Agustus, Puncak Musim Kemarau di Bali
Mengantisipasi potensi kekeringan dari puncak musim kemarau, masyarakat diimbau untuk mengoptimalkan penampungan air selama sisa musim hujan.
MANGUPURA, NusaBali
Sebagian besar wilayah di Pulau Bali diperkirakan akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus 2024. Prediksi ini menunjukkan bahwa sekitar 95 persen dari wilayah Bali akan menghadapi kondisi kemarau yang intens.
Kepala Stasiun Klimatologi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah III Denpasar Aminudin Al Roniri, menjelaskan sebanyak 1 Zona Musim (ZOM) atau 5 persen dari wilayah di Bali, khususnya bagian selatan Bangli, selatan Karangasem, dan utara Klungkung, diperkirakan akan mencapai puncak musim kemarau lebih awal pada bulan Juli. Sementara itu, 19 ZOM atau 95 persen dari wilayah Bali akan mengalami puncaknya pada Agustus.
“Puncak musim kemarau 2024 di provinsi Bali diperkirakan jatuh pada Juli sebanyak 1 ZOM atau 5 persen. Sedangkan Agustus pada 19 ZOM atau 95 persen,” ujarnya pada Jumat (22/3).
Aminudin menjelaskan, Awal Musim Kemarau (AMK) ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam 1 dasarian atau 10 hari kurang dari 50 mm dan diikuti beberapa dasarian berikutnya. Dia melanjutkan, secara umum awal musim kemarau di wilayah Bali diperkirakan masuk pada Maret sebanyak 5 Zona Musim (ZOM) atau 25 persen, April sebanyak 8 ZOM atau 40 persen, Mei sebanyak 4 ZOM atau 20 persen, dan Juni sebanyak 3 ZOM atau 15 persen.
Wilayah yang diperkirakan memasuki musim kemarau paling awal yaitu pada bulan Maret mencakup sejumlah kecamatan di Gianyar, Sukawati, Denpasar Timur dan Barat, Mengwi, Kuta, hingga Nusa Penida. Sedangkan daerah yang diperkirakan memasuki musim kemarau pada bulan April yaitu Kecamatan Karangasem, Melaya, Gerokgak, Seririt, Negara, Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Sebagian Sukasada, Tejakula, Kubu, Bangli, Kintamani, Rendang, Susut, Sebagian Kecamatan Sukawati, Selemadeg, Kerambitan, Tabanan, Abiansemal. Wilayah yang selanjutnya diperkirakan memasuki musim kemarau pada bulan Mei diantaranya adalah Kecamatan Busungbiu, Abang, Penebel, Tampaksiring, Selemadeg Barat.
“Wilayah yang diperkirakan terakhir memasuki musim kemarau pada bulan Juni diantaranya adalah Kecamatan Banjar, Sebagian Sukasada, Baturiti, Pupuan, Petang, Payangan,” jelasnya.
BBMKG juga menyoroti perbandingan prakiraan awal musim kemarau tahun 2024 dengan rata-rata tahunan, menunjukkan pergeseran pada beberapa ZOM. Terkait prakiraan sifat hujan selama musim kemarau, diperkirakan secara umum bersifat Normal di 1 ZOM (5 persen) dan Atas Normal di 19 ZOM (95 persen).
“Perbandingan prakiraan Awal Musim Kemarau Tahun 2024 dengan rata-ratanya pada 20 ZOM di Bali yakni sebanyak 5 ZOM Maju 25 persen, 6 ZOM Sama 30 persen, dan 9 ZOM Mundur 45 persen,” tambahnya.
Mengantisipasi potensi kekeringan dan dampak lain dari puncak musim kemarau, masyarakat diimbau untuk waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan. Ini termasuk mengoptimalkan penampungan air selama sisa musim hujan dan mengelola penggunaan air secara hemat, terutama untuk pertanian dan hortikultura yang sensitif terhadap kondisi cuaca.
“Masyarakat diharapkan waspada terhadap potensi kekeringan yang dapat terjadi pada puncak Musim Kemarau, yang diperkirakan terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Selain itu, lebih mengoptimalkan penampungan air pada sisa musim hujan, untuk memenuhi danau, waduk, embung dan tempat penyimpanan air lainnya. Untuk menekan risiko penurunan hasil panen pada lahan sawah, maka pengelolaan air bagi kebutuhan pertanian harus dilakukan dengan lebih hemat,” harap Aminudin. 7 ol3
Komentar