Pemkot Siapkan Rp 634 Juta untuk Fogging Fokus DBD
DENPASAR, NusaBali - Pemkot Denpasar melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menyiapkan anggaran Rp 634.668.000 untuk penanganan demam berdarah dengue (DBD). Salah satunya untuk melaksanakan fogging fokus dan pengadaan ultra low volume (ULV).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr Anak Agung Ayu Candrawati, Rabu (20/3), mengungkapkan jumlah tersebut sudah termasuk honor petugas fogging dan ULV.
Adapun rincian anggaran tersebut yakni untuk bahan bakar dan pelumas fogging Rp 404.268.000. Sedangkan untuk honor petugas fogging fokus dan ULV yakni Rp 223.400.000. Sementara anggaran masker respirator untuk petugas fogging Rp 1.600.000 dan Rp 5.400.000 untuk accu ULV.
Selain itu, ada juga anggaran untuk honor jumantik atau juru pemantau jentik di Kota Denpasar. Saat ini, Denpasar memiliki 413 orang petugas jumantik.
Setiap orang menerima honor Rp 1.500.000 per bulan, sehingga total anggaran per tahun sebesar Rp 7.614.000.000. Selain itu, juga ada 42 koordinator jumantik dengan honor Rp 2.700.000 per bulan. “Sehingga dalam setahun, honor untuk koordinator jumantik Rp 1.393.200.000,” kata dr Candrawati.
Untuk diketahui sejak Januari hingga 17 Maret 2024, tercatat jumlah kasus DBD di Kota Denpasar sebanyak 115 kasus. Jumlah kasus ini dengan rincian pada Januari sebanyak 34 kasus, Februari sebanyak 42 kasus, dan hingga 17 Maret sebanyak 39 kasus.
Namun, menurut dr Candrawati, jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu, kasus DBD ini jauh menurun. Pada 2023 sejak Januari hingga Maret tercatat sebanyak 781 kasus dengan rincian Januari 296 kasus, Februari 255 kasus, dan Maret 230 kasus. “Kalau dibandingkan tahun lalu jumlah kasus lumayan tinggi dan total kasus tahun 2023 sebanyak 1.332 kasus dengan 4 kematian,” katanya.
Selain fogging fokus dan menurunkan petugas jumantik, Dinas Kesehatan Denpasar tetap mengedukasi masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara konsisten. Di samping itu, para jumantik juga tetap melakukan kunjungan rumah untuk ikut memantau jentik dan sekaligus mengedukasi masyarakat.
“Masyarakat tetap diedukasi agar melaksanakan PSN, oleh karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa. Kalau tetap ada jentik di tempat penampungan air atau genangan air, seminggu lagi akan berubah menjadi nyamuk dewasa, dan siap menyebarkan penyakit DBD dan begitu seterusnya,” ujar dr Candrawati.
Ditegaskannya, jangan sampai dilakukan fogging setiap pekan, karena di samping biayanya tinggi, efek dari asap fogging juga tidak baik untuk kesehatan. “Untuk itu, peran masyarakat tetap diharapkan untuk mandiri PSN di lingkungan masing-masing,” tandas dr Candrawati. 7 mis
Adapun rincian anggaran tersebut yakni untuk bahan bakar dan pelumas fogging Rp 404.268.000. Sedangkan untuk honor petugas fogging fokus dan ULV yakni Rp 223.400.000. Sementara anggaran masker respirator untuk petugas fogging Rp 1.600.000 dan Rp 5.400.000 untuk accu ULV.
Selain itu, ada juga anggaran untuk honor jumantik atau juru pemantau jentik di Kota Denpasar. Saat ini, Denpasar memiliki 413 orang petugas jumantik.
Setiap orang menerima honor Rp 1.500.000 per bulan, sehingga total anggaran per tahun sebesar Rp 7.614.000.000. Selain itu, juga ada 42 koordinator jumantik dengan honor Rp 2.700.000 per bulan. “Sehingga dalam setahun, honor untuk koordinator jumantik Rp 1.393.200.000,” kata dr Candrawati.
Untuk diketahui sejak Januari hingga 17 Maret 2024, tercatat jumlah kasus DBD di Kota Denpasar sebanyak 115 kasus. Jumlah kasus ini dengan rincian pada Januari sebanyak 34 kasus, Februari sebanyak 42 kasus, dan hingga 17 Maret sebanyak 39 kasus.
Namun, menurut dr Candrawati, jika dibandingkan dengan tahun 2023 lalu, kasus DBD ini jauh menurun. Pada 2023 sejak Januari hingga Maret tercatat sebanyak 781 kasus dengan rincian Januari 296 kasus, Februari 255 kasus, dan Maret 230 kasus. “Kalau dibandingkan tahun lalu jumlah kasus lumayan tinggi dan total kasus tahun 2023 sebanyak 1.332 kasus dengan 4 kematian,” katanya.
Selain fogging fokus dan menurunkan petugas jumantik, Dinas Kesehatan Denpasar tetap mengedukasi masyarakat agar melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN secara konsisten. Di samping itu, para jumantik juga tetap melakukan kunjungan rumah untuk ikut memantau jentik dan sekaligus mengedukasi masyarakat.
“Masyarakat tetap diedukasi agar melaksanakan PSN, oleh karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa. Kalau tetap ada jentik di tempat penampungan air atau genangan air, seminggu lagi akan berubah menjadi nyamuk dewasa, dan siap menyebarkan penyakit DBD dan begitu seterusnya,” ujar dr Candrawati.
Ditegaskannya, jangan sampai dilakukan fogging setiap pekan, karena di samping biayanya tinggi, efek dari asap fogging juga tidak baik untuk kesehatan. “Untuk itu, peran masyarakat tetap diharapkan untuk mandiri PSN di lingkungan masing-masing,” tandas dr Candrawati. 7 mis
1
Komentar