Puri Agung Ubud Kembali Bangun Naga Banda
Jelang Palebon Almarhum Tjokorda Bagus Santaka
GIANYAR, NusaBali - Puri Agung Ubud, Gianyar sedang membangun bade tumpang sia (9) dan Naga Banda untuk melepas salah satu wargi agungnya, yakni Tjokorda Bagus Santaka yang berpulang pada 1 Februari 2024 lalu. Newata Tjok Bagus Santaka merupakan Panglingsir Puri Saren Kauh yang merupakan bagian dari Puri Agung Ubud. Ia juga putra dari Tjokorda Agung Suyasa yang merupakan Bendesa Adat Ubud sebelum Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah.
Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati menuturkan, tidak semua palebon di lingkungan Puri Agung Ubud menggunakan Naga Banda. Hanya bagi mereka yang berkategori panglingsir dan yang direstui oleh pamucuk Puri Agung Ubud. "Ada bhisama dari tetua bahwa kami yang sudah berumur 60 tahun dan sudah punya cucu, bisa menggunakan Naga Banda. Itu pun juga atas rekomendasi Panglingsir Puri Agung," tutur Tjok Putra ketika ditemui di Puri Anyar Campuhan Ubud, Selasa (2/4).
Di samping kriteria ini, Tjok Bagus Santaka, dijelaskan Tjok Putra merupakan putra pertama dari Tjok Agung Suyasa. Dan, merupakan keponakan dari Tjok Putra sendiri jika dilihat dari garis sang bibi. Undagi bade dan Naga Banda untuk palebon Tjok Bagus Santaka diemban langsung adinda Tjok Putra, yakni Prof Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De. Seorang profesor di bidang ilmu ekonomi sekaligus tokoh undagi bade dan pratima yang sudah melanglang buana di Pulau Dewata.
Foto: Prof Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM, Undagi Bade dan Naga Banda -RATNADI
Kata Cok De, pamereman palebon Tjok Bagus Santaka yang merupakan bade tumpang sia akan dibuat setinggi kurang lebih 24 meter. Di mana, konstruksinya terdiri dari persilangan bambu di inti dalam bangunan bade dan kayu untuk pembentuk arsitekturalnya. "Pamereman ini tumpangnya sembilan dengan gunungnya lima yaitu karang guak, boma, gajah, sae, dan angsa," jelas Cok De ketika ditemui di Puri Anyar Campuhan pada Selasa siang.
Gunung merupakan bagian bade sejenis punden berundak yang undaknya mengerucut ke atas sampai di bawah wadah peletakan jenazah. Undak pada bade palebon Newata Tjok Bagus Santaka ini berjumlah lima yang masing-masing undaknya berisi topeng figur tertentu. Selain itu, Cok De juga bertanggung jawab memimpin penyelesaian Naga Banda. Piranti upacara pitrayadnya ini tidak ditemui di setiap palebonyang dihelat Puri Agung Ubud melainkan pada palebon wargi agung/panglingsir di lingkungan puri saja.
Piranti yadnya Naga Banda ini berbentuk ular raksasa berwarna merah. Naga Banda digambar meliuk dan menjulurkan lidah apinya. Naga sepanjang lebih dari lima meter ini dihiasi ornamen serba emas. "Naga Banda ini bagian dari piranti upacara pangabenanitu sendiri. Ini fungsinya untuk membuka jalan untuk Beliau meminta maaf kepada Tuhan dan menghantarkan Beliau ke tempat sesuai karma Beliau di dunia," beber Cok De.
Foto: Tjokorda Gde Putra Sukawati, Panglingsir Puri Agung UbudN. -RATNADI
Sebagai panglingsir puri, Newata Tjok Bagus Santaka kerap bersentuhan dengan masyarakat utamanya di bidang peradatan. Dijelaskan Cok De, dalam menjalankan tugas itu mungkin ada tidak tanduk yang salah. Harapannya, piranti Naga Banda ini dapat melapangkan jalan ke nirwana. Saat ini bade dan Naga Banda berada di lokasi terpisah. Bade yang diestimasi beratnya mencapai 5 ton ini sedang dibangun di pinggir Jalan Suweta, di depan Puri Agung Ubud. Sedangkan, Naga Banda direka terpisah di Puri Anyar Campuhan Ubud.
Kata Cok De, sudah menjadi tradisi di karya palebon Puri Agung Ubud dilaksanakan dengan ngerombo (gotong-royong) oleh panjak dan semeton. Begitu pula Redite Umanis Merakih, Minggu (14/4/2024) nanti saat pangarakan bade ke Setra Dalem Puri, Banjar Tabesaya, Peliatan juga akan dilakukan secara estafet oleh krama lintas desa adat di Ubud. Pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (11/4/2024) ini, Naga Banda akan bersolek lebih awal dari dua piranti lain seperti bade dan lembu. Naga Banda akan dihantar dari Puri Anyar Campuhan ke marajan Puri Agung Ubud untuk diplaspas. 7 ol1
Komentar