Siswa Terancam DO Dianggarkan Rp 50,4 Juta
Rp 50,4 juta anggaran khusus disiapkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng untuk menangani siswa terancam Drop Out (DO).
SINGARAJA, NusaBali
Tim yang sudah bekerja sejak awal bulan lalu menetapkan dari 94 siswa DO, hanya 28 orang yang berhasil ditarik kembali ke sekolah.
Kepala Bidang Pendidikan SMP Disdikpora Buleleng, Made Sedana, Senin (31/7), menjelaskan jumlah siswa DO yang berhasil ditarik kembali ke sekolah tidak ada perubahan dari data pertengahan bulan lalu, hanya 28 orang. Tim penanganan DO di Disdikpora Buleleng masih kewalahan menghadapi siswa DO yang sudah berpindah ke luar daerah baik mencari pekerjaan atau dengan alasan yang lain.
“Jumlahnya hanya 28 orang dan mereka sudah masuk ke sekolah dua minggu lalu. Kalau sisanya kami sampai batas terakhir belum mendapat laporan dari orangtua yang bersnagkutan,” ujar dia.
Dari puluhan anak yang berhasil ditarik kembali ke sekolah, Sedana mengatakan Disdikpora akan memberikan uang saku Rp 300.000 per orang tiap bulan. Bantuan tersebut akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan biaya transportasi bagi siswa yang jarak rumahnya jauh dari sekolah dan lengkap dengan uang sakunya. Meski demikian pihaknya juga tengah menyusun proposal yang akan diajukan kepada pihak ketiga untuk penambahan bantuan dalam bentuk lain, seperti seragam sekolah, sepatu, buku tulis bahkan tambahan uang saku dari orangtua asuh. “Karena kami yakin uang Rp 300.000 itu pasti kurang, kami akan tetap carikan donatur untuk bantuan baju dna keperluan lainnya. Bahkan kalau ada yang bersedia jadi orangtua asuh itu sangat kami harapkan,” kata dia.
Namun bantuan dari pihak ketiga disebutnya akan langsung mengalir kepada siswa yang bersangkutan. Disdikpora selaku lembaga pendidikan hanya menfasilitasi.
Sementara itu, melihat permasalahan pendidikan di Buleleng, setiap tahunnya masih ada angka DO, Disdikpora Buleleng pun sedang mengkaji pembuatan basecamp bagi siswa-siswa yang jarak rumah dengan sekolahnya sangat jauh. Seperti yang dialami lima siswa tamatan SDN 4 dan SDN 6 Sudaji yang akhirnya tidak bisa melanjutkan karena tidak ada akses kendaraan menuju rumah mereka. Sedangkan jarak sekolah terdekat yang harus ditempuh sangat jauh.
Kajian pembuatan basecamp ini, menurut Sedana, kemungkinan akan didirikan di dua sekolah yang berpotensi memiliki siswa dengan jarak tempuh ke sekolah sangat jauh. Seperti di wilayah Tejakula dan wilayah Buleleng Barat. Jika kajian ini disetujui, Disdikpora menyiapkan basecamp untuk menampung 50 orang dengan sistem berasrama seperti SMAN Bali Mandara. Sehingga pemerintah tidak lagi pusing memikirkan biaya transportasi dan juga uang saku bagi siswa yang terancam DO. *k23
Tim yang sudah bekerja sejak awal bulan lalu menetapkan dari 94 siswa DO, hanya 28 orang yang berhasil ditarik kembali ke sekolah.
Kepala Bidang Pendidikan SMP Disdikpora Buleleng, Made Sedana, Senin (31/7), menjelaskan jumlah siswa DO yang berhasil ditarik kembali ke sekolah tidak ada perubahan dari data pertengahan bulan lalu, hanya 28 orang. Tim penanganan DO di Disdikpora Buleleng masih kewalahan menghadapi siswa DO yang sudah berpindah ke luar daerah baik mencari pekerjaan atau dengan alasan yang lain.
“Jumlahnya hanya 28 orang dan mereka sudah masuk ke sekolah dua minggu lalu. Kalau sisanya kami sampai batas terakhir belum mendapat laporan dari orangtua yang bersnagkutan,” ujar dia.
Dari puluhan anak yang berhasil ditarik kembali ke sekolah, Sedana mengatakan Disdikpora akan memberikan uang saku Rp 300.000 per orang tiap bulan. Bantuan tersebut akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan biaya transportasi bagi siswa yang jarak rumahnya jauh dari sekolah dan lengkap dengan uang sakunya. Meski demikian pihaknya juga tengah menyusun proposal yang akan diajukan kepada pihak ketiga untuk penambahan bantuan dalam bentuk lain, seperti seragam sekolah, sepatu, buku tulis bahkan tambahan uang saku dari orangtua asuh. “Karena kami yakin uang Rp 300.000 itu pasti kurang, kami akan tetap carikan donatur untuk bantuan baju dna keperluan lainnya. Bahkan kalau ada yang bersedia jadi orangtua asuh itu sangat kami harapkan,” kata dia.
Namun bantuan dari pihak ketiga disebutnya akan langsung mengalir kepada siswa yang bersangkutan. Disdikpora selaku lembaga pendidikan hanya menfasilitasi.
Sementara itu, melihat permasalahan pendidikan di Buleleng, setiap tahunnya masih ada angka DO, Disdikpora Buleleng pun sedang mengkaji pembuatan basecamp bagi siswa-siswa yang jarak rumah dengan sekolahnya sangat jauh. Seperti yang dialami lima siswa tamatan SDN 4 dan SDN 6 Sudaji yang akhirnya tidak bisa melanjutkan karena tidak ada akses kendaraan menuju rumah mereka. Sedangkan jarak sekolah terdekat yang harus ditempuh sangat jauh.
Kajian pembuatan basecamp ini, menurut Sedana, kemungkinan akan didirikan di dua sekolah yang berpotensi memiliki siswa dengan jarak tempuh ke sekolah sangat jauh. Seperti di wilayah Tejakula dan wilayah Buleleng Barat. Jika kajian ini disetujui, Disdikpora menyiapkan basecamp untuk menampung 50 orang dengan sistem berasrama seperti SMAN Bali Mandara. Sehingga pemerintah tidak lagi pusing memikirkan biaya transportasi dan juga uang saku bagi siswa yang terancam DO. *k23
Komentar