Dialek Jadi Masalah saat Lomba Masatua
Kepala Sekolah SDN 7 Bugbug
I Ketut Sandiyasa
Pelatihan Teknik
Masatua Bali
SMPN 5 Amlapura
Ketua MGMP
I Dewa Puspita Padmi
I Made Sugianto
Karena dalam lomba menggunakan bahasa tutur, dialek melekat di dalam diri siswa.
AMLAPURA, NusaBali
32 guru SD, guru SMP, dan pengawas, ambil bagian dalam Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah Bali, di Aula SMPN 5 Amlapura, Jalan Untung Surapati, Amlapura, Rabu (3/4). Salah satu materi teknik masatua dan praktik baik masatua dilaksanakan Balai Bahasa Provinsi Bali. Dialek tiap kabupaten/kota di Bali jadi masalah dalam setiap pelaksanaan lomba masatua Bali.
Narasumber I Made Sugianto membawakan materi itu, peserta yang hadir lebih banyak mempermasalahkan mengenai dialek. Sebab, di setiap kabupaten, kecamatan bahkan di masing-masing desa, dialeknya berbeda-beda. Hal itu yang menyulitkan masatua Bali dalam bahasa tutur, terutama dalam lomba masatua Bali.
Baru memulai membahas materi teknik masatua, langsung yang jadi pokok masalah para peserta adalah dialek. "Bagaimana soal dialek sehingga menyulitkan dalam lomba masatua Bali," jelas Ida Wayan Gotama, Kasek SMP Negeri Satu Atap Desa Datah, Kecamatan Abang.
Begitu juga menurut Kasek SDN 7 Bugbug, Kecamatan Karangasem I Ketut Sandiyasa mempersoalkan dialek. Karena dalam lomba menggunakan bahasa tutur, dialek melekat di dalam diri siswa.
"Saya ini mengajar di SDN 7 Bugbug, masatua Bali gunakan dialek Desa Bugbug. Tetapi kalau lomba terpaksa menyesuaikan dengan dialek secara umum, inilah sulitnya," jelas I Ketut Sandiyasa.
Sebenarnya, lanjut I Ketut Sandiyasa, mengajak siswa untuk masatua Bali, apalagi jelang lomba diwajibkan menghafal materi, maka itu namanya pemaksaan. "Saya punya ide, sebaiknya siswa yang hendak masatua Bali, biarkan mereka bercerita sesuai pengalaman masing-masing, sehingga bahasanya jadi lepas," tambahnya.
Berbeda dengan Ketua MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Bahasa Bali I Dewa Puspita Padmi, soal dialek agar dicarikan solusi. Sehingga ke depan memudahkan pembelajaran untuk siswa, terutama saat menghadapi lomba tingkat Provinsi Bali.
Diakui, menyangkut materi bahan ajar bahasa Bali di Bali, telah dibuat standar, atas dasar kesepakatan bersama. Sehingga bisa diterima semua kabupaten/kota di Bali, beda dengan masatua Bali dengan bahasa tutur dan menulis satua Bali dengan bahasa tulis.
I Made Sugianto selaku narasumber menerangkan, menyangkut dialek, itu identitas masing-masing daerah. "Jika masatua dengan bahasa tutur, mesti ada toleransi soal dialek, biarkan saja berkembang, itu jadi ciri khas daerah," katanya.
Masatua, katanya, sastra Bali lisan yang ada sejak zaman dulu, menjadi tradisi Bali yang tidak diketahui pengarangnya diwariskan juga secara lisan. Dalam masatua ada istilah unsur-unsur intrinsik masatua, yang terbagi beberapa bagian, yakni tema (ide pokok satua), alur cerita (dari pembukaan, konflik, dan penyelesaian), tokoh, penokohan, latar (tempat, waktu dan suasana dalam cerita), sudut pandang (kedudukan pengarang), amanat (pesan), dan lain-lain. "Kriteria penilaian, mulai dari bahasa (tata bahasa), vokal, keutuhan satua, penampilan, dan penghayatan," tambahnya.7k16
Komentar