BBTF 2024 Pasang Target Kontrak Bisnis Rp8,1 T
Diharapkan 400 buyers dari 51 negara akan bertemu dengan 250 sellers dari Indonesia
DENPASAR, NusaBali
Bali & Beyond Travel Fair (BBTF), pameran pameran tahunan terkemuka di Indonesia, kembali diselenggarakan pada tanggal 12-14 Juni 2024. Pergelaran BBTF kali adalah untuk yang ke-10.
Temanya mengangkat kekayaan dan keragaman industri pariwisata Indonesia dikancah international. Pelaksanaan akan berlangsung di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua - Bali.
Ketua Komite Pelaksana BBTF 2024 I Putu Winastra mengatakan Minggu (24/3). "Kami menargetkan 400 buyers dari 51 negara untuk bertemu dengan 250 sellers dari seluruh Indonesia dan mengambil kesempatan untuk temu bisnis dalam ajang trade fair,”ujarnya.
Dikatakan komitmen pihaknya untuk mempromosikan dan melestarikan destinasi mendapat respon positif dari para pemangku kepentingan. Termasuk para pelaku pariwisata nasional dan internasional yang telah memperbaharui kepercayaan mereka terhadap kemampuan BBTF.
Menurut Winastra pendaftaran telah dibuka secara online. Untuk sementara telah diterima sebanyak 125 sellers dari 7 provinsi (Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jogjakarta, DKI Jakarta, dan Bali).
Kemudian ada 190 buyers dari 39 negara yang telah mendaftar diantara yaitu dari Indonesia, India, Spain, Belgium, Turkey, UAE, South Africa, Nigeria, Germany, Italy, UK, France, Australia, China, Japan, Netherlands, Canada, USA, Singapore, South Korea, dan lain-lain.
“Targetnya nanti 250 seller dan 400 buyer,” ujar Putu Winastra yang juga Ketua DPD Asita Bali.
Sedangkan kontrak bisnis yang diharapkan Rp8,1 triliun selama setahun. Sebagai catatan pada BBTF 2023, kontrak bisnis yang dihasilkan mencapai Rp6,7 triliun, meningkat 29,7 persen dibanding tahun 2022 sebanyak Rp5,2 triliun.
Tentang tren pasar, Putu Winastra menyatakan BBTF akan menampilkan dan mempromosikan produk pariwisata berkelanjutan untuk masa depan yang bertanggung jawab, wisata alam, wisata pedesaan dan wisata gastronomi.
Selain itu, fokus utama juga diberikan pada kesehatan, dengan menekankan pada pertumbuhan industri pariwisata kesehatan dan medis saat ini serta pariwisata berbasis komunitas.
“Pemerintah perlu lehih gencar melakukan promosi produk wisata bersama pelaku industri sesuai keberagaman daya tarik dan kondisi setiap destinasi,” ujar Putu Winastra, praktisi pariwisata asal Bangli tersebut.
Selain itu, peran pelaku industri pariwisata juga perlu dioptimalkan. Sehingga kolaborasi tersebut dapat memberikan kepercayaan di market place bahwa Indonesia sebagai sebuah destinasi pariwisata dunia yang wajib dikunjungi. K17.
Komentar