Lontar Bali Diperkenalkan ke Wisatawan, Ada yang Berusia 200 Tahun
MANGUPURA, NusaBali.com - Sebanyak 10 lontar kuno dipamerkan kepada wisatawan di Hotel The Apurva Kempinski Bali, pada Rabu (3/4/2024) malam. Pameran bertajuk ‘Powerful Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika’ ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan sastra kuno Indonesia kepada
para wisatawan.
Salah satu daya tarik utama pameran ini adalah lontar Parwa Arjuna Sasra Bahu yang berusia hampir 200 tahun, selesai ditulis pada tahun 1834. Selain itu, lontar Sutasoma dan sembilan lontar lainnya, seperti Bharatayuddha, Arjunawiwaha, dan Siwaratri Kalpa, juga menarik perhatian pengunjung.
Pendiri Samsara Living Museum, Ida Bagus Agung Gunarthawa, mengatakan bahwa pameran ini bukan hanya sekadar peragaan budaya, tetapi juga merupakan langkah konkret dalam konservasi budaya. Pengunjung dapat menjelajahi nilai-nilai lokal yang terkandung dalam lontar-lontar tersebut melalui kode QR yang disediakan.
"Kami ingin menunjukkan kepada generasi muda bahwa budaya Bali masih hidup dan berkembang. Kami juga ingin mereka merasa bangga dengan warisan budaya mereka," kata Gunarthawa.
Salah satu penulis lontar dari Samsara Living Museum, Ida Bagus Made Gunawan, menambahkan bahwa lontar-lontar tersebut penuh dengan makna dan visi, terutama mengenai bagaimana menjadi manusia yang lebih baik, memiliki toleransi yang tinggi, dan menjaga hubungan baik dengan manusia, lingkungan, dan Tuhan.
"Salah satu lontar yang dipamerkan, yaitu Sutasoma, sebagai sumber ajaran yang mulia. Di dalamnya terdapat pesan-pesan tentang pentingnya memberikan rasa cinta kasih kepada sesama dan lingkungan," kata Gunawan.
Gunawan juga mengakui bahwa tantangan dalam memahami dan mengapresiasi lontar-lontar tersebut sangatlah besar, terutama bagi generasi muda yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya tulisan dan bahasa kuno. Hal ini menjadi fokus perhatian, karena di dalam lontar-lontar tersebut terdapat banyak hikmah yang tersembunyi, namun sulit diakses karena kendala bahasa.
Mengatasi tantangan ini menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan stakeholder lainnya. Gunawan menekankan bahwa peran aktif dari semua pihak diperlukan untuk memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Anak muda tidak atau barangkali tidak melihat lontar, cara tulis, tata tulis barangkali banyak yang sudah tidak tahu. Tantangan kita bagaiman secara membuat mereka tertarik, ini peran dari berbagai stakeholder, peran pemerintah, dan lainnya,” pungkasnya.
Director of Marketing Communication, The Apurva Kempinski Bali, Melody Siagian, menegaskan komitmen hotel untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia.
"Kami ingin semua tamu yang datang ke Kempinski tahu bahwa Indonesia kaya akan budaya. Dengan bantuan Samsara, literatur, kami berusaha untuk menyajikan pengalaman budaya yang unik kepada setiap tamu," tegas Melody. *ris
Pendiri Samsara Living Museum, Ida Bagus Agung Gunarthawa, mengatakan bahwa pameran ini bukan hanya sekadar peragaan budaya, tetapi juga merupakan langkah konkret dalam konservasi budaya. Pengunjung dapat menjelajahi nilai-nilai lokal yang terkandung dalam lontar-lontar tersebut melalui kode QR yang disediakan.
"Kami ingin menunjukkan kepada generasi muda bahwa budaya Bali masih hidup dan berkembang. Kami juga ingin mereka merasa bangga dengan warisan budaya mereka," kata Gunarthawa.
Salah satu penulis lontar dari Samsara Living Museum, Ida Bagus Made Gunawan, menambahkan bahwa lontar-lontar tersebut penuh dengan makna dan visi, terutama mengenai bagaimana menjadi manusia yang lebih baik, memiliki toleransi yang tinggi, dan menjaga hubungan baik dengan manusia, lingkungan, dan Tuhan.
"Salah satu lontar yang dipamerkan, yaitu Sutasoma, sebagai sumber ajaran yang mulia. Di dalamnya terdapat pesan-pesan tentang pentingnya memberikan rasa cinta kasih kepada sesama dan lingkungan," kata Gunawan.
Gunawan juga mengakui bahwa tantangan dalam memahami dan mengapresiasi lontar-lontar tersebut sangatlah besar, terutama bagi generasi muda yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya tulisan dan bahasa kuno. Hal ini menjadi fokus perhatian, karena di dalam lontar-lontar tersebut terdapat banyak hikmah yang tersembunyi, namun sulit diakses karena kendala bahasa.
Mengatasi tantangan ini menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan stakeholder lainnya. Gunawan menekankan bahwa peran aktif dari semua pihak diperlukan untuk memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Anak muda tidak atau barangkali tidak melihat lontar, cara tulis, tata tulis barangkali banyak yang sudah tidak tahu. Tantangan kita bagaiman secara membuat mereka tertarik, ini peran dari berbagai stakeholder, peran pemerintah, dan lainnya,” pungkasnya.
Director of Marketing Communication, The Apurva Kempinski Bali, Melody Siagian, menegaskan komitmen hotel untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia.
"Kami ingin semua tamu yang datang ke Kempinski tahu bahwa Indonesia kaya akan budaya. Dengan bantuan Samsara, literatur, kami berusaha untuk menyajikan pengalaman budaya yang unik kepada setiap tamu," tegas Melody. *ris
1
Komentar