle) yang dianggarkan oleh pemerintah daerah. Bukannya berkurang, justru volume sampah 450-an ton sehari. "Bagaimana itu, kok nambah. Selain bau, lalat banyak hinggap," beber Mastra.
Dikatakan Mastra, bahwa usulan agar desa-desa giliran menjadi TPA sudah diusulkan dalam pertemuan dengan instansi pemerintah terkait di Kabupaten Gianyar. "Bahkan dalam pertemuan di provinsi, kami juga sudah usulkan," ujar Mastra.
Apabila memang desa lain bisa dijadikan TPA, maka Temesi siap membayar iuran berapapun. "Kalau kami ditarik Rp 100.000 per truk, kami siap bayar. Ketimbang kami dapat dampak lingkungan yang luar biasa," jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Ni Luh Mirna, menyatakan Pemkab Gianyar sedang berusaha mengurangi volume sampah yang ditempatkan di TPA Temesi. Diantaranya dengan mengoptimalkan pengelolaan sampah dari sumbernya, baik di rumah tangga maupun TPS3R yang ada di desa/ kelurahan. Sedangkan di TPA Temesi, pada tahun 2024 ini, Pemkab Gianyar dibantu Kementerian PUPR melalui bantuan Bank Dunia akan membangun TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dengan 3 unit fasilitas teknologi pengolahan sampah, yaitu RDF (Refuse Derived Fuel), komposting (pengolahan sampah organik menjadi pupuk), dan BSF (Black Soldier Fly) atau larva (Maggot).
Dengan teknologi tersebut, diyakini tidak ada sampah yang menumpuk atau membusuk di TPA Temesi. "Mudah-mudahan pada Mei ini pembangunannya sudah mulai dilaksanakan oleh Kementerian PUPR," ujar Mirna. Fasilitas tersebut dirancang mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
Selain itu, Pemkab Gianyar setiap tahun telah memberikan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) kepada Desa Temesi, sebagai kompensasi dampak TPA Temesi. "Pada tahun anggaran 2023 sebesar Rp 1 miliar," jelasnya. Terkait harapan agar TPA digilir ke desa lain, menurut Mirna itu bukan solusi. Katanya, Pemkab Gianyar sudah berbuat dan saat ini lebih fokus pada upaya penanggulangan dampak TPA Temesi. "Sebab membangun TPA baru, memerlukan kajian mendalam dan anggaran yg cukup besar," tegas Mirna.nvi
Komentar