Jokowi Belum Putuskan Bentuk TPF
Terkait isu Jenderal, Polri ajak KPK temui Novel Baswedan di Singapura
JAKARTA, NusaBali
Presiden Joko Widodo belum berencana membentuk tim pencari fakta untuk mengusut kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Basweda Meskipun demikian, dalam pertemuannya dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian Jokowi menyampaikan perintahnya agar kepolisian menuntaskan kasus teror terhadap Novel, secepatnya.
"Beliau (Jokowi) memerintahkan agar menuntaskan sesegera mungkin," kata Tito di Kompleks Istana Kepresidenan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (31/7) seperti dilansir detik.
Awalnya, Jokowi menyatakan, akan memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian terlebih dahulu. Namun, setelah mendengar penjelasan dari Tito terkait perkembangan kasus Novel, Jokowi belum memutuskan untuk membentuk tim pencari fakta.
Menurut Tito, Presiden masih memercayai kinerja kepolisian yang akan bekerja sama dengan penyidik KPK dalam menangani kasus ini. "Saya pikir kita harus percaya kepada institusi KPK juga ya, karena teman-teman KPK cukup kredibel," kata Tito, dalam jumpa pers usai pertemuan dengan Jokowi, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (31/7) seperti dilansir kompas.
"Kalau dibentuk tim gabungan independen ini sifatnya mencari fakta, bukan investigasi. Beda dengan investigasi. Investigasi lebih mendalam lagi, masuk ke data mentah, termasuk analisis IT dan seterusnya," tambah Tito.
Tito menyadari, ada anggapan tim Polri kurang kredibel dalam menangani kasus ini. Sebab, sudah 111 hari sejak penyerangan terhadap Novel, namun pelaku hingga kini masih belum tertangkap. Namun, ia meyakini bahwa publik percaya dengan kerja penyidik KPK.
"Tim Polri bekerja, oke kalau dianggap kurang kredibel, saya kira tim dari KPK sangat dipercaya publik dan kredibel. Oleh karena itu, kita berpikir kenapa tidak digabungkan antara Polri dan KPK sehingga bergerak bersama-sama," kata dia.
Dalam waktu dekat, Polri akan menggali keterangan Novel yang hingga saat ini masih dirawat di Singapura. "Berkaitan dengan adanya informasi dari saudara Novel Baswedan yang disampaikan ke publik soal dugaan adanya jenderal polisi, ini perlu kami tindaklanjuti dengan mendengar keterangan Novel Baswedan secara langsung. Itu adalah projustisia," ujar Tito.
"Untuk itu, kami sudah siapkan tim untuk berangkat ke Singapura untuk mendengar keterangan saudara Novel Baswedan secara langsung," lanjut dia. Demi transparansi, Tito sudah mengundang pihak KPK untuk ikut di dalam mendengar keterangan Novel tersebut.
Berdasarkan komunikasi sebelumnya, Ketua KPK Agus Rahadrjo yang akan mendampingi tim penyidik Polri untuk memeriksa Novel. Namun, hingga saat ini Polri belum mendapatkan kepastian kapan pemeriksaan bersama tersebut akan dilaksanakan.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.
Terhadap serangan air keras yang terjadi usai dia menunaikan shalat subuh itu, Novel pun berharap polisi bisa segera menemukan pelakunya. Namun, polisi hingga kini belum menemukan pelakunya. Novel pun menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat. "Saya memang mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi terlibat," kata Novel. *
"Beliau (Jokowi) memerintahkan agar menuntaskan sesegera mungkin," kata Tito di Kompleks Istana Kepresidenan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (31/7) seperti dilansir detik.
Awalnya, Jokowi menyatakan, akan memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian terlebih dahulu. Namun, setelah mendengar penjelasan dari Tito terkait perkembangan kasus Novel, Jokowi belum memutuskan untuk membentuk tim pencari fakta.
Menurut Tito, Presiden masih memercayai kinerja kepolisian yang akan bekerja sama dengan penyidik KPK dalam menangani kasus ini. "Saya pikir kita harus percaya kepada institusi KPK juga ya, karena teman-teman KPK cukup kredibel," kata Tito, dalam jumpa pers usai pertemuan dengan Jokowi, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (31/7) seperti dilansir kompas.
"Kalau dibentuk tim gabungan independen ini sifatnya mencari fakta, bukan investigasi. Beda dengan investigasi. Investigasi lebih mendalam lagi, masuk ke data mentah, termasuk analisis IT dan seterusnya," tambah Tito.
Tito menyadari, ada anggapan tim Polri kurang kredibel dalam menangani kasus ini. Sebab, sudah 111 hari sejak penyerangan terhadap Novel, namun pelaku hingga kini masih belum tertangkap. Namun, ia meyakini bahwa publik percaya dengan kerja penyidik KPK.
"Tim Polri bekerja, oke kalau dianggap kurang kredibel, saya kira tim dari KPK sangat dipercaya publik dan kredibel. Oleh karena itu, kita berpikir kenapa tidak digabungkan antara Polri dan KPK sehingga bergerak bersama-sama," kata dia.
Dalam waktu dekat, Polri akan menggali keterangan Novel yang hingga saat ini masih dirawat di Singapura. "Berkaitan dengan adanya informasi dari saudara Novel Baswedan yang disampaikan ke publik soal dugaan adanya jenderal polisi, ini perlu kami tindaklanjuti dengan mendengar keterangan Novel Baswedan secara langsung. Itu adalah projustisia," ujar Tito.
"Untuk itu, kami sudah siapkan tim untuk berangkat ke Singapura untuk mendengar keterangan saudara Novel Baswedan secara langsung," lanjut dia. Demi transparansi, Tito sudah mengundang pihak KPK untuk ikut di dalam mendengar keterangan Novel tersebut.
Berdasarkan komunikasi sebelumnya, Ketua KPK Agus Rahadrjo yang akan mendampingi tim penyidik Polri untuk memeriksa Novel. Namun, hingga saat ini Polri belum mendapatkan kepastian kapan pemeriksaan bersama tersebut akan dilaksanakan.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.
Terhadap serangan air keras yang terjadi usai dia menunaikan shalat subuh itu, Novel pun berharap polisi bisa segera menemukan pelakunya. Namun, polisi hingga kini belum menemukan pelakunya. Novel pun menduga ada "orang kuat" yang menjadi dalang serangan itu. Bahkan, dia mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat. "Saya memang mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi terlibat," kata Novel. *
1
Komentar