Cegah Alih Fungsi Lahan, Megati akan Dijadikan Kampung Alpukat
TABANAN, NusaBali - Guna mengatasi alih fungsi lahan, Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, akan dijadikan kampung alpukat. Sebagai awal, telah ditanam pohon alpukat seluas 5 hektare oleh komunitas Kerta Bumi Tani.
Selain itu, Desa Megati ini sudah dikategorikan sawah tadah hujan karena air jika menanam padi. Dampak dari hal itulah banyak lahan petani yang terbengkalai.
Perbekel Desa Megati Dewa Nyoman Sukerta mengatakan alpukat dipilih karena super food dunia yang banyak diminati oleh masyarakat. Sebab alpukat adalah makanan sehat karena mengandung lemak tak jenuh.
Selain itu, bisa juga dijadikan produk kencantikan. Karena banyak fungsinya alpukat pun harganya menjanjikan. Untuk pasaran sekarang tembus diangka Rp 50.000 per kilogram.
“Jadi kami hadir coba untuk memberikan solusi. Tujuanya supaya lahan yang terbengkalai ini bisa tergarap, sehingga ada wacana untuk membuat Desa Megati sebagai kampung alpukat,” jelasnya, Jumat (22/3).
Sejauh ini, kata Sukerta, untuk awal dari wacana itu sudah ada 5 hektare lahan yang ditanam oleh komunitas. Tanaman saat ini sudah berusia 1 tahun. Diharapkan nantinya masyarakat yang lain bisa ikut menanam.
“Masyarakat kami di 9 banjar di Desa Megati atau di luar komunitas sudah ada yang ikut menanam. Jumlahnya rata-rata baru 10 pohon,” katanya.
Menurutnya, untuk bisa mewujudkan Desa Megati menjadi kampung alpukat, generasi muda pun sudah diberikan pemahaman. Tak hanya mengandalkan kerja di luar saja, namun diminta juga ikut memperhatikan tanah kelahiran. Karena nanti saat tak lagi bekerja di luar, otomatis akan pulang ke kampung halaman.
“Memang dalam urusan bertani, tidak bisa kita instan, harus dilakukan bertahap. Kita akan lakukan pelan-pelan,” terang Dewa Sukerta.
Diakui, untuk menjadikan Desa Megati kampung alpukat, telah dipilih menanam alpukat jenis miji dan kuba. Alpukat ini adalah alpukat mentega terbaik karena rasanya enak dan legit. Dua jenis alpukat ini memang cocok ditanam di dataran rendah seperti di Desa Megati yang memeliki ketinggian 106 meter diatas permukaan air laut.
“Selain itu dalam hal perawatan tidaklah susah. Tinggal rajin menyemprotkan pengendali hama,” aku Dewa Sukerta notabane mantan pekerja kapal pesiar selama 20 tahun itu.
Mengingat perlu waktu tiga tahun untuk bisa menikmati panen alpukat, di sela-sela tanaman alpukat lewat komunitas yang sudah ada telah pula ditanam pohon papaya dan cabai. Sehingga sembari menunggu aplukat panen, petani sudah bisa menikmati hasil dari papaya dan cabai tersebut. “Mudah-mudahan dengan cara ini masyarakat semakin banyak melirik. Sehingga bisa meningkatkan perekonomian,” harapnya.
Salah seorang petani yang sudah menanam alpukat di Desa Megati I Gede Eka Karmada. Jenis alpukat yang sudah dikembangkan bervariasi mulai dari alpukat miji, alpukat kuba dan alpukat 6 long. “Sekarang masyarakat memang sudah mulai mengembangkan,” ujarnya.
Disebutkan, panen alpukat ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 tahun. Satu pohonnya bisa menghasilkan puluhan kilogram alpukat dan bisa dipanen berkelanjutan. “Mudah-mudahan apa yang kami tanam bisa mendapatkan hasil terbaik,” harap Karmada. 7des
Komentar