Banyak Pedagang Tangkil ke Pura Ratu Subandar Besakih
Jro Padma Rajesvari
Pamedek
tangkil
Ida Bhatara Ratu Subandar
Palinggih
Ida Bhatara Ulang Alu Besakih
Ida Bhatara Turun Kabeh
AMLAPURA, NusaBali - Pura Ida Bhatara Ratu Subandar, dan Ida Ratu Ulang Alu yang terletak di Mandala IV Pura Penataran Agung Besakih, Karangasem terlihat ramai oleh pamedek pada, Senin (1/4).
Tak hanya kemarin, pamedek juga sudah ramai tangkil sejak puncak Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih pada Purnama Kadasa, Redite Kliwon Pujut, Minggu (24/3) lalu. Mereka yang tangkil untuk muspa di Linggih Ida Bhatara Ratu Subandar dan Ida Ratu Ulang Alu kebanyakan merupakan para pedagang dan juga warga keturunan Tionghoa.
Pura Ida Bhatara Ratu Subandar, dan Ida Ratu Ulang Alu bertempat di Mandala IV Pura Penataran Agung Besakih, terdiri dari dua palinggih, palinggih Ida Bhatara Ratu Subandar dan Ida Bhatara Ratu Ulang Alu terletak di sisi barat menghadap ke timur.
"Sejak puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, pedagang dan warga Tionghoa ramai muspa di sini," ungkap Jro Mangku Suradnyana, pamangku pangayah di Pura Ida Bhatara Ratu Subandar dan Ida Bhatara Ratu Ulang Alu, di Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Soma Pon Pahang, Senin kemarin.
Menurutnya, sejak dulu kalangan pedagang di Bali meyakini dan memuja Ida Bhatara Ulang Alu terutama pedagang keliling (pengalu). Mereka secara turun temurun sembahyang di Linggih Ida Bhatara Ratu Subandar dan Ida Ratu Ulang Alu terutama saat rangkaian Karya Ida Bhatara Turun Kabeh.
Hal serupa juga dilakukan warga keturunan Tionghoa. Mereka biasanya muspa di linggih Ida Bhatara Subandar dan Ida Bhatara Ratu Ulang Alu. Kedua palinggih ini pun tampil unik dan lain dari palinggih-palinggih lainnya di kawasan Pura Agung Besakih.
Kedua palinggih ini berhias pernak-pernik Tionghoa, seperti lampu lampion. Sehingga di antara palinggih di Pura Besakih, kedua palinggih itu terlihat paling beda, berisi gantungan lampion di setiap sudut palinggih.
Para pedagang yang datang sembahyang untuk mohon berkah agar diberi kelancaran dalam menjalankan usahanya. Ida Ratu Ulang Alu diyakini sebagai tempat memohon restu dan perlindungan bagi para pedagang.
Seorang pamangku keturunan Tionghoa, yakni Jro Padma Rajesvari yang berasal dari Lingkungan Buana Mas, Kelurahan Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Senin kemarin juga terlihat ngayah melayani umat yang tangkil. Setiap kali pamedek usai melaksanakan pamuspaan, perempuan yang juga dikenal sebagai penekun spiritual ini tampak sigap memercikkan tirta ke pamedek.
"Saya setiap tahun ngayah di sini, bahkan sampai makemit tiga hari," jelas Jro Padma.
Di Mandala IV Pura Besakih, selain dua palinggih Ida Bhatara Subandar dan Ida Bhatara Ratu Ulang Alu, juga ada palinggih lain, di antaranya meru tumpang solas linggih Ida Bhatara Ratu Sunaring Jagat, palinggih Ida Bhatara Surya Candra, palinggih Ida Bhatara Hyang Widyadara dan Widyadari khusus untuk tempat sembahyang pragina penabuh dan penari, tujuannya agar mereka memperoleh taksu dan lain-lain.
Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Karangasem, Thomas Prasetyo mengatakan warga Tionghoa di Bali memang selalu berbaur melakukan persembahyangan saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, terutama di palinggih Ida Bhatara Subandar dan Ida Bhatara Ratu Ulang Alu.
"Banyak warga Tionghoa muspa di sana, sepintas sulit membedakan, karena secara fisik kulitnya sama-sama sawo matang dan matanya tidak sipit lagi," ujar Thomas. 7 k16
1
Komentar