Debat Pilkada Tanpa ‘Teriak-teriak’
KPU Bali Inginkan Pola Paruman ala Balai Banjar
Lidartawan mengatakan akan mencari konsep untuk debat Pilkada Bali yang lebih elegan, bahkan jika memungkinkan debat dilaksanakan dengan posisi duduk bersila layaknya paum adat di balai banjar
DENPASAR, NusaBali
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bali ingin merancang konsep debat pemilihan kepala daerah (Pilkada) Bali seperti suasana paruman (rapat) adat atau rapat di balai banjar.
“Saya ingin sekali melihat demokrasi ala Bali, kalau dulu memilih calon pemimpin adat mereka ngobrol rapi di balai banjar, kemudian masing-masing calon memaparkan diri dan kemampuannya, kenapa kita tidak lakukan untuk Pilkada Bali?,” kata Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan di Denpasar, Jumat (5/4).
KPU Bali mengutarakan ide ini setelah berkali-kali melihat proses debat kandidat baik di nasional maupun lokal kerap diwarnai teriakan dan sorakan berlebihan, padahal esensi dari debat adalah fokus pada adu gagasan dari peserta.
“Saya ingin nanti membuat betul-betul suasana khas Bali, kalau pun seperti debat biasanya tepuk tangan saja lah, jangan teriak-teriak seperti tidak intelektual, mudah-mudahan bisa dilakukan,” ujar mantan Ketua KPU Bangli dua periode ini.
Lidartawan mengatakan akan mencari konsep untuk debat Pilkada Bali yang lebih elegan, bahkan jika memungkinkan debat dilaksanakan dengan posisi duduk bersila layaknya paum adat di balai banjar.
“Tidak lagi berapi-api, mari kita ciptakan debat menyejukkan untuk masyarakat, kita sudahi euforianya jangan lagi,” kata aktivis KMHDI ini.
Menurutnya yang terpenting pesan mengenai visi, misi, dan gagasan para calon kepala daerah baik tingkat gubernur, bupati, maupun wali kota, sampai ke masyarakat, bahkan memungkinkan masyarakat lebih mengetahui apa saja yang sudah pernah dilakukan para calon bagi Indonesia dan Bali.
Meskipun jika nantinya terdapat pemilihan kepala daerah dengan hanya satu pasangan calon, Lidartawan menegaskan debat akan tetap diselenggarakan.
KPU Bali maupun jajaran kabupaten/kota akan mengubah konsep menjadi pemaparan visi misi sehingga masyarakat tetap dapat mengenal calon pemimpinnya. “Masyarakat dapat masukan untuk memilih calon atau tidak, makanya jangan sombong kalau misalnya tidak ada lawan karena bisa jadi kotak kosong atau surat suara tanpa gambar yang menang,” ujar Lidartawan.
Tahapan Pilkada Bali sendiri sudah dimulai, saat ini penyelenggara tengah bersiap menunggu pengumuman rekrutmen badan ad hoc sekaligus menyusun logo dan lagu pilkada.n ant
Komentar