Duduk Bareng Kartini Bali, IndoLinen Bicara Sepak Terjang Perempuan di Ruang Publik
MANGUPURA, NusaBali.com - Perempuan memiliki tantangan tersendiri untuk mendorong diri menjadi sosok Kartini. Untuk itu, IndoLinen Bali turut merayakan sepak terjang para perempuan tangguh Pulau Dewata sebagai Kartini masa kini.
Sebagai perusahaan penyuplai perlengkapan kamar tidur dan home living yang dirintis oleh seorang Kartini, Waty Silalahi Apenu, IndoLinen Bali memiliki tanggung jawab moral mengedukasi publik tentang sepak inspiratif, kuat, berani, dan tangguh para Kartini.
Sembari merayakan Hari Kartini di bulan April ini, Waty Silalahi duduk bersama tiga Kartini masa kini yakni pengusaha dan Anggota DPD RI Dapil Bali 2024-2029 Terpilih Ni Luh Djelantik, pengusaha dan fashion designer Lenny Hartono, serta penari dan content creator Echa Laksmi.
"Kami mengundang sosok perempuan yang kami nilai sebagai sosok yang inspiratif, kuat, berani, dan tangguh," tutur Waty Silalahi ketika ditemui usai menggelar talk show bersama tiga tokoh perempuan ini di Villa Air Bali Boutique Resort & Spa, Kerobokan Kelod, Jumat (5/4/2024).
Kata Waty, Ni Luh Djelantik dikenal publik sebagai sosok perempuan kuat yang menjaga tanah Bali dari rongrongan keberingasan turis asing dan pendatang. Begitu pula, soal kepedulian politikus perempuan ini terhadap ibu dan anak, serta pendidikan.
Pada sosok Lenny Hartono, dijelaskan Waty, citra perempuan Bali dipertaruhkan. Sebagai Ketua Yayasan Putri Indonesia Bali, Lenny bertanggung jawab menghasilkan representasi perempuan Bali yang representatif.
"Pembicara lainnya, kami undang Echa Laksmi sebagai perwakilan influencer. Di mana, Echa ini mempromosikan budaya Bali melalui tarian tradisional yang dikombinasikan teknologi dan musik-musik modern," imbuh Waty Silalahi.
Menurut Ni Luh Djelantik, perempuan Bali berhak mendapatkan ruang yang sama di segala lini dan bidang di ruang publik layaknya kaum pria. Dalam budaya yang patriarki ini, perempuan Bali tidak boleh dibelenggu gender ketika mengambil peran-peran krusial.
"Untuk mencapai ini, perlu dukungan dari dalam diri sendiri dan lingkungan kita (perempuan) tanpa melupakan kewajiban kita sebagai perempuan," ungkap Niluh.
Secara khusus di dunia politik, Niluh berharap di lini perundang-undangan ada dukungan konkret terhadap peranan perempuan. Misalkan, mengubah regulasi 30 persen tingkat keterwakilan calon perempuan di Pemilu Anggota Legislatif (Pileg) menjadi tingkat keterpilihan.
Sementara itu, Lenny Hartono mengungkapkan, Kartini masa kini ditandai dengan sosok perempuan yang tangguh, multi tasking, dan bijak. Namun, perempuan harus tetap menjaga kondrat yang melekat bersamanya.
"Kartini masa kini itu tangguh dan bisa multi tasking karena kita secara bersamaan menjadi ibu rumah tangga dan pebisnis. Akan sulit membagi waktu dan prioritas. Tapi, kita harus jadi Kartini yang bijak, yang bisa menjalankan semua ini dengan adil dan bisa bermanfaat bagi orang banyak," ucap Lenny.
Di lain sisi, sosok Kartini masa kini di mata Echa Laksmi adalah seorang pelopor yang ada di barisan depan. Sama seperti kaum pria, perempuan juga bisa berkontribusi dalam hal mempelopori pelestarian budaya sesuai kapasitas masing-masing.
Sebagai jebolan Seni Tari ISI Denpasar, Echa berada di barisan depan dalam hal melestarikan seni tari tradisional Bali dan Nusantara. Namun, ia juga paham dengan tabiat generasi sekarang yang dekat dengan teknologi dan seni tari modern.
Aspek-aspek yang sesuai dengan kekinian ini dikombinasikan untuk mempromosikan tari tradisional yang mampu menjangkau generasi muda.
"Sebagai perempuan, bagaimana kita bisa melestarikan kebudayaan leluhur. Sebagai perempuan bisa kok bergerak, mencintai, mempelajari, dan melestarikan budaya tanpa gengsi," beber Echa.
Ketiga sosok Kartini ini secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan sepak terjang perempuan di ruang publik. Baik dalam hal pengaruh kepemimpinan, maupun soal keseimbangan antara modernitas dan budaya tradisional yang menjadi sorotan IndoLinen Bali agar dihayati perempuan Bali secara luas. *rat
Sembari merayakan Hari Kartini di bulan April ini, Waty Silalahi duduk bersama tiga Kartini masa kini yakni pengusaha dan Anggota DPD RI Dapil Bali 2024-2029 Terpilih Ni Luh Djelantik, pengusaha dan fashion designer Lenny Hartono, serta penari dan content creator Echa Laksmi.
"Kami mengundang sosok perempuan yang kami nilai sebagai sosok yang inspiratif, kuat, berani, dan tangguh," tutur Waty Silalahi ketika ditemui usai menggelar talk show bersama tiga tokoh perempuan ini di Villa Air Bali Boutique Resort & Spa, Kerobokan Kelod, Jumat (5/4/2024).
Kata Waty, Ni Luh Djelantik dikenal publik sebagai sosok perempuan kuat yang menjaga tanah Bali dari rongrongan keberingasan turis asing dan pendatang. Begitu pula, soal kepedulian politikus perempuan ini terhadap ibu dan anak, serta pendidikan.
Pada sosok Lenny Hartono, dijelaskan Waty, citra perempuan Bali dipertaruhkan. Sebagai Ketua Yayasan Putri Indonesia Bali, Lenny bertanggung jawab menghasilkan representasi perempuan Bali yang representatif.
"Pembicara lainnya, kami undang Echa Laksmi sebagai perwakilan influencer. Di mana, Echa ini mempromosikan budaya Bali melalui tarian tradisional yang dikombinasikan teknologi dan musik-musik modern," imbuh Waty Silalahi.
Menurut Ni Luh Djelantik, perempuan Bali berhak mendapatkan ruang yang sama di segala lini dan bidang di ruang publik layaknya kaum pria. Dalam budaya yang patriarki ini, perempuan Bali tidak boleh dibelenggu gender ketika mengambil peran-peran krusial.
"Untuk mencapai ini, perlu dukungan dari dalam diri sendiri dan lingkungan kita (perempuan) tanpa melupakan kewajiban kita sebagai perempuan," ungkap Niluh.
Secara khusus di dunia politik, Niluh berharap di lini perundang-undangan ada dukungan konkret terhadap peranan perempuan. Misalkan, mengubah regulasi 30 persen tingkat keterwakilan calon perempuan di Pemilu Anggota Legislatif (Pileg) menjadi tingkat keterpilihan.
Sementara itu, Lenny Hartono mengungkapkan, Kartini masa kini ditandai dengan sosok perempuan yang tangguh, multi tasking, dan bijak. Namun, perempuan harus tetap menjaga kondrat yang melekat bersamanya.
"Kartini masa kini itu tangguh dan bisa multi tasking karena kita secara bersamaan menjadi ibu rumah tangga dan pebisnis. Akan sulit membagi waktu dan prioritas. Tapi, kita harus jadi Kartini yang bijak, yang bisa menjalankan semua ini dengan adil dan bisa bermanfaat bagi orang banyak," ucap Lenny.
Di lain sisi, sosok Kartini masa kini di mata Echa Laksmi adalah seorang pelopor yang ada di barisan depan. Sama seperti kaum pria, perempuan juga bisa berkontribusi dalam hal mempelopori pelestarian budaya sesuai kapasitas masing-masing.
Sebagai jebolan Seni Tari ISI Denpasar, Echa berada di barisan depan dalam hal melestarikan seni tari tradisional Bali dan Nusantara. Namun, ia juga paham dengan tabiat generasi sekarang yang dekat dengan teknologi dan seni tari modern.
Aspek-aspek yang sesuai dengan kekinian ini dikombinasikan untuk mempromosikan tari tradisional yang mampu menjangkau generasi muda.
"Sebagai perempuan, bagaimana kita bisa melestarikan kebudayaan leluhur. Sebagai perempuan bisa kok bergerak, mencintai, mempelajari, dan melestarikan budaya tanpa gengsi," beber Echa.
Ketiga sosok Kartini ini secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan sepak terjang perempuan di ruang publik. Baik dalam hal pengaruh kepemimpinan, maupun soal keseimbangan antara modernitas dan budaya tradisional yang menjadi sorotan IndoLinen Bali agar dihayati perempuan Bali secara luas. *rat
Komentar